-- King 2 Hearts Episode 8 --
Jae Ha tiba di istana dan suara terompet berkabung terdengar dari atap, menandai wafatnya raja dan seorang staff meratap meminta Raja untuk kembali. Jae Ha berhenti untuk melihat mereka dan kemudian meneruskan langkahnya.
Ia masuk ke dalam kamarnya yang kosong dan gelap. Ia melihat baju berkabungnya sudah tergantung, menunggunya. Saat ia berganti pakaian, kenangan akan Jae Kang membanjirinya, senyumnya yang manis, kata-kata terakhirnya.
Akhirnya ia menangis, tapi memaksa dirinya untuk menahan airmatanya.
Hang Ah mendapat telpon dari ayahnya yang panik. Ia mengkhawatirkan keselamatan Hang Ah, karena selama ini ia mempercayakannya pada Jae Kang dan sekarang, siapa yang akan melindunginya. Hang Ah bahkan tidak mendengar perkataan ayahnya karena ia ketakutan, tapi bukan untuk dirinya dan menutup telponnya.
Hang Ah berjalan melewati aula peringatan dimana ia berpapasan dengan Jae Ha. Ia memberi hormat, “Yang Mulia.” Jae Ha berhenti dan memandangnya, matanya merah karena ia habis menangis. Sekretaris Eun menyuruhnya bergegas, tapi Jae Ha berhenti untuk memberitahu Hang Ah, “Kau jangan memanggilku seperti itu juga.”
Ia memberi hormat pada mendiang Raja dan Ratu dalam seragam Kerajaan dan berjalan menuju ke aula. Ia masuk ke kantor Raja dan potret Jae Kang terpasang didinding menggantikan potret ayahnya
Hang Ah bertanya pada dayangnya jika ia bisa membantu sesuatu dan bertanya dimana ia paling berguna, putus asa untuk melakukan sesuatu, apapun itu.
Jae Ha kembali kekantor dengan memakai jas. Dengan hati-hati ia duduk di kursi Raja. Sekretaris Eun menyuruhnya untuk mulai membuat buku harian Raja yang mengharuskannya mengganti password. Ketika ditinggal sendirian, Jae Ha berbalik ke layar kecil yang memintanya untuk memasukkan satu set kata kunci, satu untuk memulai rekaman dan satu untuk menghentikannya.
Hanya saja, ia malah memandang potret Jae Kang dengan airmata tergenang. Ia bertanya dengan marah, “Apa kau senang?”
Komputer, “Kata kunci disimpan.” Komputer itu meminta kata kunci penutup. Jae Ha masih menatap potret kakaknya, “Apa yang kau lihat? “ Komputer, “Password anda sudah disimpan.”
Jae Ha menemukan Sekretaris Eun di perpustakaan dan bertanya apalagi yang harus ia lakukan dan ternyata ia diberi setumpuk pekerjaan untuk hari itu. Secara naluriah ia langsung mengeluh, tapi ia ingat kalau ia harus kuat. Jae Ha bergumam, “Stress….”
Ia diberitahu tentang rapat-rapat yang harus dihadirinya dan permasalahan budaya, khususnya tentang “Arirang”, salah satu lagu rakyat Korea yang sering digunakan untuk menyatukan Korea Utara dan Selatan secara budaya. Lagu Arirang akan diklaim China sebagai lagu daerahnya.
Ia marah dan Sekretaris Eun menyadarkannya dengan berkata kalau masalah itu sudah ada selama 10 bulan dan ia belum tahu?
Ia kemudian meminta dokumen tentang masalah Arirang itu. Sekretaris Eun memperingatkannya kalau dokumen yang harus dibacanya terlalu banyak, tapi Jae Ha membentaknya, “Apa kau tahu berapa IQ ku? 187. Jika kau tidak mempercayaiku, kau bisa mengetesku besok pagi.”
Ia pun menggulung bajunya dan mulai bekerja, bersiap untuk lembur semalaman.
Sekretaris Eun mendapat laporan dari penyelidikan kematian Raja, bahwa Jae Kang meninggal karena keracunan karbon monoksida yang berasal dari batu bara yang ditemukan diperapian. Cerobing asapnya tertutup dan jendelanya hanya terbuka sedikit, oleh sebab itu karbon monoksida memenuhi ruangan.
Tiba-tiba ia teringat tentang album Beatles dan percakapan ketika ia memberitahu lokasi Raja berlibur dan matanya pun terbelalak.
Ia membuka sms yang tadinya diabaikannya, dari Komunitas M. ternyata itu adalah foto villa dan sebuah catatan, “Terimakasih atas bantuanmu!” Ia menundukkan kepalanya, menyadari kalau dugaannya benar.
Ibu memandikan Jae Shin ditempat tidurnya, berbicara sedikit dengan sekretarisnya untuk membatalkan semua jadwal Jae Shin dan memasukkannya ke jadwalnya.
Ia berbicara panjang dan lebar, kemudian berhenti untuk bertanya pada perawat kenapa Jae Shin belum sadar juga, kemudian berpikir kalau itu lebih baik, “Akan jadi neraka jika ia sadar.” Tapi Jae Shin akhirnya terbangun dan bertanya pada ibu apa yang sedang ia lakukan.
Paginya, Jae Ha masih di mejanya, membetulkan staffnya tentang hal-hal yang baru diketahuinya beberapa jam yang lalu. (bengawanseoul.com)Ia menanyakan Sekretaris Eun yang ternyata sedang mengambil ijin sakit karena terlalu shock dengan kematian Raja. Jae Ha menyindir, jika ia baik-baik saja, maka yang lain juga harus begitu.
Shi Kyung menerobos masuk dan memberitahu kalau Jae Shin sudah sadar dengan suara gemetar. Mereka langsung pergi menjenguknya saat Jae Shin berusaha mengingat kejadian pada hari itu. Ia ingat menelpon Jae Ha dan menelpon Shi Kyung setelah berbelanja.
Tapi yang lainnya kabur. Ia ingin mengambil ponselnya, tapi terjatuh karena tidak dapat menahan berat badannya. Ia memandang kakinya dengan ngeri kemudian menatap ibu, “Kenapa kakiku seperti ini?”
Jae Ha membaca laporan tentang kematian kakaknya dan meminta Sekretaris Eun masuk. Sekretaris Eun duduk dan menunduk, tidak mampu untuk menatap Jae Ha. Jae Ha bertanya apa semua itu hanya kecelakaan, bukankah terlalu banyak kebetulan, apa yang terjadi pada kakaknya, kemudian Jae Shin yang tidak dapat mengingat kenapa ia bisa jatuh dari atas tebing.
Kemudian Eun Kyu Tae mendesah, “Semuanya adalah salah hamba.” Ia tidak mengecek semuanya dengan benar, perapian, jendela, ia tidak mengecek keduanya.
Mata Jae Ha mulai penuh dengan airmata kemarahan dan ia menendang meja saat Sekretaris Eun berkata kalau ia yang harus disalahkan dan ia akan menerima hukumannya. Dengan gemetar, Jae Ha bertanya, “Ini karena kau benar-benar merasa kalau kau harus disalahkan atau karena kau tidak menyukaiku. Karena, seberapa keras kau bekerja, jerih payahmu akan sia-sia padaku?”
Sekretaris Eun terkejut dan memandangnya, kemudian menjawab, “Keduanya.” Jae Ha berkata kalau Sekretaris Eun harus menerima hukumannya, “ Tinggalah. Tinggal disampingku dan ubahlah Raja sampah ini menjadi manusia.” Sekretaris Eun mencoba protes, tapi Jae Ha menutup perdebatan ini, “Aku terlalu sibuk untuk menendangmu sekarang, ajusshi.” Ia keluar dari ruangan itu.
Bong Gu menelponnya dan menebak dengan benar apa yang sedang dilakukan Sekretaris Eun pada titik ini. Kalau sebenarnya ia tahu apa yang ia lakukan ketika ia membocorkan rahasia lokasi Raja demi suap album beatles itu dan kemudian mengaku pada Raja yang baru, tapi bukan pengakuan yang jujur, saat Raja sedang membutuhkannya dan terlalu sibuk untuk membiarkan ia pergi.
Sekarang Bong Gu bisa memanfaatkan Sekretaris Eun karena ia tahu rahasianya. Bong Gu berkata kalau sekarang yang dibutuhkannya adalah Raja sampah harus menjauh dari bisnisnya.
Di tempat lain, Hang Ah tengah menyibukkan dirinya di rumah kaca kerajaan. Para dayangnya berkumpul disekitarnya dan memohon padanya untuk tidak melakukan apapun sesuai perintah Ibu Suri. Hang Ah menunjukkan kalau ia ada di radius 500 meter dari kamarnya, sesuai batas terjauh ia bisa pergi dan ia sudah mengukurnya.
Hang Ah berkata kalau ia tidak bisa membantu hal yang lain dan dayangnya mengingatkannya kalau ia belum anggota keluarga kerajaan. (bengawanseoul.com)Hang Ah mendesah, “Aku hanya mencabuti rumput. Hanya karena orang Korea Utara yang mencabutinya, maka tanaman-tanaman itu tidak akan tiba-tiba berubah jadi merah, jadi jangan khawatir.”
Jae Ha melihatnya di rumah kaca kemudian tersenyum. Ia berhenti untuk menemuinya dan meminta para dayang untuk meninggalkan mereka.
Hang Ah menjadi senang sampai Jae Ha berkata kalau ia terus sibuk melakukan hal yang pas untuknya (menggunakan kekuatan kasarnya) yang membuatnya cemberut. Hang Ah merengek kalau mereka sudah lama tidak bertemu dan ini kata yang dipilih untuk diucapkannya?
Jae Ha menggodanya dengan suara Raja terbaiknya, “Sungguh lancang!” Hang Ah membungkuk di pinggang dan menjawab dengan menirukan drama-drama, “Hamba mohon ampun!”
Jae Ha mencondongkan tubuhnya mendekat, “Apa kau sedang syuting sageuk?” Hang Ah bertanya apa Jae Ha baik-baik saja dan Jae Ha lebih mengkhawatirkan ibu, mungkin ia bisa pingsan karena kecapekan.
Hang Ah mulai berkata, “Mungkin aku…..” dan Jae Ha memotong perkataannya, “Maukah kau pergi? Jika kau bisa merawat Jae Shin….” Hang Ah tersenyum.
Di rumah sakit, ibu merawat Jae Shin, dan tidak sadar kalau ia menyembunyikan sebuah sisir. Ketika ibu sedang tidak melihat, ia mulai menusuk kakinya dengan ujung yang tajam, terus menerus.
Matanya yang kosong lebih menakutkan dari apapun saat Ibu menjerit ketakutan dan Jae Shin hanya berkata, “ ini sangat aneh. AKu tidak bisa merasakan apapun. Kakiku seperti karet.”
Beberapa saat kemudian, ibu keluar untuk memberi perintah dan ketika Jae Shin mendengarnya, ia langsung menjerit kalau tidak seorangpun boleh ada disisinya kecuali Shi Kyung. Ibu memberitahu Shi Kyung kalau ia bertugas dan berbalik pergi, tapi ia bertemu dengan Hang Ah dalam perjalanannya masuk.
Ibu berusaha menyuruhnya pergi, tapi Hang Ah punya perintah Raja dan dengan berani ia berhasil bertahan dengan pura-pura flu. Ia bertemu dengan dokter yang memberitahunya kalau Jae Shin tetap harus menjalani terapi fisik, walaupun mungkin kakinya tidak berfungsi lagi.
Didalam kamar, Jae Shin mulai panik. Dengan panik, ia mencari sekotak tisu dan menjadi semakin panik ketika ia melihat dibawah selimutnya.
Ia menggunakan semua kekuatannya untuk merayap dengan tangannya untuk meraih sekotak tisu, menangis dalam kemarahan karena ia tidak bisa mengambilnya. Ia jatuh ke lantai dengan keras. Staff yang ada diluar segera berkumpul ketika mendengar keributan itu, tapi Jae Shin menjerit kalau ia akan bunuh diri jika ada orang yang masuk ke dalam kamar.
Keadaan sangat panik dan kacau sehingga dokter dipanggil. Hang Ah mendengarnya dan langsung berjalan ke sana. Shi Kyung berusaha menghalanginya, tapi Hang Ah berkata, “Tidak ada seorangpun yang akan bunuh diri berkata seperti itu.”
Ia berjalan masuk dan menutup pintu. Ia melihat Jae Shin dilantai dan langsung tahu apa yang terjadi, ia pun langsung mengunci pintu. (bengawanseoul.com)Ia mencopoti seprai dan selimut dan membawanya ke kamar mandi, kemudian menyalakan air.
Ia mengangkat Jae Shin yang masih menjerit dari lantai dan melemparkannya di bak mandi. Sekarang kita lihat kalau Jae Shin mengotori dirinya di tempat tidur. Jae Shin merengek dan melawan, tapi Hang Ah berkata dengan terus terang, “Kau pup. Apa kau mau mandi di air kotor?” Jae Shin terdiam dan tenang dalam beberapa saat.
Dokter datang dan mengetuk pintu, tapi saat itu Hang Ah sedang memandikan Jae Shin dan ia mengusulkan kalau Jae Shin harus memberitahu dayang yang diluar kalau ia baik-baik saja sehingga mereka bisa lebih tenang, jika tidak ia akan memberi nama panggilan yang memalukan, “Putri yang pup”.
Jae Shin berkata kalau semuanya baik-baik saja, tapi menolak pertolongan Hang Ah. Ia berkata kalau ia bisa melakukannya sendiri atau menunggu sampai ibunya datang. Tapi Hang Ah menampar punggungnya dan memarahinya kalau ibu sudah melakukan semuanya sendirian tanpa beristirahat dan bisa pingsan kapan saja.
Hang Ah berteriak kalau Jae Shin sangat egois, “Pup? Semua orang pup! Raja pup. Jang Dong Gun pup. Aku pup sebelum pergi!”
Akhirnya Jae Shin menyerah. Ia menangis ketika ia membiarkan dirinya dimandikan seperti bayi, tapi daripada membuatnya kasihan pada dirinya sendiri, Hang Ah berkata kalau kulit Jae Shin sangat halus, apakah ia merawatnya dengan khusus? Jae Shin mendongakkan hidungnya, “Aku terlahir seperti ini.”
Ibu kembali ketika tukang kunci berusaha membuka pintu. Ia pun masuk dan melihat Hang Ah sedang mengoleskan krim pelembab kekaki Jae Shin, mereka berdua mengobrol seperti dua orang sahabat. Jae Shin mengajarinya tentang perbedaan antara krim pelembab badan dengan krim kaki.
Hang Ah ternganga, “Krim itu berbeda-beda? Mata, leher, kaki, semuanya terpisah. Kalian orang Korean Selatan, memboroskan uang kalian pada tubuh kalian bukan?”
Ia kaget ketika melihat ibu berdiri di pintu. Ia segera membungkuk dengan gelisah. Kali ini Jae Shin yang berterus terang, “Ibu, aku pup.” Ia berkata kalau unni sudah mencuci sprei sebanyak 3 kali tapi mereka tidak bisa menghilangkan baunya dan bertanya apakah mereka perlu menggunakan parfum, tapi Hang Ah berkata kalau ia sudah membubuhkan bubuk kopi diatas sprei itu.
Ibu hanya ternganga saat Hang Ah merasa gelisah. Adegan di potong ketika ibu membawanya ke ruang bawah tanah dan ke dapur. Ia memerintahkan semua orang untuk pergi dan kemudian memberitahu Hang Ah kalau semua orang dalam keluarganya menyukai kerang dan mulai mengajarinya resep rahasia keluarga yang dulu dipelajarinya dari ibu mertuanya.
Tapi ibu tidak tahan dan selalu menghardik dialeknya dan Hang Ah bersumpah kalau ia akan mencoba dan memperbaikinya, segera mengkoreksi ucapannya dengan upaya yang canggung supaya lebih terdengar seperti dialek Seoul. Ibu tersenyum dan mereka berdua tertawa bersama.
Mereka kemudian makan malam bersama di kamar Jae Shin dan ibu dengan bangga meletakkan masakan kerang Hang Ah didepan Jae Ha. (bengawanseoul.com)Jae Ha bertanya apakah Hang Ah benar-benar membuatnya dan dengan cepat berkata kalau ia tidak mau memakannya dan memberikannya pada Jae Shin.
Jae Shin mencobanya dan terbatuk-batuk karena masakan itu terlalu asin. Ibu masih memujinya karena memasaknya pada temperatur yang tepat, yang merupakan bagian tersulitnya kemudian meletakkan kerang tersebut didepan Jae Ha.
Jae Ha mendongak, “Aku harus memakannya?” Ibu langsung memelototinya. Tanpa kata ia langsung menyendok dan memakannya, tapi ia tidak bisa berpura-pura dan mendesah karena masakan Hang Ah tidak enak. Ia mengeluh dan ingin makan daging tapi ibu mengingatkannya kalau mereka masih berkabung.
Ibu mengingatkannya kalau banyak perubahan yang terjadi dibandingkan ketika ayahnya meninggal dan Jae Ha ingat kalau ia harus berpuasa selama 3 hari saat itu. Ia tertawa, paling tidak kakaknya sangat baik, karena meninggal setelah merubah semua adat itu sehingga mereka bisa makan.
Suasana berubah menjadi tidak enak dan Jae Ha hanya mendesah kalau seharusnya Jae merubah peraturan sehingga mereka bisa makan daging. Jae Shin menambahkan, “Kakak tertua sedikit menyebalkan.”
Mereka saling memandang dan ibu kemudian berkata kalau sifat Jae Kang itu menurun darinya, “Maaf, aku sedikit menyebalkan.” Anak-anaknya pun tertawa, Jae Ha meminta agar ibu tidak marah dan menatap Hang Ah dan berkata kalau ibu terlalu sensitif, “Ia bahkan sedikit….kejam,” Ia menggunakan kata-kata bodoh Hang Ah untuk melibatkannya. Mereka semua pun tertawa.
Jae Shin melambai saat keluarganya pergi dan ini pertama kalinya ibu mempunyai waktu luang sejak semuanya terjadi. Akhirnya ia menangis. Shi Kyung terus memandangnya dengan diam saat Ibu bergerak maju mundur karena tidak dapat bernapas dan menangis, “Jae Kang ah….”
Jae Shin memandang foto Jae Kang saat ia mendengarkan musik, kemudian menangis dan memeluk foto itu ke dadanya.
Saatnya untuk proses pemakaman kerajaan. Jae Ha berjalan keluar untuk melihat Raja dan Ratu yang sedang dibawa keluar.
Istana berbalut warna putih ketika Jae Ha dan ibu memberi hormat pada Jae Kang untuk terakhir kalinya.
Sedangkan Hang Ah menangis di dalam kamarnya dan mengingat pelindungnya.
Ketika ia sendirian, Jae Ha menangis sedikit di kantornya sambil memandang potret Jae Kang, tapi ia menahan air matanya lagi dan menekan rasa sakitnya. Hang Ah masuk ke dalam dan melihat matanya yang memerah. Kali ini ia berkata, “Biarkan semuanya keluar.”
Jae Ha berpura-pura tidak tahu apa yang ia katakan dan berbalik pergi, tapi Hang Ah memegang tangannya, “Jika kau begitu, kau membuat dirimu sakit. Tak ada hal di dunia ini yang lebih penting daripada menjaga hatimu sendiri.”
Hang Ah memandang Jae Ha dengan tulus, tapi Jae Ha mengedipkan matanya supaya sisa airmatanya tidak jadi keluar, ia belum siap untuk menghadapinya. (bengawanseoul.com)Ia berkata dengan dingin kalau Hang Ah sudah melewati batas dan melangkah pergi.
Hang Ah kemudian pergi ke kantor Sekretaris Eun dan bertanya apa ia bisa meminta waktu Jae Ha selama 3 jam. Jae Ha selesai menelpon dan kelelahan. Shi Kyung datang untuk mengawalnya ketempat pertemuan berikutnya yang katanya telah dibatalkan.
Hang Ah menuangkan anggur di kamarnya saat kita mendengar suara Sekretaris Eun dalam voiceover tentang makanan favorit Jae Ha yang saat ini sedang ia siapkan. Ia menonton sebuah episode High kick untuk belajar aegyo, tapi ketika ia mencobanya, ia hampir muntah karena bertindak terlalu manis.
Ia teringat kata-kata Jae Ha tentang para pria yang suka dipanggil oppa dan berlatih untuk mengatakannya. Jae Ha tiba dan memberitahunya kalau ia punya banyak pekerjaan, tapi Hang Ah mendesaknya untuk beristirahat sejenak, berkeras kalau ia sudah mendapatkan ijin supaya Jae Ha bisa makan sosis dan semua yang telah disiapkannya.
Dan Hang Ah mencoba berkata dengan suara yang manis, mengakhiri kata-katanya dengan, “O…ppa?”
Jae Ha memandangnya dengan tercengang, “Apa kau baru saja bilang o…ppa?” Hang Ah hanya bisa berharap kalau ia bisa menarik kata-katanya dan Jae Ha tertawa, berkata kalau ia membuatnya ketakutan.
Jae Ha masih tertawa, “Apa kau melatihnya? Hang Ah mencoba menyangkalnya. Ia kemudian mencoba mengatakan kalau Jae Ha mirip dengan dua orang yang terkenal yang ternyata Jae Ha tidak tahu mengenai mereka ( seperti saat Kim Jo Woon dalam secret garden berkata kalau kau adalah Jeon Do Yeon dan Kim Tae Hee ku). Jae Ha terus tertawa.
Usaha Hang Ah benar-benar mengagumkan dimana Jae Ha merasa tersentuh, walaupun ia menunjuk kalau itu bukan karena ia cantik atau seksi, tapi karena ia lucu. Hang Ah merengut. Jae Ha memohon agar Hang Ah melakukan hal yang lain, dan dengan bibir mengerucut berjanji kalau ia tidak akan tertawa.
Hang Ah kemudian memakai sarung tangan cakar untuk menari Bo Beep untuk Jae Ha. Jae Ha hampir menarik sesuatu agar ia tidak tertawa. (bengawanseoul.com)Tapi Jae Ha kalah dan tidak bisa menahan tawanya. Hang Ah bersembunyi karena malu, tapi Jae Ha dengan manis memberitahunya kalau Hang Ah sangat manis dan mendapatkan cakaran di wajahnya karena godaannya.
Jae Ha naik ke tempat tidur Hang Ah dan berkata kalau ia akan tidur disini malam ini. Hang Ah memberitahunya kalau ia hanya punya waktu 30 menit lagi dan ia harus kembali bekerja. Jae Ha merengek supaya Hang Ah memundurkannya dengan menggunakan jarum beracunnya sebagai ancaman
Hang Ah mengusulkan untuk tidur siang dan ia akan membangunkannya. Tapi Jae Ha menariknya ke tempat tidur dan jatuh ke dalam pelukannya. Hang Ah tergagap, apa ini, Jae Ha hanya menjawab, “Aku calon suamimu, Sang Raja.”
Hang Ah bangun dengan canggung, berkata kalau mereka harus memeriksa peraturan dahulu dan Jae Ha berkata kalau ia akan memindahkannya ke istana dalam saja. Hang Ah memberitahunya untuk berhenti bermain Raja Uija (Raja Baekje yang punya banyak selir).
Jae Ha mengerutkan keningnya dan mencoba taktik yang lain, berpura-pura khawatir tentang kulitnya, merayu Hang Ah supaya mau ke tempat tidur dan menyentuh wajahnya.
Hang Ah mengeluarkan cerminnya dan berkata kalau ia sudah merawat kulitnya setiap hari dan bahkan Raja berkata kalau ia cantik. Jae Ha tersenyum, “Kapan aku mengatakannya?” Tapi Hang Ah memandang ke arah lain. Jae Ha tersadar kalau yang dimaksudnya Raja yang lain, “Kakak?”
Itu membuat hatinya sedih dan kemudian menertawai Hang Ah karena ia mempercayainya. Ia berkata kalau kakaknya orang yang pandai bicara dan dengan cara itu ia merayu istrinya. Tapi Hang Ah berkata tidak, ia orang yang tulus bahkan ia mengirim foto padanya.
Jae Ha bertanya, foto apa dan Hang Ah memberitahunya kalau Raja mengirimnya di hari kematiannya. Jae Kang memberitahunya kalau ia mengirim foto yang sama padanya, apa ia tidak menerimanya? Jae Ha mengaku kalau ia menghapusnya.
Hang Ah berkata kalau mereka bisa melihat foto itu bersama dan menunjukkan pada Jae Ha foto-foto Jae Kang dengan istrinya, sedang tertawa. Ada catatan yang menyuruhnya supaya menjadi kuat, memanggilnya jae soo shi (adik ipar)
Ia mengejek kakaknya karena melakukan hal menggelikan yang tidak cocok untuknya, seperti berpose dengan tanda V dan airmata mulai menggenang. Hang Ah berdiri dan Jae Ha meraih tangan Hang Ah. Tanpa memandangnya, “Aku menutup telponnya.”
Jae Ha mulai menangis, “Telepon terakhir kami….dan aku menutupnya….”Akhirnya ia mengeluarkan kesedihannya dan Hang Ah duduk disampingnya dengan tangan di bahu Jae Ha. Jae Ha masih menangis, “Maafkan aku Hyung. Aku tidak tahu semuanya berakhir seperti ini.”
Hang Ah menariknya dan memeluknya. Akhirnya Jae Ha membiarkan dirinya menangis dalam pelukan Hang Ah.
Semuanya berubah gelap. Hang Ah terbangun dan melihat Jae Ha tidur disebelahnya.
Pagi-pagi, Sekretaris Eun mendapat laporan kalau Jae Ha tidak pernah kembali dari kediaman Hang Ah dan ia pun segera berjalan menuju kesana. Hang Ah sudah menunggunya karena tahu konsekuensi dan aturan (karena mereka belum menikah dan sedang berkabung). Ia memarahi Hang Ah karena tidak mengirimkan Jae Ha kembali seperti janjinya, tapi ia mengambil kesalahan kalau dirinyalah yang meminta Jae Ha untuk tidak pergi.
Bong Gu menelpon Sekretaris Eun untuk ancamannya yang pertama. Ia ingin supaya di ijinkan masuk ke Korea lagi. Ia juga meminta untuk bertemu dengan Raja. Eun Kyu Tae memperkenalkannya pada Jae Ha dengan namanya yang lain, John Meyer. Bong Gu menyapa Raja dengan bungkukan penuh hormat dan jabat tangan. Ia berkata kalau ini adalah anugrah ia bisa bertemu lagi dengannya. Jae Ha terlihat bingung.
Bong Gu mendongak dengan menakutkan, “Apa Yang Mulia tidak ingat?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar