-- King 2 Hearts Episode 11 --
Jae-shin shock melihat Bon Bon. Bon Bon menikmati melihat kengerian di wajah Jae-shin. Dengan santai ia memakan cokelatnya. Jae-shin memukul-mukul jendela tapi pukulannya terlalu lemah. Ia berusaha menggapai klakson di kursi depan tapi ia tak sanggup mencapainya. Burung beo Jae-shin memanggil-manggil Shi-kyeong tapi suaranya terlalu kecil.
Shi-kyeong merasakan ada sesuatu yang tak beres dan kembali ke mobil. Ia terkejut meihat Jae-shin terduduk di lantai mobil dengan tatapan shock. Jae-shin menoleh ke belakang tapi Shi-kyeong tak melihat siapapun di sana. Ia memerintahkan Dong-ha mencari bala bantuan dan membuka jalan secepatnya.
Shi-kyeong mengguncang Jae-shin. Ia meminta Jae-shin fokus menatapnya dan menyebut namanya.
Jae-shin menatap Shi-kyeong, berusaha menyebut namanya. “Eun….Shi….kyeong….”
Shi-kyeong mengangguk lega dan menarik Jae-shin dalam pelukannya. Jae-shin gemetar dan terus memanggil nama Shi-kyeong. Shi-kyeong memeluk Jae-shin erat-erat.
“Anak?” tanya Hang-ah bingung.
Ayah Hang-ah berkata mereka mencoba merahasiakannya tapi direktur rumah sakit sudah terlanjur melaporkannya pada partai.
Ayah Hang-ah berusaha menghibur Hang-ah. Ia berkata anak itu baru berumur sebulan, jadi tak bisa disebut bayi, melainkan janin. Bahkan belum bisa dianggap telah memiliki kehidupan. Namun hal itu tak menghibur Hang-ah. Ia masih bingung dan belum bisa mempercayainya.
Hang-ah menanyakan apa kata dokter mengenai penyebab kegugurannya. Ayahnya menjawab, karena trauma berat. Terlalu banyak yang dihadapi Hang-ah di Selatan. Bahkan Superman pun tak bisa menjalaninya.
Hang-ah berkata ia perlu beristirahat. Ayahnya mengerti. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan dalam situasi seperti ini. Setelah sendirian, Hang-ah pelan-pelan memegang perutnya. Ia tampaknya masih sulit mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Jae-shin diberitahu Sekretaris Eun kalau ia telah memblokir semua berita mengenai Hang-ah. Dalam seminggu semuanya akan baik-baik saja. Tapi wajah Jae-ha jelas menunjukkan semua ini tidak baik-baik saja.
Sekretaris Eun melaporkan bahwa keluarga kerajaan akan mengambil sikap diam. No comment. Sama seperti yang ia usukan pada Jae-kang saat muncul rumor mengenai Jae-ha akan menikah dengan Hang-ah.
“Aku tidur dengannya,” kata Jae-ha.
“Perdana Menteri telah meminta penjelasan dan kita tidak akan memberikannya,” Sekretaris Eun mengabaikan kata-kata Jae-ha.
“Kubilang aku tidur dengan Hang-ah,” kata Jae-ha lagi.
“Apa bagusnya itu?” sahut Sekretaris Eun.” Kalian bahkan belum bertunangan. Dia dalam masa pelatihan dan Yang Mulia dalam masa berkabung. Keluarga kerajaan bertugas menjaga kelas, martabat, dan kesopanan. Tapi seorang bayi sebelum pernikahan?
“Aku tahu ini salahku, jadi aku harus bertanggungjawab.”
Sekretaris Eun mengingatkan kalau Jae-ha adalah Raja. Jae-ha adalah negara ini. Apakah Jae-ha akan membiarkan kesalahan pribadinya ikut ditanggung rakyat? Jae-ha berkata ia tidak akan melarikan diri. Ini kesalahannya dan tanggungjawabnya. Ia akan mengaku telah berbuat kesalahan dan meminta maaf pada rakyat. Ia bersedia diturunkan dan menerima hukumannya. Sekretaris Eun terdiam.
“Bayi itu….Hang-ah….mereka terluka..,” kata Jae-ha terbata-bata. Ia berkata sejak mengirim Hang-ah pulang, ia tidak bisa tidur.
Sekretaris Eun berkata malam itu Hang-ah lah yang mengambil inisiatif. Hang-ah sendiri yang mengakuinya pada Sekretaris Eun. Jae-ha tertegun, sejauh itu Hang-ah melindungi dirinya. Ia berkata bukan seperti itu kejadiannya. Tapi Sekretaris Eun mengancam akan mengatakan demikian pada rakyat. Bahwa Hang-ah yang sengaja merayu Raja. Whaaa??
“Lepaskan dia. Hanya itulah satu-satunya keluarga kerajaan bisa bertahan,” kata Sekretaris Eun.
“Aku tidak bisa melakukannya. Aku akan mati!!”
“Jadilah kuat, Yang Mulia! Demi keluarga kerajaan.”
“Apakah menjadi kuat berarti melepaskan orang yang kaucintai dan bertahan sendirian ?!” protes Jae-ha.
Sekretaris Eun tak berkata apa-apa lagi dan pergi meninggalkan Jae-ha. Air mata mengaliri pipi Jae-ha.
Sekretaris Eun membatalkan semua janji Jae-ha di luar istana. Jika memang penting, ia akan ikut serta. Ia juga meminta pengawal meningkatkan penjagaannya. Mereka harus memastikan Jae-ah tidak melakukan apapun dalam keadaan emosi seperti sekarang. Jadi bingung, sebenarnya Raja itu siapa? Sekretaris Eun atau Jae-ha? Hadeuh >,<
Shi-kyeong terkejut saat tahu Hang-ah mengalami keguguran. Tapi perhatiannya tersita oleh Jae-shin yang muntah-muntah setelah mengalami shock. Shi-kyeong memerintahkan pengawasan diperketat dan pintu gerbang ditutup untuk menghalangi reporter. Ia tak memberitahukan berita ini pada Jae-shin. Jae-shin meminta Shi-kyeong tidak mengatakan apa yang dialaminya pada ibunya. Ia tak ingin ibunya khawatir.
Shi-kyeong bertanya apakah ia perlu membantu Jae-shin pindah ke tempat tidur (dari kursi roda).
“Bagaimana caranya?” tanya Jae-shin.
Shi-kyeong belum memikirkan caranya. Sekarang ia jadi kebingungan. Memindahkan berarti harus memegang Jae-shin.
“Kau memelukku tanpa ijin sebelumnya,” Jae-shin mengingatkan.
Shi-kyeong jadi merasa tak enak. Jae-shin bertanya apakah Shi-kyeong merasa bersalah telah meninggalkannya sendirian di mobil sehingga menebusnya dengan memeluk Jae-shin.
“Menurut peraturan pengawal baris ke-3 paragraf 2. Jika ada anggota keluarga kerajaan dalam bahaya, pengawal diijinkan untuk menyentuh anggota keluarga kerajaan itu.”
“Gendong aku,” Jae-shin memerintahkan.
Shi-kyeong patuh. Tapi ia jadi kebingungan, bolak-balik mengitari kursi roda Jae-shin mencari cara untuk mengangkat Jae-shin. Jae-shin tak sabar. Ia menarik tangan hingga melingkari pundaknya dan memerintahkan Shi-kyeong menaruh tangannya sebelah lagi di kaki Jae-shin. Sementara Jae-shin sendiri mengalungkan lengannya di leher Shi-kyeong.
Shi-kyeong menggendong Jae-shin ke tempat tidur. Jae-shin terus menatap Shi-kyeong. Saat tahu Jae-shin terus menatapnya, Shi-kyeong jadi salah tingkah dan tak berani melihat Jae-shin.
“Mengapa kau tak mau menatapku? Apa harimu berdebar?” tanya Jae-shin. Mendengar itu Shi-kyeong langsung melepaskan Jae-shin hingga Jae-shin terbanting ke tempat tidur. LOL^^
Jae-shin memerintahkan Shi-kyeong berjaga di sisinya sebagai hukuman. Tapi ia mengaku kalau sebenarnya ia masih merasa takut. Shi-kyeong menyelimuti Jae-shin dan berdiri di sisi tempat tidur Jae-shin hingga Jae-shin tertidur. Hihi…mana bisa tidur ya^^
Media Utara terus menyiarkan berita mengenai Hang-ah dan bayinya: “Bayi dari seorang gadis polos yang dilecehkan oleh Raja Korea Selatan terus menangis ‘Ayah, Ayah..aku mati. Aku mati karenamu, Ayah’. Bisakah Raja Lee Jae-hamendengarnya berteriak?”
Media Selatan menanggapi dengan mengatakan media Korut telah melewati batas. Padahal Korea Selatan pun melakukan hal yang sama. Mereka berkata Korea Utara biasa menggunakan gadis perawan sebagai senjata. Tentu saja Ayah Hang-ah mengamuk mendengar hal ini.
Jae-ha meihat pemberitaan di televisi semakin kacau. Mereka menjelekkan Korea Utara tapi yang lebih parah mereka menyerang Hang-ah. Hang-ah diberitakan telah mengencani banyak pria sebelum datang ke Selatan padahal Jae-ha tahu hal ini sepenuhnya tidak benar. Jae-ha tak bisa berdiam diri. Ia memanggil Shi-kyeong.
Shi-kyeong terkejut mendengar rencana Jae-ha. Jae-ha berkata tidak ada cara lain lagi. Ia bertanya bisakah Shi-kyeong menolongnya. Shi-kyeong tersenyum dan mengangguk.
Hang-ah menghadiri perayaan 100 hari bayi temannya. Ia tersenyum melihat bayi temannya yang lucu. Sebenarnya Hang-ah cukup tegar tapi teman-temannya merasa kasihan pada Hang-ah dan terus berusaha menghiburnya. Mereka meminta Hang-ah tidak berpikir yang aneh-aneh . Sebaiknya Hang-ah pergi ke luar negeri untuk menikmati hidup, tak perlu memikirkan tentang suami dan anak-anak. Namun hal itu malah membuat Hang-ah merasa semakin buruk.
Saat ia berjalan pulang, seorang komandan Utara menemui Hang-ah. Namanya Lee Sang-ryul. Hang-ah memberi hormat.
Komandan Lee mengajak Hang-ah menonton komentar rakyat Selatan mengenai Hang-ah. Komentar mereka sangat buruk. Mereka pikir Hang-ah yang merencanakan semua ini untuk menjatuhkan keluarga kerajaan. Mereka juga berpikir Hang-ah telah berbohong mengenai kehamilan dan kegugurannya. Mana mungkin Raja mereka menyukai Hang-ah? Lalu diberitakan juga keluarga kerajaan tetap diam dan tak memberi komentar hingga peristiwa ini hanya akan dianggap manuver politik dan bukan kejadian yang sebenarnya.
“Apa kau dengar itu?” tanya Komandan Lee. Hang-ah terlihat marah.
Tapi Hang-ah marah bukan karena berita itu. Dengan dingin ia bertanya mengapa Komandan Lee memperlihatkan berita itu padanya. Beberapa orang tentara masuk membawa kamera video.
Komandan Lee meminta Hang-ah berbicara pada media. Untuk menunjukkan kebenaran pada rakyat Selatan yang telah dibodohi oleh Rajanya. Hang-ah mengangguk.
Kamera dinyalakan. Hang-ah duduk menghadap kamera.
“Rakyat Korea Selatan, lama tak berjumpa. Aku Kim Hang-ah.”
Komandan Lee meminta Hang-ah berbicara dengan penuh kemarahan.
“Aku meneruskan hidupku dengan baik. Jadi, jangan terlalu khawatir. Walau awalnya sangat menyakitkan tapi aku memang kuat. Di pagi hari, aku bangun dan berolah raga.”
“Komrad Kim Hang-ah!!” seru Komandan Lee.
Masih di depan kamera, Hang-ah berkata ia dipaksa oleh atasannya untuk mengatakan sesuatu setelah menunjukkan beberapa hal padanya. Ia tidak tahu apa yang mereka rencanakan dengan menggunakan orang yang masih sangat terluka seperti dirinya.
Komandan Lee tentu saja sangat marah tapi Hang-ah tak kalah marah. Ia membentak balik komandannya. Sambil menahan tangisnya, ia berkata dirinya telah hancur seperti yang terlihat. Ia mohon negaranya tak mengecewakannya juga.
Hang-ah keluar dan bertemu dengan ayahnya. Ayahnya telah mendengar kalau Lee Sang-ryul memanggil Hang-ah. Ia bertanya apa yang Komandan Lee inginkan. Tapi Hang-ah malah bertanya apakah benar-benar tidak ada kontak dari Selatan sama sekali. Ayah Hang-ah jadi kesal. Hang-ah tak berbicara apa-apa lagi dan pergi.
Bagaimana dengan Jae-ha. Ia asyik membuat kosmetik. Ehm ..mungkin merencanakan apa yang akan ia lakukan seandainya ia diturunkan dari kedudukannya? Sekretaris Eun memberitahukan bahwa ia belum berhasil memblokir media sepenuhnya. Jae-ha tak mempedulikannya dan malah menunjukkkan pelembab kulit hasil buatannya.
“Ini adalah pelembab kulit. Dibuat dari air dari Danau Michigan di Seattle.”
“Danau Michigan terletak di Chicago,’ Sekretaris Eun membetulkan. Jae-ha tertawa, “Danau ya danau.”
Sekretaris Eun membicarakan jadwal untuk besok. Tiba-tiba terdengar suara dari ruangan sebelah. Jae-ha berkata ia sedang mendekorasi ulang ruangan kerjanya karena ia merasa tertekan belakangan ini. Sekretaris Eun pergi ke ruangan sebelah untuk memeriksa kebenaran kata-kata Jae-ha.
Jae-ha bertanya apakah Sekretaris Eun mengira ia sedang membangun terowongan untuk melarikan diri atau semacamnya. Beberapa petugas memindahkan barang yang tertutup plastik hitam. Sekretaris Eun tersenyum puas dan pergi.
Sepeninggal Sekretaris Eun, wajah Jae-ha kembali serius. “Mari kita mulai,” ujarnya.
Pintu ditutup. Barang-barang tadi dibuka penutupnya dan ternyata isinya kamera dan alat-alat lainnya. Jae-ha bersiap untuk membuat pernyataan di depan kamera.
Jae-ha memberitahu ibunya mengenai rencananya. Tapi ia serta merta menolak. Ia mengambil berapa bungkusan besar berisi makanan yang ia siapkan untuk dikirim pada Hang-ah diam-diam. Ia ingin mengirimkan ketulusannya melalui hadiah-hadiah itu. Tapi Jae-ha tahu semua kiriman itu tidak akan mengubah hati Hang-ah.
Ibunda Raja marah karena Jae-ha dan Hang-ah telah tidur bersama. Ia berkata Jae-ha sangat ceroboh. Apalagi mereka melakukannya saat sedang masa berkabung.
Jae-ha menggenggam tangan ibunya dan meminta maaf. Ia yang bersalah. Ibunda Raja berkata Hang-ah juga bersalah, Mereka belum bertunangan dan ia sudah menjelaskannya beberapa kali pada Hang-ah, bagaimana bisa….
“Semua ini kesalahanku,” kata Jae-ha.
“Dan ia seharusnya menjaga dirinya setelah kembali. Mengapa ia tidak menjaga dirinya baik-baik? Itu anaknya…apa yang harus kulakukan? Dia begitu malang,” Ibunda Raja menangis untuk Hang-ah. “bahkan bayi itu…pasti semua ini berat baginya. “ Jae-ha memeluk ibunya. (aku terkesan dengan akting Yoon Yeo-jung yang menjadi Ibunda Raja. Aktingnya bener-bener natural)
Setelah itu ia kembali mencoba berbicara dengan ibunya. Ia berkata ia melakukan ini bukan karena ia merasa bertanggungjawab. Ibunya sendiri tahu kalau ia bukan orang seperti itu.
“Ibu dan aku, kita bukan orang yang bisa melakukan hal buruk dan tak merasakan apapun sesudahnya.”
“Tidak, kita bisa. Kita hanya perlu menutup sebelah mata.”
“Besok jam 10 pagi.”
“Tidak ada gunanya. Ibu tidak akan melakukannya. Ibu tidak akan membantumu. ‘
Tapi Jae-ha terlalu mengenal ibunya. Ia tersenyum dan menggenggam erat tangan ibunya.
Keesokan harinya Jae-ha telah bersiap pergi. Asisten Sekretaris Eun memberitahu kalau Jae-ha akan berangkat 20 menit lagi. Jae-ha mengangguk dan menyuruhnya pergi. Ia lalu mengangkat telepon dan menghubungi seorang petugas di bagian humas istana. Ia meminta tolong pada petugas itu.
Ibunda Raja menanti dengan cemas. Ia melihat jamnya. Pukul 9.13. Ia mengangkat telepon dan meminta agar Sekretaris Eun menemuinya.
Sekretaris Eun memenuhi panggilan Ibunda Raja. Ibunda Raja menanyakan suatu hal mengenai pertemuan yang akan dihadirinya nanti sore. Sekretaris Eun hendak memanggil orang untuk membantu Ibunda Raja tapi Ibunda Raja meminta agar Sekretaris Eun sendiri yang menjelaskan padanya.
Jae-ha mendiskusikan rencananya dengan Shi-kyeong dan Dong-ha dan beberapa pengawal. Dong-ha merasa ragu tapi Shi-kyeong mengangguk meyakinkan. Ia melihat jamnya. Pukul 9.25.
Shi-kyeong mengisi senjatanya dengan peluru. Jae-shin menelepon agar Shi-kyeong menemuinya. Ia meminta Shi-kyeong menemaninya ke rumah sakit. Ia tidak ingin kejadian terakhir di ambulans terulang kembali. Tapi Shi-kyeong berkata kalau Jae-shin harus pergi sendiri. Ia harus menjalankan tugas dari Jae-ha.
Jae-shin berkata ia akan berbicara dengan kakaknya. Tapi Shi-kyeong berkata ia ingin membantu Jae-ha. Jae-shin merasa ada sesuatu di balik sikap Shi-kyeong. Ia memerintahkan para dayangnya keluar dari kamar.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanyanya saat mereka tinggal berdua. Shi-kyeong meminta maaf tapi ini rahasia.
“Mengapa kau tidak bilang saja terus terang? Ini mengganggumu bukan? Kau lelah mengikuti Puteri yang cacat dan rewel.”
“Silakan berpikir apapun yang Puteri inginkan. Tapi aku tidak bisa menemani Puteri kali ini.”
Jae-shin tertegun. “Sepertinya benar. Bagaimana kau bisa menahannya kalau kau begitu membenciku? Kalau begitu mengapa kau memberiku burung beo? Mengapa kau memintaku untuk merawat kakiku? Aku tidak akan ke rumah sakit. Karenamu, aku tidak akan pergi.”
“Silakan, aku tidak bisa memaksa orang yang tidak ingin pergi.”
Shi-kyeong membungkuk dan pergi meninggalkan Jae-shin. Jae-shin sangat kesal.
Shi-kyeong masuk ke mobil Jae-ha yang telah menunggu di luar istana. Ia meminta maaf karena terlambat. Saat mereka hendak berangkat, asisten Sektetaris Eun membuka pintu dan hendak ikut atas perintah Sekretaris Eun. Jae-ha menyuruh orang itu menaiki mobil lain karena ia akan tidur. Ia mendorong si asisten, menutup pintu mobil lalu membaringkan dirinya. Akhirnya si Asisten itu ketinggalan.
Ibunda Raja terus mengajak bicara Sekretaris Eun untuk mengulur waktu. Sekretaris Eun mendapat pesan masuk. Pesannya: Raja telah pergi ke suatu tempat.
Sekretaris Eun meminta ijin pada Ibunda Raja dan bergegas keluar. Ibunda Raja berkata waktunya pk 10.00. Ia memperlihatkan jamnya. Pk. 9.58. Tidak ada waktu bagi Sekretaris Eun untuk bertindak.
Petugas humas yang dimintai tolong oleh Jae-ha memberikan sebuah rekaman pada atasannya. Ia tidak tahu apa isinya tapi Raja memerintahkan agar pesan itu disiarkan tepat pukul 10.
Pukul 10.00. Rekaman itu diputar dan Jae-ha muncul di TV memberikan pernyataan:
“Rakyat negara ini, aku Lee Jae-ha, Raja Korea Selatan. Belum lama ini pihak Utara mengumumkan mengenai peristiwa keguguran yang dialami Kim Hang-ah. Penyelidikan tak resmi kerajaan telah mengkonfirmasikan hal ini. Kim Hang-ah mengandung dan mengalami keguguran. Anak itu adalah anakku. Sebagai Raja negara ini, kejadian ini bukan hal sepele. Aku minta maaf dengan tulus pada rakyat. Dan kepada Kim Hang-ah yang datang sendirian ke Selatan. Karena kematian Raja sebelumnya, ia menjalani banyak pemeriksaan. Ia dipaksa untuk kembali ke Utara. Karena menerima banyak tekanan, ia kehilangan bayinya. Kepedihan itu terukir di hatiku. Sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk menemui Kim Hang-ah. Aku tidak pergi ke Utara sebagai raja Korea Selatan karena hal politik. Aku pergi sebagai pria yang akan menemui wanita yang telah kehilangan bayi kami karenaku.”
Sementara itu Jae-ha telah memasuki wilayah bebas militer (wilayah netral) di perbatasan Korea Utara dan Selatan. Daerah bebas militer dijaga oleh pasukan PBB.
Pemerintah Utara dan Selatan kalang kabut dengan aksi Jae-ha yang begitu tiba-tiba. Perwakilan PBB di daerah bebas militer menemui Jae-ha. Jae-ha berkata ia tidak punya banyak waktu. Ia mampir karena ia tahu akan menimbulkan masalah internasional jika ia tidak melewati daerah bebas militer. Semua bentuk komunikasi antara Utara dan Selatan telah terputus. Hanya daerah ini yang memiliki koneksi dengan Utara dan Selatan. Ia memberi waktu 10 menit pada Perwakilan PBB untuk menghubungi pihak Utara.
Komandan Lee dari Utara (yang mendesak Hang-ah untuk memojokkan Jae-ha) marah dan berkata Jae-ha telah meremehkan negara mereka dan bersikap seenaknya. Ayah Hang-ah berkata Jae-ha sudah berada di daerah bebas militer. Mereka harus segera mengambil keputusan.
Komandan Lee marah dan berkata kalau ayah Hang-ah tak punya harga diri. Ia mengingatkan apa yang terjadi pada Hang-ah disebabkan oleh Jae-ha. Ia sendiri yang bukan ayahnya merasa sedih sedangkan ayah Hang-ah malah bersikap seperti orang asing. Bagaimana bisa ayah Hang-ah bersikap dingin dan tak berperasaan.
Ayah Hang-ah berkata kedatangan Jae-ha dianggap sebagai salah satu langkah rekonsiliasi/perdamaian oleh dunia. Jika mereka salah mengambil sikap, maka dunia akan salah mengira Korea Utara menghancurkan perdamaian karena seorang wanita.
Komandan Lee menuduh ayah Hang-ah membela Jae-ha yang hampir menjadi calon menantunya. Komandan Tinggi Hyeon Myeong-ho (atasan ayah Hang-ah dan komandan Lee) diam mendengarkan perdebatan itu. Seorang petugas masuk dan memberitahukan kalau PBB telah menghubungi mereka. Komandan Tinggi membentak petugas itu dan mengusirnya keluar.
Jae-ha menunggu di kantor PBB. Shi-kyeong mendapat pesan dari ayahnya. Sekretaris Eun memerintahkan Shi-kyeong segera membawa Jae-ha pulang. Shi-kyeong menutup teleponnya. Ia berkata pada Jae-ha kalau mereka tak bisa menunggu lebih lama. Ia khawatir para pengejar akan menyusul mereka.
Jae-ha dan para pengawalnya berjalan keluar dari daerah bebas militer. Perwakilan PBB berlari menyusul Jae-ha dan berkata kalau pihak Utara belum juga memberi jawaban. Berarti belum ada ijin bagi Jae-ha untuk memasuki wilayah Utara. Akan berbahaya jika Jae-ha pergi sekarang.
“Aku tahu. Tapi ini takdirku,” ujar Jae-ha, pffft…
Perwakilan PBB itu tersenyum dan membiarkan Jae-ha pergi.
Jae-ha dan para pengawalnya berjalan kaki ke garis perbatasan. Mereka melewati jalan yang dikelilingi pemandangan yang indah. Jae-ha tersenyum, ternyata ada pemandangan seindah ini di antara todongan senjata Utara dan Selatan.
Daam hatinya Jae-ha tahu ia bisa diturunkan dari kedudukannya jika Raja dianggap tidak mampu melaksanakan tugasnya. Jika ia diturunkan, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Tapi setidaknya ia ingin bertanggungjawab untuk wanita yang ia cintai.
Jae-ha dan para pengawalnya tiba di garis perbatasan (garis kuning yang dilewati Hang-ah-ah saat ia masuk ke Selatan). Prajurit yang mengawal perbatasan terkejut dan melapor pada Komandan Tinggi. Komandan Lee berkata mereka harus bertindak sesuai cara mereka.
“Bersiaplah!” perintah Komandan Tinggi.
Para penjaga perbatasan mengacungkan senjata mereka pada Jae-ha.
Ayah Hang-ah berkata jika mereka menembak Jae-ha maka saat itu juga perang meletus. Komandan Lee berseru bahwa Jae-ha yang memulai ini semua.
Melihat senjata diacungkan padanya, Jae-ha terdiam sejenak. Lalu ia melangkah mendekati garis. Penjaga perbatasan dari Selatan memperingatkan kalau para prajurit Utara itu akan menembak Jae-ha.
“Jika mereka menembak, kalian semua pergilah menyelamatkan diri,” katanya pada si penjaga perbatasan dan para pengawalnya.
“Kau juga,” Jae-ha menoleh pada Shi-kyeong, ”Jika kau berani melindungiku untuk mendapatkan medali kehormatan, pangkatmu akan diturunkan.”
Shi-kyeong tahu Jae-ha hendak melindunginya. Ia tersenyum kecil.
Dengan berani Jae-ha terus berjalan. Penjaga perbatasan Utara panik melihat Jae-ha berani melewati garis. Ia melapor pada Komandan Tinggi. Komandan Tinggi terkejut. Gertakan mereka ternyata tak berhasil.
Jae-ha berjalan memasuki gedung. Penjaga perbatasan tadi cepat-cepat menghalangi Jae-ha dan bertanya apakah Jae-ha ingin mati. Jae-ha hanya tersenyum dan meminta prajurit itu menunjukkan jalan.
Komandan Tinggi berdiri hendak menyambut Jae-ha. Ia berkata Jae-ha datang atas keinginannya sendiri, jadi pasti ada gunanya bagi mereka. Komandan Lee Sang-ryul marah besar. Ia berkata semua ini karena Komandan Tinggi plin plan (dia sih pengennya Jae-ha ditembak). Ia menuntut Komandan Tinggi mempertanggungjawabkannya.
Ayah Hang-ah memberitahu Hang-ah kalau Jae-ha telah melewati perbatasan satu jam yang lalu.
“Itu bahkan bukan perbatasan baginya, ia berjalan melewatinya begitu saja,” kata ayah Hang-ah. Hehe tampaknya ayah Hang-ah terkesan juga dengan keberanian calon menantunya (eh atau mantan calon menantu ya?).
“Dia datang untuk menemuiku, bukan?” tanya Hang-ah. Ayah Hang-ah tidak ingin Hang-ah menemui Jae-ha.
“Aku harus menemuinya. Bukankah ia anggota keluarga kerajaan? Dia jauh-jauh datang kemari jadi kita harus menjadi tuan rumah yang baik.”
”Apa kau belum sadar juga? Ia melakukan apapun sekehendak hatinya,” kata ayah Hang-ah kesal. Ia pikir Hang-ah lagi-lagi akan memaafkan Jae-ha.
Hang-ah berkata justru karena ia sepenuhnya sadar maka ia bersedia menemui Jae-ha. Setelah begitu banyak hal yang terjadi padanya, jika ia masih juga seperti Hang-ah yang dulu maka ia akan dipukuli sampai mati.
Jae-ha tiba di rumah Hang-ah. Ayah Hang-ah sudah menunggunya. Jae-ha melihat ayah Hang-ah dengan perasaan bersalah. Ayah Hang-ah tampak canggung.
Jae-ha mengulurkan tangannya dan menyapa ayah Hang-ah. Tapi ayah Hang-ah hanya berdehem lalu berbalik tanpa menerima jabatan tangan Jae-ha. Well, apa yang kauharapkan Jae-ha? Seharusnya kau meminta maaf bukan mengatakan “lama tak bertemu”.
Jae-ha dan Hang-ah bertemu. Mata Hang-ah masih menunjukkan kerinduan pada Jae-ha walau ia bersikap dingin. Jae-ha memang berani melewati perbatasan di bawah todongan senjata tapi ia tak berani menatap wajah Hang-ah. Ia menunduk tak tahu apa yang harus dilakukan.
“Apa di lantai ada kotoran ?” kata Hang-ah. Ia mempersilakan Jae-ha duduk.
“Kau suka kopi kan? Tapi di sini tidak ada espreso,” kata Hang-ah ketus.
“Eh itu kopi 3 in 1 yang aku suka,,” sahut Jae-ha cepat.
Jae-ha sangat bingung bagaimana caranya memulai percakapan. Hang-ah berkata ia ada janji bertemu dengan temannya jam 3 nanti. Jadi Jae-ha hanya punya waktu 30 menit untuk berbicara.
“Kau datang mendadak tapi aku sudah lebih dulu membuat janji dengan temanku. Kau tak keberatan bukan?”
Jae-ha masih tak tahu harus mulai berbicara apa.
“Mengapa kau tak mulai dengan pidato yang sudah kausiapkan?” Hang-ah mengusulkan.
Jae-ha berkata ia telah mempersiapkan sesuatu. Shi-kyeong masuk membawakan kotak hadiah untuk Hang-ah. Tapi Hang-ah bahkan tak mau memandangnya. Melihat suasana tegang di antara Jae-ha dan Hang-ah, Shi-kyeong merasa khawatir. Jae-ha mengangguk agar Shi-kyeong meninggalkan mereka.
Hang-ah membuka kotak hadiah Jae-ha. Isinya bermacam-macam produk kosmetik. Hang-ah terlihat kecewa. Jae-ha berkata ini baru hadiah awalnya, akan ada lebih banyak lagi jika Hang-ah kembali bersamanya. Hang-ah tak bereaksi. Jae-ha buru-buru berkata botol-botol itu tidak kosong. Semuanya baru.
“Aku bisa melihat kau telah berusaha keras,” kata Hang-ah. Sebenarnya ia menyindir Jae-ha tapi Jae-ha tak tanggap. Jae-ha berkata ia telah bekerja bahkan pada waktu kerja untuk mempersiapkan hadiah ini. Ia berkata ada sesuatu di bawah hadiah-hadiah itu. Jae-ha mengulurkan tangan hendak memperlihatkannya tapi ia berhenti saat Hang-ah mulai berbicara.
“Benar, kau pasti merasa lebih baik setelah mempersiapkan ini semua. Gadis Utara yang hidup dalam kemiskinan, apakah itu belum cukup memalukan? Memberikan krim yang harganya bahkan lebih mahal dari sebuah rumah untuk dioleskan pada wajahnya, pasti akan membuatnya bahagia bukan?. Kau sudah merasa hebat karena telah melewati perbatasan bukan? ‘Lihat, aku pria hebat. bahkan sampai matipun aku adalah Raja yang mengesankan’. Bersikap tenang, penampilan rapi dengan postur bagus?”sindir Hang-ah.
Jika biasanya Jae-ha meradang mendengar perkataan menyakitkan seperti itu, kali ini ia diam menerima semuanya.
“Maaf, aku terlalu mengenalmu,” kata Hang-ah pahit. Jae-ha berkata ia tahu Hang-ah pasti membencinya.
“Aku tidak membencimu. Untuk bisa membenci seseorang, kau harus memiliki perasaan. Sekarang, orang yang paling kubenci adalah….diriku sendiri. Mengapa aku memberikan hatiku untuk pria seperti ini? Dia menipuku 2-3 kali tapi mengapa aku terus mempercayainya? Mengapa aku membatu membersihkan selimut yang kotor walau dipermalukan? Berusaha keras mencari tahu apa yang ia sukai. Bagaimana bisa seseorang mengabaikan tubuhnya hingga ia bahkan tidak tahu kalau ia hamil? Setelah menjalani sidang rakyat, dipaksa pergi, masih bertanya-tanya apakah dia akan meneleponku. Mengapa aku masih juga menunggu ?’’ Mata Hang-ah mulai berkaca-kaca.
Hang-ah berkata ia dengar janin berusia sebulan kira-kira berukuran 1 cm. Ia mengangkat jarinya, “Kira-kira sebesar ini. Tapi ia memiliki jantung.tang berdetak. Jantung mungil itu….aku menghancurkannya. Aku sangat bodoh karena mengira rasa sakit itu bukan apa-apa dan akan hilang. Aku yang membunuhnya.” Hang-ah menangis.
Jae-ha mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Hang-ah tapi Hang-ah menepisnya.
‘Pulanglah!. Aku menemuimu karena aku tidak inigin temperamenmu yang buruk itu menimbulkan masalah lagi. Perasaanku tidak akan berubah. Haruskan aku memanggil keamanan untuk menyeretmu? Keluarlah!!”
Jae-ha keluar. Shi-kyeong mendapat telepon dari Sekretaris Eun. Sekretaris Eun ingin berbicara dengan Jae-ha. Jae-ha meminta telepon itu dari Shi-kyeong.
Sekretaris Eun bertanya apakah Jae-ha sudah selesai dengan acaranya. Jae-ha berkata ia akan menemui Komandan Tinggi Hyeon. Sekretaris Eun sudah mendapatkan jadwal acara yang akan Jae-ha ikuti di Utara. Ia bertanya dengan sinis apakah Jae-ha akan ikut mendengar lagu perjuangan Korea Utara dan ikut bertepuk tangan.
“Aku menolak itu semua. Aku hanya akan mendatangi perternakan unggas. Ayam tidak akan ikut menyanyikan lagu perjuangan, bukan?”
Sekretaris Eun meminta Jae-ha kembali sekarang juga. Jae-ha sudah cukup membuat malu rakyat Korea Selatan.
“Ahjussi, aku tidak berbicara sebagai seorang raja kepada sekretarisnya tapi sebagai seorang keponakan yang kaukenal sejak kecil. Anggap ini sebagai permintaan kepada seorang paman. Tolong dengarkan aku sekali ini saja.Tidak peduli Paman mempercayaiku atau tidak, aku telah melangkah sejauh ini dan aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku akan mencapai apa yang harus kulakukan.”
Jae-ha berkata berkali-kali ia meyakinkan dirinya kalau ia bisa melakukannya. Tapi Sekretaris Eun terus mengekangnya dan menghalanginya hingga ia kehilangan kepercayaan diri. Ia tahu ia adalah sampah. Semua orang sudah tahu. Tapi bisakah Sekretaris Eun mempercayainya sekali ini saja? Ia akan melakukan yang terbaik. Sekretaris Eun menarik nafas panjang.
Nampaknya Bong-gu sedang merencanakan sesuatu. Sekretarisnya mengingatkan orang akan curiga kematian Jae-kang, kecelakaan Puteri dan rencana Bong-gu bukanlah suatu kebetulan karena terjadi dalam waktu berdekatan. Tapi Bong-gu berkata ia hanya hendak menakut-nakuti. Dan lagi target utamanya sejak dulu adalah Lee Jae-ha. Ia bertanya apakah sekretarisnya mau menggantikan Jae-ha. Sekretarisnya takut.
Bong-gu berkata juga tidak mau membuat kekacauan tapi Jae-ha berani memanggilnya Kim Bong-gu. Bong-gu bermain-main dengan guilotin mini yang ternyata sangat tajam. Ia memanggil sekretarisnya agar mendekat. Dengan takut, pria asing itu mendekat. Bong-gu berkata mereka akan mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Ia menarik tangan sekretarisnya dan memasukkannya ke guilotin bersama dengan sebuah wortel.
Bong-gu berkata ia akan membuat Jae-ha gemetar ketakutan. Ia menekan guilotinnya keras-keras. Sekretaris Bong-gu menahan nafas dengan ngeri. Hanya wortelnya yang terpotong, tangannya tetap utuh. Bong-gu akan membiarkan Jae-ha tahu kalau ia pelakunya. Bong-gu tertawa mengerikan.
Jae-ha bertemu dengan Komandan Tinggi Hyeon. Komandan Tinggi ingin Jae-ha segera pulang. Bukankah tujuannya adalah Hang-ah dan ia sudah menemuinya. Jae-ha berkata ia mempertaruhkan posisinya sebagai Raja. Bagaimana mungkin ia datang hanya karena seorang wanita?
Jae-ha berkata pihak Utara harus mengumumkan kalau mereka belum mengembangkan EP-70. Tentunya Utara juga tidak mau terus dilibatkan dalam kematian Jae-kang. Komandan Tinggi berterimakasih atas nasihat Jae-ha tapi apakah Jae-ha masih menjadi Raja sekembalinya ke Selatan? Jika Jae-ha diturunkan dari posisinya, untuk apa mereka mendengar nasihat dari rakyat biasa.
Jae-ha tertawa dan bertanya apakah ini sebuah ancaman. Komandan Tinggi tersenyum. Tentu saja bukan, katanya, ini hanya kekhawatiran.
“Tolong jangan salah paham. Aku hanya merasa bersalah pada Hang-ah. Aku tidak tertarik sedikitpun pada kalian. Jangan pernah berpikir aku akan menyamaratakan kalian dengan Hang-ah walau ia warga negara ini. Bagiku kalian orang Utara hanyalah saudara tiri pembuat masalah. Saudara tiri miskin dan kejam yang kebetulan menjadi tetanggaku. Dan akan kukeluarkan dari catatan keluarga jika aku bisa melakukannya,” kata Jae-ha tenang.
Komandan Tinggi tentu saja merasa tak senang mendengar ucapan Jae-ha.
Jae-ha meminta maaf karena ia telah berbicara keterlaluan. Ia memang selalu seperti itu. Di Selatan ia dikenal sebagai pembuat kekacauan. Jika ia membuka mulur, tak ada yang bisa menghentikannya.
“Tidak apa-apakah jika aku menjadi musuh kalian?” tanya Jae-ha tersenyum. Komandan Tinggi tersenyum kecut.
Mengapa Jae-ha mengatakan hal seperti itu pada Komandan Tinggi? Kurasa ini adalah sikap yang diambil Jae-ha sebagai seorang Raja. Ia tahu pihak Utara bisa mengambil keuntungan karena Hang-ah adalah orang Utara. Mereka pikir bisa menggunakan Hang-ah untuk mendikte Jae-ha sesuai keinginan mereka. Tapi dengan jelas Jae-ha berkata kalau ia bukan orang seperti itu. Ia tidak akan bisa diatur oleh Utara.
Keesokan harinya berita mengenai EP-070 yang belum dikembangkan Utara muncul di surat kabar. Bukan headline news tapi dalam kolom kecil di sudut halaman tengah. Sekretaris Eun tertawa.
Ia bertemu dengan perdana menteri dan ingin Perdana Menteri menindaklanjuti dengan mengumumkan kalau Utara bukan pembunuh Jae-kang. Perdana Menteri tidak mau kehilangan muka karena telah menuduh Utara sejak awal. Sekretaris Eun mengancam akan membuat berita kalau pemerintah sudah tahu sejak awal mengenai hal ini namun menutupinya dan tetap menuduh Utara demi keuntungan politik. Perdana Menteri tak bisa berkata apa-apa lagi.
Hang-ah berada di kantor nya dan mendengar berita dari TV Korea Selatan mengenai EP -070 dan dibebaskannya pihak Utara dari kecurigaan pembunuhan Jae-kang. Namun semua itu tidak berarti lagi bagi Hang-ah. Ia mengambil suratkabar dan terkejut melihat foto Jae-ha di sana. Berpose sambil memegang ayam LOL^^ Hang-ah baru tahu kalau Jae-ha masih di Utara.
Para dayang di istana juga melihat foto yang sama di surat kabar. Mereka terpesona dengan Jae-ha yang tetap keren walau di kandang ayam haha… ekspresinya itu lho^^ Dayang yang lain berkata Shi-kyeong juga keren. Ekspresinya seperti akan membabat habis semua ayam di perternakan itu. Double LOL^^
Puteri Jae-shin, yang memang sensitif belakangan ini, melihat kedua dayang tadi berkasak-kusuk. Ia mendekati mereka dan bertanya apakah mereka sedang membicarakan dirinya. Mereka menyangkalnya. Jae-shin tak percaya. Ia berkata walau ia akhir-akhir ini menakutkan tapi ia orang cacat. Jadi sebaiknya mereka tidak membicarakannya seperti itu.
Para dayang itu diam. Jae-shin melihat seorang dayang memegang sesutau di punggungnya. Ia mengira para dayang itu mencoret-coret fotonya. Ia merebut surat kabar itu. Jae-shin melihat foto Kakaknya dan Shi-kyeong. Ia baru tahu kalau Shi-kyeong juga pergi ke Utara.
Jae-shin menelepon Shi-kyeong dan menegurnya karena telah merahasiakan kepergiannya ke Utara. Memangnya dia mata-mata yang akan memberitahu semua orang kalau Jae-ha akan pergi ke Utara. Jae-ha berkata semua demi keselamatan Jae-ha.
“Tapi dia adalah kakakku, keluargaku. Walau aku bermental tidak stabil, jika kau bilang akan melindungi kakakku apakah aku akan menyuruhmu mengikutiku tanpa peduli ia akan tertembak? Apakah aku akan seperti itu? Kau itu orang paling tidak menarik pembuat frustrasi nomor 1 di dunia!” omel Jae-shin.
“Meski Puteri tidak membesar-besarkannya, aku sangat tahu kalau aku tidak menarik,” sahut Shi-kyeong.
Jae-shin tersenyum geli. Ia menanyakan keadaan kakaknya. Lalu menanyakan keadaaan Hang-ah. Shi-kyeong berkata Hang-ah telah pulih dengan baik.
“Tak peduli bagaimanapun kau harus membawanya kembali. Jika tidak, aku tidak akan ke rumah sakit.” Jae-shin menutup teleponnya sambil tersenyum. Shi-kyeong tersenyum.
Pihak Utara mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai Jae-ha yang membocorkan mengenai EP-070. Komandan Lee Sang-ryul bertanya apakah mereka akan membiarkan Jae-ha seenaknya. Komandan Tinggi Hyeon mengingatkan kalau Jae-ha telah melepaskan pihak Utara dari kecurigaan.
“Jadi apakah kita perlu bertepuk tangan dan berterima kasih padanya?” kata Komandan Lee sinis.
Mereka terus menekan Komandan Tinggi yang mereka anggap telah berpihak para Jae-ha. Komandan Tinggi mengingatkan kalau Jae-ha adalah Raja Korea Selatan. Komandan Lee berkata Jae-ha bukan Raja mereka, satu-satunya pemimpin yang mereka akui adalah Pemimpin Tertinggi mereka (dulu Kim Jong-il, sekarang Kim Jong-un).
Komandan Lee terus mengomel setelah pertemuan itu. Tangan kanannya memberi isyarat agar ia hati-hati dalam bicara karena takut terdengar orang lain. Ayah Hang-ah tampaknya mencurigai mereka. Ia menelepon seseorang dan meminta seorang mata-mata.
Bong-gu berada di kompleks perumahannya yang sepertinya terletak di tengah laut. Ia bersiap hendak membuat rekaman untuk Jae-ha. Kamera dijalankan.
“Annyeong, aku merasa kau tidak baik-baik saja karena kau sudah tertangkap. Kau cukup ketakutan bukan? Kau mungkin tidak pernah mengalami hal seperti ini. Apalagi ini di Utara. Membutuhkan keberanian untuk melangkah dan pergi ke sana. Tapi sayangnya sesuatu terjadi….”
Jae-ha sedang makan bersama Shi-kyeong dalam sebuah kantin. Ada beberapa prajurit Utara yang juga makan di tempat itu. Mereka dihidangkan mie dingin.
Berbeda dengan di Selatan, orang Utara tidak menggunting mienya karena mie panjang melambangkan panjang umur. Kaldu cukanya juga tidak dituang pada supnya melainkan langsung pada mienya. Jae-ha langsung mengernyitkan hidung begitu mencium bau cuka.
Terdengar keriuhan di meja prajurit Utara. Sepertinya ada kabar gembira. Melihat Jae-ha ada di sana, seorang petugas menenangkan mereka. Jae-ha bertanya ada apa hingga semua tampak gembira.
Petugas itu berkata puterinya diterima masuk universitas. Jae-ha berkata ternyata di Utara masuk universitas juga tidak mudah sama seperti di Selatan. Sebagai Raja Korea Selatan ia berpikir ia seharusnya menraktir mereka. Ia bangkit berdiri dan mengumumkan akan menraktir mereka semua minum. Petugas itu membungkuk penuh rasa terima kasih disambut tepuk tangan para perwira Utara.
Bong-gu (masih dalam rekaman videonya): “Kau mungkin akan dihancurkan oleh para pecundang Utara itu begitu kau berbalik.“
Komandan Lee mengadakan pertemuan dengan Daniel Craig, orang asing yang memberikan album the Beatles pada Sekretaris Eun). Komandan Lee bertanya apakah persiapan rencana mereka semua sudah selesai. Semua terserah Komandan Lee, kata Daniel. Sebuah alat perekam tersembunyi di bawah meja. Komandan Lee berkata ia bertindak untuk kehormatan negaranya, bukan untuk keuntungan pribadi.
“Hanya ingin memastikan, siapa targetmu?” tanya Daniel.
“Mengapa harus memastikan? Targetnya… Lee Jae-ha,” jawab Komandan Lee.
Seorang mata-mata mendengar pembicar aan mereka. Ternyata ia mata-mata yang ditempatkan ayah Hang-ah untuk mengamati gerak-gerik Komandan Lee. Ayah Hang-ah menerima telepon dari mata-mata itu dengan sembunyi-sembunyi agar tidak terdengar oleh Hang-ah. Mata-mata itu berkata Komandan Lee sedang membuat rencana dan targetnya adalah Raja Korea Selatan.
Bong-gu: “Aku hanya ingin memberitahumu. Akulah yang mengendalikan semuanya. Aku, John Mayer dari Klub M.”
Hang-ah menguping percakapan telepon ayahnya dari luar pintu. Ia mendengar ayahnya berkata kalau Jae-ha adalah target.
Bong-gu: “Aku tidak memerintahkannya untuk membunuhmu. Tapi orang Korea Utara memang orang-orang gila. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan.”
Sementara Jae-ha ditepuktangani para perwira Utara di ruang makan, sekelompok perwira kiriman Komandan Lee turun dari mobil mereka dan bergerak menuju tempat Jae-ha.
Bong-gu: “Apa yang harus kulakukan? Jika kau mati seperti ini? Huh? Jae-ha-ya….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar