-- King 2 Hearts Episode 17 --
Jae-ha keluar dari kamar Hang-ah dan memberi perintah pada Sekretaris Eun untuk mempersiapkan kepulangan Hang-ah ke Utara. Ibunda Raja dan Jae-shin sangat terkejut. Mereka hendak menemui Hang-ah tapi kepala pelayan berkata Sekretaris Eun sudah menemui Hang-ah dan pihak Utara sudah mengeluarkan perintah agar Hang-ah kembali ke negaranya. Ibunda Raja dan Jae-shin tercengang.
Sekretaris
Eun berbicara dengan Hang-ah. Hang-ah berkata ia ingin meneruskan
pertunanagan ini dan ia dapat saja menentang perintah negaranya tapi..
Sekretaris Eun mengaku sebenarnya Jae-ha menentang rencana Hang-ah
diajukan dalam sidang rakyat. Ia mengaku telah berbohong pada Hang-ah.
“Tapi mengapa?” tanya Hang-ah.
“Aku akan bertanya satu hal…”
“Tentu saja aku mencintai Yang Mulia, tapi…”
“Aku
di sini bukan untuk membicarakan hal cinta denganmu. Nona Kim Hang-ah
akan segera menjadi Ratu negara ini. Apakah kau punya kepercayaan diri?
Sejak awal aku menentang pertunangan ini, bahkan hingga saat ini. Tapi
jika kau yakin, aku akan menolongmu. Baik itu perasaan Yang Mulia,
opini rakyat dan politik, aku akan membantumu membalikkan situasinya.
Apa kau punya kepercayaan diri?”
“Aku
hanyalah wanita biasa..aku hanya ingin menemukan seseorang yang
mencintaiku dan menjalani hidup dengan baik. Hingga sekarang aku masih
takut dengan kehidupan di sini. Kedudukan ini juga sangat menakutkan.
Orang-orang di sekitarku juga sama. Dan sekarang bahkan Yang Mulia
pun…”
Hang-ah menangis. Mendengar jawaban Hang-ah, Sekretaris Eun berkata ia akan segera menghubungi pihak Utara.
Jae-ha
mengunjungi museum untuk memperingati Jae-kang. Ia melihat-lihat foto
kakaknya dengan perasaan campur aduk. Perdana Menteri yang menemaninya
baru mengetahui kalau Hang-ah akan kembali ke Utara. Ia bertanya pada
Jae-ha apakah Jae-ha memutuskan pertunangannya. Sejak kapan aku
bertunangan, jawab Jae-ha dingin.
Perdana
Menteri berkata jika mereka menuruti kehendak Utara untuk menarik
kembali Hang-ah bukankah hal ini akan merusak image Selatan. Ia
bertanya apakah Jae-ha ingin ia mengeluarkan perintah pemulangan
kembali? Jae-ha memelototinya.
Maksud
Perdana Menteri adalah jika Hang-ah ditarik pulang ke Utara karena
perintah dari Utara maka kesannya Selatan yang bersalah. Ia mengusulkan
mengeluarkan perintah pemulangan, dengan demikian Selatan yang
mengembalikan Hang-ah ke Utara (hingga terkesan Hang-ah yang tidak
pantas berada di Selatan). Tapi ternyata Jae-ha menolak usul itu.
Jae-ha
kembali berjalan dan berhenti di depan sebuah foto. Foto Hang-ah yang
sedang tersenyum dalam hanbok pink saat pengumuman pertunangan mereka.
Ia memandangi foto itu dengan sedih.
Hang-ah
melangkah keluar dari istana. Jae-shin menemuinya. Hang-ah berkata
dulu ia pernah berkata pada Jae-ha, asalkan dua hati bersatu itu sudah
cukup. Sekarang ia sadar kenyataan tidaklah seperti itu, Dulu ia
terlalu sombong hingga mengucapkan perkataan itu.
Jae-shin
mengerti. Ia berkata manusia tidak ada yang sempurna karena itu
perasaan pun tidak sempurna. Ia berharap Hang-ah kembali setelah
hubungan Utara dan Selatan membaik. Ia mengucapkannya dengan wajah
penuh harap. Tapi Hang-ah meminta maaf dan pergi meninggalkan Jae-shin.
Tampaknya Hang-ah sudah memantapkan hatinya untuk tidak kembali lagi
ke Selatan. Ibunda Raja melihat kepergian Hang-ah dari jendela. Ia
terlihat sedih.
Jae-ha
kembali ke istana. Dalam perjalanan, ia melihat poster-poster
pertunangannya dengan Hang-ah mulai diturunkan. Segurat kekecewaan
terlintas di wajahnya.
Ia
menemui ibunya yang sedang merawat tanaman. Mendengar kedatangan
puteranya, Ibunda Raja terlihat sangat kesal. Jae-ha bertanya apakah
Hang-ah telah kembali dengan selamat. Ibunda Raja tak tahan, ia
melemparr kain lap yang dipegangnya pada Jae-ha. Jae-ha kaget.
“Apa kau gila? Mengapa hal ini terjadi? Mengapa?” tanya Ibunda Raja.
“Ibu, Ibu benar. Kita tidak bisa begitu saja mempercayai orang lain dan memperlihatkan kelemahan kita padanya,” jawab Jae-ha.
Ibunda
Raja bertanya memangnya Hang-ah mengkhianati kepercayaan Jae-ha.
Jae-ha tak mau berdebat dengan ibunya dan berkata akan pergi istirahat.
“Apa
kau tahu ayahmu masih mengompol walau dia sudah berusia 40 tahun? Dia
mengidap nokturnal enuresis (tak sadar berkemih saat tidur). Aku selalu
berpura-pura aku tidak tahu. Suatu kali aku bercanda dan tertawa bahwa
ia mengompol dan dia sangat marah. Dia berkata tidak mau melihat wajah
keriputku dan berkata aku seharusnya mendapat perawatan botox. Lalu ia
berkata itulah sebabnya rakyat biasa seharusnya tidak diijinkan masuk
dalam keluarga kerajaan.” (hmmm…ketauan deh Jae-ha nurun dari siapa ^^)
Jae-ha mengerti arah pembicaraan ibunya. Ia berkata hal ini tidaklah sama.
“Manusia
memang seperti itu,” kata ibunya, ”begitu kekanakkan hingga selalu
membesar-besarkan kesalahan yang lain dan bertengkar. Kelemahan?
Rahasia? Kau melihatnya sebagai senjata dan menggunakannya setiap ada
kesempatan. Lambat laun kalian akan lupa mengapa kalian bertengkar.
Kalian hanya akan berpikir bagaimana caranya menyakiti satu sama lain.
Untuk membuat yang lainnya terluka lebih dalam. Meski begitu tidak akan
pernah keluar kata-kata: mari kita putus. Mengapa? Karena itu berarti
semuanya telah berakhir. Itu adalah garis pertahanan terakhir. Garis
yang tidak boleh dilewati. Siapa yang memutuskannya lebih dulu? Hang-ah?
Jika ia yang mengatakannya lebih dulu, aku tidak akan memaafkannya. ”
“Bagi Ibu mungkin itu garis pertahanan terakhir tapi…”
Ibunda Raja langsung tahu Jae-ha lah yang memutuskan hubungan dengan Hang-ah.
“Kau benar-benar sampah,” kata Ibunya.
Jae-ha
tertegun. Ibunya berkata apakah Jae-ha marah mendengar ucapan itu.
Melihat ekspresi Jae-ha, Ibunda Raja menyadari bahwa inilah akar
permasalahannya.
“Hei,
semua orang di dunia ini sudah tahu kalau kau adalah sampah. Kau pikir
itu adalah rahasia dan terungkap olehnya (Hang-ah). Jadi karena
kemarahan sesaat kau menyuruhnya pergi?” tanya Ibunda Raja tak percaya.
Jae-ha
tak mampu berkata-kata. Ibunda Raja berkata, “…Kau ini sampah. Sampah.
Bahkan setetes air kotor dari sampah pun masih lebih baik darimu.”
“Ibu, mengapa ibu berkata seperti itu,” protes Jae-ha. Tak percaya ibunyapun menganggapnya demikian.
“Aku
seperti ini karena aku tidak punya pilihan lain. Ia tersakiti dan
merasa tak berdaya. Itulah sebabnya ia mengatakan kata-kata seperti itu.
Dia mengatakan begitu banyak hal baik saat sidang rakyat. Apakah
mungkin ia memanggilmu sampah tanpa alasan?”
Jae-ha bertanya apa yang Hang-ah katakan dalam sidang. Ibunda Raja bertanya apakah Jae-ha tak menontonnya.
Jae-ha merenungkan perkataan ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk menonton sidang rakyat kemarin.
Hang-ah
telah tiba di perbatasan Korea Utara dan Selatan. Ia diminta untuk
melepaskan semua barang pemberian keluarga kerajaan. Hal ini termasuk
seluruh pakaian dan perhiasannya.
“Kalau
begitu, apa identitas Nona Kim Hang-ah saat ini? Warga Korea Utara
atau Korea Selatan?” tanya komite khusus. Hang-ah terdiam. Jae-ha tak
siap melihat jawabannya hingga hendak mematikan TVnya tapi ia mendengar
jawaban Hang-ah.
“Baru-baru ini kami bertengkar.,” kata Hang-ah.
“Dengan siapa? Dengan Yang Mulia? Apa karena masalah Utara dan Selatan?”
“Kami
sering bertengkar sejak kami pertama bertemu. Dia bilang aku tidak
seperti wanita. Dia bilang seharusnya aku tidak mengharapkannya. Aku
sangat marah saat mendengar hal itu jadi aku memperlakukannya dengan
lebih buruk. Tapi setelah kupikirkan kembali, aku mungkin mulai
menyukainya sejak saat itu. Sepetinya aku mendapat pria yang buruk,
benar kan? Sekarang pun masih seperti itu. Kelihatannya aku dan Yang
Mulia tidak saling mencintai karena kami selalu bertengkar dan saling
bersikap sinis. Tapi walau seperti itu aku merasa bahagia. Sepertinya
kami mulai saling mengerti. Aku sepertinya tahu apa yang dikatakan
olehnya bahkan sebelum ia mengatakannya. Dan pada saat yang sama sedikit
mengharapkan pertengkaran apa lagi yang akan ditimbulkan orang ini.
Hatiku berdebar kencang. Tentu saja kadang-kadang aku merasa terluka.
Kadang aku merasa lebih mencintainya daripada ia mencintaiku dan itu
membuatku sedikit marah. Tapi apa yang bisa kulakukan? Asalkan orang ini
di sisiku, aku sudah merasa bahagia.”
Kesedihan dan penyesalan memenuhi hati Jae-ha setelah ia mendengar isi hati Hang-ah.
Hang-ah
telah melepaskan segala perhiasannya dan berganti pakaian dengan
pakaian yang ia kenakan saat a memasuki Korea Selatan. Ayahnya telah
menantinya.
Hang-ah
melewati perbatasan namun ia tak menghambur ke pelukan ayahnya.
Barulah di tempat sepi ia menumpahkan seluruh kesedihan yang selama ini
ditahannya. Hang-ah menangis tersedu-sedu di pundak ayahnya.
“Identitas?
Kalian menanyakan siapa aku bukan? Aku hanyalah wanita yang sangat
mencintai seorang pria.” Itulah jawaban Hang-ah.
Jae-shin
menemui kakaknya. Jelas bukan hanya Ibunda Raja yang marah pada
Jae-ha. Jae-ha masih berusaha membuka password ilseongnok Jae-kang. Ia
menyebutkan berbagai jenis makanan : hamburger, kerang saus, dll. Tapi
tak ada yang benar.
“Komrad Lee Jae-ha.” Jae-ha terkejut dan menoleh. Mungkin ia mengira Hang-ah telah kembali.
Tapi
itu adalah suara burung beo Jae-shin. Burung itu terus mengoceh
memanggil komrad Lee Jae-ha. Jangan-jangan Hang-ah yang ngajarin ya^^
Jae-ha
menyuruh Jae-shin membuang burung itu. Jae-shin menghampiri kakaknya
dan menyindir reaksi kakaknya pada panggilan itu cukup besar. Ia
bertanya apa kakaknya berubah pikiran. Jae-ha mengalihkan pembicaraan
dengan menanyakan apa saja kesukaan Jae-kang yang diingat Jae-shin.
“Kudengar
kakak tidak menonton sidang itu dan pergi memarahi Perdana Menteri. Di
mata orang lain kau adalah pahlawan. Jika orang lain memanggilmu
sampah, kau marah. Mengapa mood kakak begitu cepat berubah? Begitu
berbeda dengan seseorang, yang selalu sama”
“Kau benar, aku sampah. Jadi keluarlah.”
“Kakak
harus menyelesaikannya dengan benar. Karena kakak membuat situasinya
menjadi buruk, kakak seharusnya mengendalikan emosi kakak dengan lebih
baik!” Jae-shin memarahi kakaknya.
Kalau
begitu apa yang harus kulakukan, Jae-ha menggebrak meja dengan
frustrasi. Ia berkata ia berharap ada seseornag yang menghentikannya
taip kejadiannya begitu cepat. Pihak Utara dan Selatan begitu cepat
menyelesaikan masalah ini (Utara dengan cepat memerintahkan Hang-ah
untuk kembali). Jadi apa lagi yang bisa ia lakukan?
Jae-shin
mengingatkan bahwa Jae-ha adalah Raja. Jae-ha bertanya kekuasaan apa
yang dimiliki raja negeri ini. Jika ia membawa Hang-ah kembali ke
Selatan sekalipun, orang-orang itu akan tetap mempertanyakan Hang-ah di
belakangnya. Akhirnya akan tetap sama.
Untuk
memastikan hal itu tidak terjadi, Jae-ha berkata ia harus membereskan
semuanya lebih dulu. Ia harus menangkap pembunuh sebenarnya. Itu adalah
prioritas utamanya.
“Itu
akan memakan waktu sangat lama. Apa kakak akan membawa oenni kembali
saat ia sudah menjadi nenek-nenek?” seru Jae-shin kesal. Ia pergi
meninggalkan kakaknya.
Jae-ha
menghabiskan waktunya seharian untuk membuka jurnal Jae-kang. Akhirnya
ia terkapar di lantai sambil terus mencoba berbagai password. Ia
menoleh pada lukisan kakaknya dan meminta petunjuk.
Sekretaris
Eun masuk dan meminta Jae-ha ikut menjadi suporter sebuah pertandingan
olahraga. Jae-ha sebenarnya tidak mau tapi Sekretaris Eun berkata
kepercayaan rakyat pada keluarga kerajaan terguncang sejak kematian
Jae-kang. Dan acara olah raga adalah acara yang diminati seluruh rakyat
Korea. Jika Jae-ha ikut memberi semangat kali ini maka akan menjadi
publisitas baik.
Dengan
berat hati Jae-ha ikut duduk bersama para staf istana menonton
pertandingan itu. Bahkan ada orang yang memberikan petunjuk bagaimana
mereka harus bereaksi saat ada bola masuk atau bola keluar. Jae-ha
teringat pada pertandingan sepak bola yang pernah ditontonnya bersama
kakaknya.
Saat
itu Korea tertinggal angka dan waktunya hanya 5 menit lagi tapi
Jae-kang optimis Korea masih bisa menang. Sementara Jae-ha pesimis.
Jae-kang terus berteriak memberi semangat: “Dae-han Min-guk (Republik
Korea) prok prok prok prok prok.” (nadanya persis dengan yell :
In-do-ne-sia prok prok prok prok prok pada pertandingan bulu tangkis
hehehe)
Jae-ha
berdiri dan bergegas kembali ke tempat kerjanya. Ia mencoba password
itu: Dae-han Min-guk (lengkap engan intonasinya). Password salah.
“Dae-han Min-guk prok prok prok prok prok.” password benar. Jae-ha
tertawa karena kakaknya ikut memasukkan tepuk tangan sebagai password.
Bener-bener khas Jae-kang.
Jae-ha
segera melihat isi jurnal kakaknya. Jurnal pertama adalah hari pertama
Jae-kang dinobatkan menjadi raja (tahunnya dimulai dari tahu 2010 jadi
Jae-kang menjadi Raja pada tahun itu)
Ia
berkata ia tidak menyangka akan mewarisi tahta secepat ini. Ia
berjanji pada ayahnya akan menjadi pria yang baru. Jae-ha tersenyum
penuh kerinduan melihat kakaknya.
Jurnal
berikutnya Jae-kang yang sedikit mabuk mengungkapkan kegembiraannya
pada ayahnya setelah mengadakan pertemuan WOC yang pertama. Perwira
Utara dan Selatan berkumpul dalam satu ruangan. Ia berharap ayahnya juga
bisa melihatnya.
Berikutnya,
ungkapan kekecewaan Jae-kang karena Jae-ha membuat keributan hanya
gara-gara SNSD. Jae-ha buru-buru melihat jurnal berikutnya. Pfft…
Kali
ini Jae-kang bersorak gembira melaporkan pada ayahnya kalau Jae-ha
berhasil lari 60 km dalam semalam. Jae-ha ternyata bisa diandalkan.
Jae-ha tersenyum melihat kegembiraan kakaknya. Jae-kang berkata tugas
selanjutnya adalah menikahkan Jae-ha. Ia menunjukkan foto 2 gadis yang
terpilih sebagai kandidat istri Jae-ha (salah satunya yang ditemui
Jae-ha di luar negeri). Ia bertanya ayahnya lebih menyukai yang mana.
Jae-kang
mengambil foto ketiga. Foto Hang-ah. Ia berkata secara pribadi ia
merasa Hang-ah adalah pendamping yang tepat untuk Jae-ha. Jae-ha
tersenyum pahit. Jae-kang mengaku Hang-ah berasal dari unit khusus.
“Menakutkan, bukan? Rakyat tidak akan menyukainya. Terutama Klub M.
Mereka akan sangat marah.”
Mendengar
Klub M disebut, Jae-ha langsung memberi perhatian penuh. Ia mengklik
jurnal lainnya. Kakaknya terduduk dengan wajah khawatir. Ia berkata
ayahnya menyuruhnya jangan berlawanan dengan orang yang bebal. Tapi
sekarang orang itu menghalangi jalannya. Apa yang harus ia lakukan.
Jae-kang berkata orang itu telah meledakkan bom. Sebuah perusahaan
menentang sebuah negara.
Jae-kang
berkata mereka (Klub M) akan selalu berada di antar Utara dan Selatan
untuk membuat pergesekkan di antara keduanya. Jae-ha teringat perkataan
ayah Hang-ah mengenai Klub M yang bersembunyi dan mengendalikan dari
belakang. Mereka hanya pura-pura berdukacita. Lalu ia ingat
ucapan-ucapan John yang aneh.
“Mereka
tidak punya prinsip. Ia bahkan berani mengancamku seakan-akan dia lah
Rajanya. Sepertinya ia ingin membunuhku. Tapi aku tidak boleh takut
pada mereka, bukan?” tanya Jae-kang gemetar. Jae-ha tertegun melihat
kakaknya terlihat takut.
Sekretaris
Eun menemukan Jae-ha di ruang arsip. Semalaman ia mencari informasi
mengenai Klub M. Ia menemukan bahawa persenjataan mereka juga dibeli
dari Klub M. Klub M juga berkata akan membantu Korea Utara jika terjadi
perang. Intinya Klub M ini yang paling senang jika terjadi perang.
Sekretaris
Eun berkata Klub M berdiri sejak kejatuhan Uni Soviet. Pendirinya
adalah Arthur Mayer (ayah John). Mereka membeli perusahaan-perusahaan
kecil pembuat senjata dengan harga murah. Sekarang mereka telah
menguasai berbagai bidang industri di seluruh dunia. Singkatnya, ia
orang yang sangat sangat kaya.
“Apakah
ada kemungkinan ia yang membunuh kakakku” tanya Jae-ha. Sekretaris Eun
terkejut tapi ia mengangguk. Jae-ha memerintahkan untuk memanggil John
Mayer. Sekretaris Eun cepat-cepat berkata masih banyak kemungkinan
lain. Banyak yang tidak menyukai persatuan Utara dan Selatan, WOC, dan
pertunangan Hang-ah dan Jae-ha, jadi belum tentu Klub M.
Jae-ha
bertanya John Mayer itu orang seperti apa. Sekretaris Eun menjawab
netral, seperti yang Jae-ha lihat. Jae-ha berkata John dijuluki gollum
(makhluk jahat yang muncul dalam trilogi Lord of the Rings) abad ini dan
pesulap. Sekretaris Eun mnejelaskan kalau John sangat suka memamerkan
trik sulapnya. Orang yang suka pamer.
Jae-ha
teringat John berkata pernah menusuknya dengan bolpen. Ia
memutar-mutar bolpennya dan teringat insiden ketika ia kecil. Ketika ia
ditusuk seorang siswa daris ekolah kakaknya. Ia juga ingat anak itu
menulis : “I am KING” di kaca jendela.
Jae-ha
tersenyum. Ia menyuruh Sekretaris Eun memanggil John Mayer. Sekretaris
Eun protes. Jae-ha menenangkannya, ia tidak akan berbuat apa-apa. Ia
hanya ingin bicara.
John
sangat girang saat diberitahu Jae-ha ingin menemuinya. Ia menebak
Jae-ha pasti sudah ingat padanya. Iasangat senang hingga bertanya-tanya
apakah ia telah jatuh cinta pada Jae-ha.
John
tiba di pelataran istana dengan menggunakan helikopter. Sekretaris Eun
melaporkan kedatangan John pada Jae-ha. Ia berkata ia harus
mendengarkan percakapan John dan Jae-ha. Karena jika mereka
membicarakan masalah yang menyangkut negara, maka ia sebagai Sekretaris
harus ikut mendengarkan. Silakan saja, kata Jae-ha tenang. Ia pergi
keluar. Sekretaris Eun mengamati dokumen –dokumen yang berserakan di
meja Jae-ha. Semuanya mengenai Klub M.
John
Mayer diantar ke ruang kerja Jae-ha. Ia berpapasan dengan Sekretaris
Eun dan menyapanya. Tapi Sekretaris Eun mengabaikannya dan tidak
membalas salamnya. John terlihat kesal. Ia melewati kamar Jae-shin yang
pintunya seditkit terbuka. Ia melambaikan tangannya dan tersenyum pada
Jae-shin. Jae-shin langsung memberi isyarat agar dayangnya menutup
pintu.
John
memasuki ruang kerja Jae-ha. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali
ini Jae-ha menunggu di kursinya. Seakan menunjukkan kalau ia adalah
Raja negeri ini.
John
membunguk memberi hormat. Jae-ha berdiri menatap John lalu tersenyum.
Sementara itu Sekretaris Eun kembali ke ruangannya dan mendengarkan
percakapan mereka.
Jae-ha
meminta maaf karena mengganggu jadwal sibuk John. John berkata tidak
apa-apa, asalkan Jae-ha menelepon, setiap saat ia bersedia menerima
perintah.
Jae-ha
berkata ia memanggil John karena ia mendengar rumor kalau Klub M
berada di balik pembunuhan kakaknya. Sekretaris Eun tersentak. John
juga terkejut tapi ia tetap tersenyum.
“Apa yang Yang Mulia…”
Jae-ha
berkata ia memikirkan siapa yang mendapat kerugian jika Raja
sebelumnya tergesa-gesa dengan WOC dan pernikahan Utara-Selatan. Ia
sudah menghitung seluruhnya dan mendapati sekitar 10 ribu perusahaan
besar dan kecil. Tapi saat ia meneliti kembali, hampir semuanya milik
Klub M.
Jae-ha
terus mempermainkan John. Ia bertanya apakah perusahaan John seperti
kompleks persenjataan di film-film. Tidak, kata John. Jae-ha berkata
kalau begitu perusahaan John perusahaan kecil. Harga diri John
tersinggung. “Tidak sekecil itu,“ jawabnya sambil tersenyum kesal.
Jae-ha duduk dan mempersilakan John untuk duduk. Ia berkata bagaimana bisa seorang Korea memiliki begitu banyak perusahaan.
“Bagaimana bisa seorang Raja memandang rendah negaranya sendiri?” tanya John.
“Aku tidak memandang rendah, hanya saja tidak masuk akal.“
Ia
terus meledek John dengan nada merendahkan, bahkan tertawa geli saat
membaca kalau John dijuluki Al Capone (tokoh mafia terkenal dan
ditakuti). Senyum di wajah John perlahan-lahan lenyap.
Jae-ha
berkata ia akan menasihati John sebagai sesama orang Korea. Sebaiknya
John tidak terbuai dan terlalu berambisi. Ia meledek John telah
meminjam uang ke sana sini untuk memperluas usahanya. Jangan-jangan
pada akhirnya hanya akan ada kertas merah tertempel di mana-mana
(disita). John menahan kemarahannya.
Jae-ha
menasihati agar John menghemat uangnya. Mencari properti di daerah
pinggiran dan mengurusnya sendiri di sana selama ia masih bisa. Jae-ha
tahu, cara agar John memperlihatkan wajah aslinya adalah dengan
merendahkan harga dirinya habis-habisan.
“Jadi, aku sendiri akan mengurus Anmyeondo,” ujar John.
Jae-ha terdiam. Senyumnya menghilang. John memajukan tubuhnya mendekati Jae-ha.
“Kakakmu, aku sendiri yang mengirimnya ke dunia lain, dasar brengsek.”
Mendengar itu Sekretaris Eun segera bangkit dari tempat duduknya dan berlari keluar.
“Apa
kau senang? Kau sukses memprovokasiku. Apa kau merasa hebat? Tapi apa
boleh buat? Aku sengaja memberitahumu. Mengapa? Karena aku sangat
berkuasa. Apa kau pernah mendengar pemerintah bayangan? Itu adalah aku.
Raja dari negara seukuran telapak tangan seperti Korea hanyalah raja
boneka. Tak sederajat denganku. WOC dan penikahan Utara–Selatan tidaklah
menyenangkan. Tapi bukan itu alasan aku membunuh kakakmu. Kakakmu
mengira bisa menghalangiku masuk ke negara ini. Hal itu yang membuatku
bertindak. ”
Jae-ha
tertegun. John berkata Jae-kang mati tanpa mengetahui apapun. Seperti
orang bodoh. John tertawa. Jae-ha tampaknya siap meledak. Tangannya
gemetaran. Tapi tiba-tiba Jae-ha tertawa.
“Apa
kau telah meminum obatmu? Fantasimu bisa membuatmu dalam kesulitan.
Apa kau bersikap seperti ini karena aku tidak ingat padamu? Walau
begitu, kau tidak bisa berbohong.
“Berhentilah
berpura-pura,” John menggertakkan giginya. Ia mengharapkan kemarahan,
amukan, dan rasa takut dari Jae-ha tapi tenyata Jae-ha tidak
memperlihatkannya.
“Ah,
kau juga bilang kau pernah menusukku. Aku tidak ingat kau melakukannya
atau tidak. Tapi aku ingat kau menulis di jendela. Tulisan apa itu?”
Jae-ha pura-pura berusaha mengingatnya. “Diitulis dengan jari, ‘I am
…’”
John memberi isyarat dengan menggerakkan bibirnya: “King”.
“Tom?” tanya Jae-ha polos. “I am Tom, you are Jerry.” LOL^^
Jae-ha tertawa. “Tentu saja bukan, bukankah namamu John?”
“Ah, benar,” Jae-ha teringat,”Bong-gu. Nama Koreamu. Bong-gu. Kim Bong-gu.”
John
sangat membenci nama Koreanya. Nama yang tidak dikenal dan tidak
berpengaruh apapun. Apalagi Jae-ha menyebutnya sambil menunjuk-nunjuk
dan menertawakannya.
“Itu benar, ‘I am Bong-gu’. Benar kan?” Jae-ha tersenyum.
“YAAAA!!!!” John berteriak marah.
Sekretaris
Eun membuka pintu. Jae-ha bangkit berdiri dan berkata ia pasti akan
mengingat John mulai sekarang. Dengan nama Kim Bong-gu. Jae-ha pergi
meninggalkan Bong-gu yang meradang.
Sekretaris Eun mempersilakan Bong-gu keluar. Bong-gu pergi dengan amat sangat marah.
Shi-kyeong mendapat telepon dari Jae-ha.
“Pergi
ke lobi sekarang. Si brengsek itu sedang berjalan keluar. Tangkap
orang brengsek itu. Sekarang juga. Segera tangkap dia dan penggal
kepalanya. Atau belah dia menjadi empat bagian untukku!!” teriak Jae-ha
marah. (ekspresi Seung-gi di sini kereeeen^^)
Shi-kyeong
dan Dong-ha segera merlari mencari Bong-gu. Ketika mereka keluar,
mereka melihat Bong-gu mengamuk berteriak-teriak marah sambil
menunjuk-nunjuk ke arah istana. Ia digiring para pengawalnya untuk
menaiki helikopter. Shi-kyeong mendapat telepon dari ayahnya untuk
membatalkan perintah dari Jae-ha. Shi-kyeong protes tapi Sekretaris Eun
membentak bahwa itu adalah perintah.
Sekretaris
Eun menghampiri Jae-ha yang sedang berusaha menenangkan dirinya.
Jae-ha berkata Sekretaris Eun sudah mendengarnya sendiri bukan, orang
itu mengaku telah membunuh kakaknya. Ia meminta Sekretaris Eun menjadi
saksinya.
Sekretaris
Eun mengingatkan Jae-ha adalah Raja. Jae-ha berkata orang yang dibunuh
Bong-gu juga adalah Raja. Sekretaris Eun berkata masalahnya sudah
rumit sejak dulu. Menambahkan balas dendam hanya akan memperumitnya.
“Jadi, kau pikit itu tidak mungkin dilakukan?” Tanya Jae-ha tak percaya. “buktinya sudah jelas”
Sekretaris
Eun berkata walau buktinya jelas tetap saja membutuhkan waktu lama.
Jae-ha mungkin akan dipanggil setiap hari. Dan lagi mereka tidak
memiliki pertahanan and tidak dipersenjatai.
Klub
M tidak akan tinggal diam jika mereka dituntut. Semua perusahaan yang
berhubungan dengan klub M akan melumpuhkan ekonomi Korea Selatan.
Politikus dunia juga akan bangkit karena mereka menerima sponsor dalam
jumlah besar dari Klub M. Belum lagi para pemimpin media akan berbicara
menentang opini publik Mengapa? Karena klub M yang memberikan beasiswa
dan membiayai pendidikan mereka.
Terlebih
lagi, Sekretaris Eun mengingatkan kalau keluarga kerajaan juga
menerima donasi dari Klub M. Walau mereka menerimanya tanpa sadar.
“Dalam dunia ini tidak ada yang namanya keadilan. Hanya kekuasaan dan uang,” kata Sekretaris Eun.
Shi-kyeong masuk ke ruang kerja Jae-ha dan tak sengaja mendengar percakapan ayahnya dan Jae-ha di ruang sebelah.
Sekretaris
Eun berkata cara lain untuk menentang Klub M adalah melalui WOC dan
pernikahan Utara-selatan. Kedua hal ini yang membuat klub M membunuh
Jae-kang. Itu artinya klub B mengkhawatirkan dua hal ini. Kedua hal ini
menyebabkan membaiknya hubungan antara kedua negara. Hal ini yang
paling tidak diinginkan klub M. Ini adalah cara balas dendam yang bisa
mereka jalankan.
Tapi
Sekretaris Eun mengingatkan, baik WOC dan pernikahan itu sudah
digagalkan oleh Jae-ha sendiri. WOC gagal karena hubungan Utara dan
Selatan memburuk setelah dituduh menjadi penyebab kematian Jae-kang.
“Maafkan
aku tapi aku sulit mempercayai kalau Yang Mulia mempunyai kemampuan
untuk balas dendam. Yang Mulia cenderung banyak berbicara daripada
bertindak. Pada dasarnya Yang Mulia belum melakukan apapun.”
Shi-kyeong
tersentak mendengar perkataan ayahnya. Sekretaris Eun berkata jika
Jae-ha memiliki kemauan untuk menyelesaikan masalah WOC dan pernikahan,
barulah ia akan bersedia membicarakan langkah selanjutnya. Sebelum itu
terjadi, ia akan berpura-pura tidak melihat atau mendengar apapun hari
ini (tidak mendengar pengakuan Bong-gu). Jae-ha hanya diam tak bisa
mengatakan apapun.
Sekretaris
Eun keluar dan melihat Shi-kyeong berdiri di dekat pintu. Ia bertanya
seberapa banyak yang sudah didengar Shi-kyeong. Shi-kyeong menanyakan
klub M itu apa. Sekretaris Eun tak menjawab dan langsung pergi.
Shi-kyeong
mengikuti ayahnya ke kantor ayahnya. Sekretaris Eun mengangkat telepon
dan langsung menaikkan tingkat pengamanan arsip rahasia agar tidak
bisa diakses Shi-kyeong. Shi-kyeong bertanya apakah pembunuhan Jae-kang
dilakukan oleh Klub M tapi Sekretaris Eun mengusir anaknya.
“Pengawal
keluarga kerajaan Kapten Tim Dua Eun Shi-kyeong, jangan melewati batas
otoritasmu! Tentara harus bersikap sebagai tentara, jadi ikuti
perintahmu.”
Shi-kyeong
berkata tentara baru bisa bertindak jika ia mengerti perintahnya. Ia
bahkan tidak diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri.
Shi-kyeong berkata sikap ayahnya pada ayah Jae-ha dan Jae-ha sangatlah
berbeda.
Sekretaris
Eun mengingatkan ia telah mengenal Jae-ha sejak Jae-ha kecil.
Shi-kyeong berkata ia telah berlatih bersama dengan Jae-ha jadi ia juga
mengenalnya.
Sekretaris
Eun berpendapat Jae-ha adalah orang yang tidak bisa mengendalikan
perasaanya dan hanya tahu bertindak seenaknya. Shi-kyeong yakin Jae-ha
akan semakin kuat.
“Apa
yang kau tahu mengenai apa yang diperlukan untuk menjadi Raja? Berapa
umurmu? Apakah kedudukan yang menjadikan seseorang itu Raja? Alasan kau
ingin mempercayainya adalah karena kau merasa dia berkuasa. Karena dia
Raja. Kau memang seperti ini. Sekali kau percaya sesuatu kau akan
mengikuti jalan itu hingga akhir.”
Shi-kyeong
terluka dengan perkataan ayahnya. Ia berkata ayahnya juga sama. Di
mata ayahnya, satu kali gagal selamanya dianggap gagal. Kurasa ia
membicarakan dirinya sendri. Shi-kyeong pernah gagal mengikuti ujian
dan sejak itu ayahnya menganggapnya orang gagal.
Shi-kyeong
berjalan keluar kantor ayahnya. Di lorong yang dipenuh lukisan para
Raja, ia melihat Jae-ha sedang termenung menatap lukisan kakaknya.
“Kak, apakah aku benar-benar tidak memiliki kemampuan?” tanya Jae-ha dalam hati. “Aku tidak bisa melakukannya?”
Ia
berbalik dan melihat Shi-kyeong sedang memandanginya. Ia bertanya
apakah Shi-kyeong juga menganggapnya mengecewakan. Apa Shi-kyeong akan
merendahkannya seperti ayahnya? Shi-kyeong menghampiri Jae-ha.
“Yang
Mulia tidak perlu mempedulikan pendapat orang lain. Percayalah pada
diri sendiri. Yang Mulia sudah sangat berkuasa,” ujar Shi-kyeong
sungguh-sungguh.
Jae-ha bingung melihat sikap Shi-kyeong. Apa Shi-kyeong sedang mengoloknya?
“Yang
Mulia yang kukenal adalah seorang yang sangat peka. Yang Mulia benci
terlihat terlalu tulus. Tapi sebenarnya Yang Mulia tahu dunia yang
sebenarnya dan itu melukai Yang Mulia hingga tak bisa membuat keputusan
dalam melangkah. Itulah sebabnya Yang Mulia mengenakan topeng wajah
penuh tawa. Sekarang aku meminta agar Yang Mulia melepaskan topeng itu.
Yang Mulia merasa tidak percaya diri dan banyak orang memandang rendah
Yang Mulia. Tapi bagiku, Yang Mulia telah menjadi Raja yang paling
kuat.”
Shi-kyeong
berdiri dengan sikap sempurna seorang tentara. “Tolong jalani jalan
ini tanpa merasa gentar, Yang Mulia.” Shi-kyeong membungkuk dalam-dalam
memberi hormat.
Jae-ha
tersentuh dengan perkataan Shi-kyeong, namun seperti biasa ia tidak
mau memperlihatkan perasaannya. Ia berbalik dan berbicara dengan
lukisan Jae-kang, “Kak, mengapa dia seperti ini? Kurasa ia jadi gila.”
Shi-kyeong tak bergerak sedikitpun. Menatap Jae-ha yang membelakanginya. Ia terlihat penuh tekad. Siap mendukung Rajanya.
Sekretaris
Eun mengetik pernyataan mengenai kematian Jae-kang. Ia menceritakan
kronologis kejadiannya. Dari pertemuannya dengan Daniel Craig mengenai
sumbangan pada keluarga kerajaan. Lalu mengenai album langka yang ia
terima senilai jutaan won. Juga mengenai ia merekomendasikan tempat
berlibur di Korea Selatan pada Daniel Craig. Dan ia tak sengaja
menyarankan Anmyeondo. Sekretaris Eun terdiam sejenak, lalu menghapus
kata “tak sengaja”.
Tepat
saat itu Bong-gu meneleponnya dan memakinya seakan Sekretaris Eun
adalah anak buahnya. Sekretaris Eun bertanya bagaimana Bong-gu bisa
tahu nomor teleponnya yang baru. Bong-gu berkata ia tahu semuanya,
nomor KTP, SIM, bahkan kode masuk rumahnya.
“Karena kau sudah mengambil suapnya maka bekerjalah dengan betul, brengsek!!” teriak Bong-gu.
“Kukatakan sekali lagi, aku tidak….”
Bong-gu
kesal dengan “pendirian tak bersalah”nya Sekretaris Eun. Sekretaris
Bong-gu memberi isyarat agar Bong-gu menenangkan dirinya. Bong-gu
menarik nafas panjang dan berbicara dengan lebih tenang.
“Ketulusanmu
hanya bernilai 1%. Mengapa? Bukankah Goebbel pernah mengatakannya:
100% kebohongan akan lebih efektif jika dimasukkan 1% ketulusan di
dalamnya. Kau tahu siapa Goebbel bukan? Menteri Propaganda NAZI. Itulah
sebabnya aku bilag kau menambahkan ketulusan pada kebohonganmu. Hanya
agar Raja mempercayaimu dan kau tidak akan dicurigai. Kau bahkan bisa
berkata kau percaya pada dirimu sendiri. Kau brengsek busuk, jika kau
masih ingin bersikeras mengenai ketulusan, itu artinya kau membohongi
dirimu sendiri. Dirimu dan hati nuranimu. Kau telah membohongi dirimu
sendiri, apa kau tahu?”
Sekretaris Eun langsung mematikan teleponnya.
Sebenarnya
Bong-gu ada benarnya juga sih. Sekretaris Eun sedang berada di
persimpangan jalan. Ia maju mundur antara benar dan salah. Sebentar
mendukung sebentar menghalangi. Saat ia takut kesalahannya diketahui, ia
akan meghalangi jalan Jae-ha. Tapi saat hati nuraninya berbicara, ia
menunjukkan ketulusannya. Tapi bohong adalah bohong. Masalahnya apakah
Sekretaris Eun pada akhirnya akan menuruti hati nuraninya atau mengikuti
Bong-gu?
Bong-gu
melemparkan teleponnya dengan kesal karena Sekretaris Eun menutup
teleponnya begitu saja. Sekretarisnya mengingatkan kalau Sekretaris Eun
berguna untuk mereka jadi sebaiknya Bong-gu bresikap lebih baik.
Bong-gu berkata hal ini tidak bisa dilanjutkan. Ia menyuruh
sekretarisnya memanggil Bon Bon.
Siapa
Bon Bon? Wanita pembunuh yang suka makan cokelat. Bon Bon kan termasuk
coklat juga ya. Mungkin karena itu ia dijuluki Bon bon. Tapi yang
pasti ia tidak manis seperti Bon Bon. Bon Bon cha cha cha (ngomong apa
seeeeeh >,< ah stress)
Jae=ha
mengajak Shi-kyeong minum bersama di rumah kebun milik Ibunda Raja.
Shi-kyeong sangat canggung duduk bersama dengan Jae-ha. Jae-ha meminta
Shi-kyeong tidak tegang dan menyuruhnya minum. Tapi Shi-kyeong tak
bergerak.
“A-anggap
saja kita adalah teman,” kata Jae-ha malu-malu. Shi-kyeong terkejut.
Jae-ha menyodorkan gelasnya untuk toast tapi Shi-kyeong malah
memalingkan wajahnya dan minum (etika minum di Korea, jika kita minum
dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya atau lebih tua, lebih sopan
jika kita minum tidak menghadap pada mereka).
Shi-kyeong
bertanya apa yang akan Jae-ha lakukan pada Klub M. Jae-ha berkata
mereka akan menyelidiki lebih dulu. Dan kode operasi mereka : bong-gu.
Shi-kyeong mengangguk dengan patuh. (Awww…pengennya sih tim WOC Utara
dan Selatan bergabung untuk operasi ini^^)
Si-kyeong
berharap Jae-ha bisa mengerti ayahnya. Jae-ha tetsenyum. Walau
Sekretaris Eun berpandangan kolot tapi ia ada benarnya juga. Apalagi
Sekretaris Eun telah mengabdi pada keluarga kerajaan selama 30 tahun.
Shi-kyeong berterimakasih atas pengertian Jae-ha.
Jae--ha lalu bertanya pada Shi-kyeong apa yang harus ia lakukan mengenai Hang-ah. Ha.
Sepertinya
Shi-kyeong menyarankan agar Jae-ha menelepon Hang-ah. Tapi ayah
Hang-ah langsung menolak telepon itu. Ia sedang menunggu Hang-ah
berjalan-jalan dengan Ki-woon (teman Hang-ah yang dulu pernah melamar
Hang-ah namun ternyata hanya latihan untuk melamar gadis lain).
Hang-ah dan Ki-woon sampai di tempat ayah Hang-ah menunggu. Tapi Hang-ah tidak terlihat gembira. Ia mengeluh perutnya sakit.
“Air
bungaku mungkin akan datang. Aku merasa datangnya sedikt terlambat
kali ini,” keluhnya. Ki-woon dan ayah Hang-ah merasa jengah mendengar
Hang-ah mengucapkannya dengan begitu terang-terangan.
“Aku
bukan anak remaja lagi,” kata Hang-ah saat melihat reaksi ayah dan
temannya. “Aku sudah setua ini, mengapa harus malu? Kau tidak tahu apa
itu air bunga matahari? Menstruasi. Di Selatan disebut datang bulan!!”
Hang-ah
berseru keras-keras pada Ki-woon yang terlihat malu mendengar Hang-ah
berbicara seperti itu. Hang-ah tak mempedulikan keduanya dan berjalan
ke mobil. Ayah Hang-ah mencoba berbaik-baik pada Ki-woon untuk
meredakan ketegangan. Tapi Hang-ah mengajak ayahnya segera pergi.
Perutnya tambah sakit.
Ayah
Hang-ah mengusulkan agar Ki-woon mengajak Hang-ah berjalan-jalan lagi.
Atau Ki-woon boleh datang ke rumah dan mengobrol di sana. Ia bahkan
menawarkan untuk mengantar Ki-woon pulang. Hang-ah terlihat kesal.
Dalam
perjalanan pulang, Hang-ah menceritakan perbincangan membosankan
dengan Ki-woon yang ternyata lebih ingin mengetahui pengalaman Hang-ah
di selatan. Ayah Hang-ah berkata Hang-ah seharusnya berterima kasih
karena Ki-woon mau mengajaknya berjalan-jalan saat tahu Hang-ah dalam
mood jelek.
Hang-ah berkata teman-temannya juga selalu menelepon. Ayah Hang-ah berkata Ki-woon bukan hanya seorang teman tapi juga…
“Seorang
pria. Lalu kenapa? Aku tidak peduli siapa orangnya yang penting ia
pria. Apakah itu yang hendak Ayah katakan?” Ia bertanya apakah ayahnya
malu karena pertunangan puterinya putus.
Hang-ah
menahan air matanya dan meminta maaf atas perkataannya. Ayah Hang-ah
berkata Hang-ah sama sekali tidak memutuskan pertunangan. Ia belum
menikah dan belum bertunangan resmi. Pertunangan itu hanya kata-kata
saja. Sebenarnya Hang-ah hanya pergi ke keluarga kerajaan di Selatan.
Untuk melihat-lihat lalu kembali.
Tapi
Hang-ah tak berpikir seperti itu. Ia menginginkan pertunangan itu. Ia
mencintai Jae-ha. Sakit di perutnya semakin bertambah. Ia meminta
ayahnya membicarakan hal ini nanti di rumah.
Apakah
sangat sakit, tanya ayahnya. Hang-ah mengangguk. Ayah Hang-ah pikir
Hang-ah sakit hati. Ia berkata baik di Selatan dan Utara sama saja,
wanita yang selalu menderita pada akhirnya.
Shi-kyeong
mulai menyelidiki mengenai Klub M. Karena ia dilarang mengakses arsip
istana, ia mencari tahu dengan menemui temannya dan meminta bantuannya
untuk mencari informasi. Tiba-tiba telepon Shi-kyeong berbunyi.
Dong-ha
yang meneleponnya. Ia sedang mengantar Jae-shin check-up ke rumah
sakit dan sudah selesai. Tapi reporter mengetahui dan berkerumun di
gerbang keluar rumah sakit. Jae-shin menolak keluar dari rumah sakit.
Shi-kyeong
menyuruh Dong-ha memanggil bala bantuan untuk membentuk pagar manusia
dan mengawal Jae-shin keluar dari rumah sakit. Tapi Jae-shin tidak mau.
Ia merebut telepon Dong-ha dan berbicara dengan Shi-kyeong. Jae-shin
sama sekali tidak mau terlihat oleh wartawan. Ia tidak akan pergi sampai
para wartawan itu tidak terlihat lagi.
Shi-kyeong
mengusulkan agar mobil istana dijadikan pengalih perhatian. Tapi
Jae-shin tidak mau duduk di mobil untuk orang cacat. Ia tidak mau
terlihat orang dan memperlihatkan kalau dirinya orang cacat. Ia
memerintahkan Shi-kyeong segera datang dan membawanya keluar dari sana.
Mobil
istana dijadikan pengalih perhatian. Para reporter segera mengejar
mobil istana. Setelah keadaan aman, Dong-ha dan Shi-kyeong membawa
Jae-shin dengan mobil ambulans.
Sakit
perut Hang-ah semakin hebat. Ia hendak meminum obat penahan sakit tapi
sakitnya tak tertahankan lagi hingga obat-obat itu berjatuhan ke
lantai. Dengan sisa kekuatannya ia menelepon ayahnya.
Ambulans
yang dinaiki Jae-shin dibuntuti mobil berwarna putih. Dong-ha
menyadarinya dan memberitahu Shi-kyeong. Mereka pikir mobil itu salah
satu dari wartawa. Mereka berusaha menghindari mobil putih tapi mobil
itu terus menempel. Dong-ha membelokkan mobilnya secara tiba-tiba dan
mengambil jalan-jalan sempit. Akhirnya mobil putih itu tak terlihat
lagi.
Saat
mereka lega tiba-tiba dua buah mobil bertubrukkan tepat di jalan yang
dilalui oleh ambulans Jae-shin. Karena jalan itu sempit, kedua mobil
tadi menghalangi ambulans. Terjadi keributan antara dua pengemudi mobil
yang bertabrakan itu. Salah satunya orang asing.
Dong-ha
turun untuk memberekan keributan itu. Shi-kyeong juga hendak turun.
Jae-shin melarangnya, ia tak mau ditinggal sendirian. Tapi ia tahu
Shi-kyeong harus turun agar mereka bisa segera pergi.
“Kau akan segera kembali, kan?” tanyanya.
“Tentu saja,” jawab Shi-kyeong.
Jae-shin mengangguk memberi ijin. Shi-kyeong turun.
Pengemudi
asing yang sedang bertengkar tadi melihat ke arah ambulans dan melihat
Jae-shin. Jae-shin segera memalingkan wajahnya. Ia tak ingin dikenali.
Mobil putih yang tadi mengikuti mereka muncul dan berhenti di belakang
ambulans. Pengemudinya turun. Bon Bon. Oh NO!!
Jae-shin
menoleh dan melihat Bon Bon menatapnya dari luar jendela belakang
ambulans. Jae-hin terbelalak. Hmm….apakah “penampakan” ini akan memicu
ingatkn Jae-shin ya? Mudah-mudahan…
Ayah
Hang-ah menunggu hasil permeriksaan Hang-ah dengan khawatir. Dokter
menemuinya dan meminta maaf, mereka telah berusaha semampu mereka.
“Maaf untuk apa?” tanya ayah Hang-ah bingung.
“Usianya baru sebulan.”
“Apanya yang sebulan?”
“Anak,” jawab si dokter. Melihat ekspresi ayah Hang-ah yang shock, ia bertanya apakah ayah Hang-ah tak tahu.
“Anak?!”
Jae-ha
sedang memijat pundak ibunya dan menemaninya menonton drama (Twinkle
Twinkle^^). Ibunya menyuruh Jae-ha meilihat tokoh ayah dalam drama itu
yang hidup sengsara.
Ia
bertanya apakah Jae-ha tahu mengapa si ayah menjadi seperti itu? Itu
karena ia menelantarkan istrinya sendiri. Dia mencampakkan istri yang
merawatnya dengan sepenuh hati. Ia sedang menyindir Jae-ha dan Jae-ha
tahu itu.
“Apa
kau tahu mengapa pria itu mencampakkan istrinya? Hanya karena ia
mengucapkan kata sampah. Dia berbalik dan mengusirnya keluar. Padahal
itu adalah istrinya. Pria seperti apa itu?” Hahaha… abis deh Jae-ha
sama ibunya^^
Sekretaris
Eun masuk dan meminta mereka mengganti saluran TV. Berita luar negeri
menayangkan berita bahwa Kim Hang-ah, tunangan Jae-ha, mengalami
keguguran. Dan sekarang pemerintah Korea Utara mengecam keras Jae-ha
yang tidak bertanggung jawab baik dalam pertunangan, juga dalam
peristiwa keguguran ini.
Berita
dari Korea Utara: “Puteri kita Kim Hang-ah telah kehilangan sebuah
kehidupan yang berharga. Ia kehilangan anak yang baru dikandung satu
bulan. Karena duka hatinya, ia menderita trauma berat.”
“Anak
apa? Bukankah kalian tinggal di kamar yang terpisah?” tanya Ibunda
Raja terkejut. Sekretaris Eun memandang Jae-ha seakan berkata “apa lagi
yang Yang Mulia telah lakukan”? Jae-ha terpana.
“Kami
merasa sangat marah akan hal ini. Raja Selatan telah mempermalukan
puteri rakyat kita. Bahkan anaknya dicampakkan dengan kejam. Raja
Selatan adalah monster yang bahkan lebih buruk daripada babi dan
anjing. Sekarang seluruh dunia tahu siapa dia sebenarnya.. ”
Jae-ha shock.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar