-- King 2 Hearts Episode 9 --
Melihat Jae-ha tak mengingatnya, John berkata 20 tahun telah berlalu jadi mungkin saja Jae-ha lupa. Ia menoleh melihat lukisan diri Jae-kang. Dengan wajah sedih John berkata bagaimana ini bisa terjadi, mengapa Jae-kang pergi begitu cepat.
“Apa kalian berdua dekat?” tanya Jae-ha.
“Dia dulu sangat menyukai trik sulapku..” John menangis tersedu-sedu.
Keduanya makan siang bersama. John berkata ada hidangan yang kelihatannya bukan makanan otentik Korea. Ia menunjuk sup kerang. Jae-ha berkata makanan itu makanan yang biasa dimakan keluarga kerajaan. Jika Raja saja memakannya, bagaimana bisa makanan itu disebut tidak otentik. John tertawa membenarkan.
“Masakan itu dibuat oleh Ratu (Hang-ah),” kata Jae-ha bangga.
“Ah..orang dari Utara itu. apa Yang Mulia menyukainya? Tunangan dari Utara?” tanya John.
“Perhatikan apa yang kauucapkan saat kau bicara. Tunangan apanya? Apa dia temanmu? Dia adalah orang yang akan menjadi Ratu di negara ini.,” kata Jae-ha tajam. Yeaaay Jae-ha membela Hang-ah^^
“Tapi, orang dulu berkata: ‘jika kau ingin mempercayai seseorang, kau harus mencurigainya terlebih dahulu’. Ini nasihatku untuk Yang Mulia.” John tertawa.
Jae-shin menghabiskan waktunya di rumah sakit dengan membaca dan mendengarkan musik. Shi-kyeong mengunjunginya sambil membawa sesuatu. Tapi Jae-shin tidak mendengar ataupun melihat kedatangannya. Shi-kyeong memberanikan diri masuk dan menaruh barang bawaannya di lantai. Sepertinya sebuah sangkar burung. Ia melihat kaki Jae-shin yang terjuntai. Pelan-pelan ia mendekati Jae-shin dan menyelimuti kakinya.
Jae-shin memergokinya dan bertanya apa yang Shi-kyeong sedang lakukan. Ia marah karena tampaknya ia sendiri tak menyadari kakinya telah terjuntai ke bawah. Ia berusaha untuk menaikkan kakinya tapi ia hampir terjatuh. Shi-kyeong buru-buru menolongnya. Jae-shin mendorongnya dan membentaknya.
“Apa kau ke sini untuk melihat pertunjukan? Kubilang pergi!”
Shi-kyeong tak putus asa. Ia mengambil hadiahnya dari lantai. Seekor burung beo. Ia berkata ia menemukan burung itu di toko hewan. Kaki burung itu juga terluka tapi sekarang sudah membaik karena burung itu berlatih. Jae-shin menangkap maksud perkataan Shi-kyeong.
“”Apa katamu? Kau ingin aku berlatih juga? Apa kau kesini untuk mengajariku atau semacamnya?”
“Ini benar. Bisa dibilang sebuah mujizat,” kata Shi-kyeong gugup, “dan lagi aku harap Puteri juga mau melakukan rehabilitasi.”
“Dasar gila. Apa kau pikir aku akan berdiri dan menangis terharu setelah mendengar hal itu?”
Shi-kyeong tak menyerah walau Jae-shin memarahinya. Ia berkata burung itu juga bisa bernyanyi. Jae-shin tak mengira Shi-kyeong bsia bersikap begitu tak sopan padanya. Shi-kyeong terus membujuk burung beo itu untuk menyanyi.
Tapi burung itu ternyata bandel. Ia tak mau menyanyi. Shi-kyeon sampai berkeringat mengurusi burung itu. Akhirnya burung itu bersuara.
”Timpang….si timpang…” oceh si beo. Shi-kyeong semakin panik. Keringatnya bercucuran siap menghadapi semburan kemarahan Jae-shin. Jae-shin terpana tapi lalu ia tertawa.
“Makhluk kecil itu jauh lebih baik dari pada ahjusshi di sampingnya (Shi-kyeong). Ia lebih jujur. Bawa kesini.”
Shi-kyeong membawa burung itu dengan tangannya. Burung itu melompat ke tangan Jae-shin dan berjalan ke pundaknya. Jae-shin sangat senang. Ia membelai burung itu dan bertanya apakah majikannya yang mengajarkan perkataan itu. Poor Shi-kyeong…lebih panik menghadapi Jae-shin daripada menghadapi perang kayanya^^
John bertanya apakah ia boleh memberi hadiah pada Jae-ha. Walau Jae-ha tetap tersenyum tapi ia tidak seramah sebelumnya. John menyerahkan sebuah bolpen. Bolpen yang pernah ia gunakan untuk menusuk Jae-ha.
“Apa Yang Mulia masih ingat? Aku tidak mengetahui apa-apa ketika aku masih kecil..hingga pada tubuh Yang Mulia…”
“Apa yang kaulakukan pada tubuhku?” tanya Jae-ha.
“Aku menggunakannya untuk menusukmu.”
Jae-ha malah tertawa. Ia mengambil bolpen itu dan bertanya siapa menusuk siapa.
“Aku menusuk Yang Mulia,” John ikut tertawa.
Jae-ha tertawa, bagaimana mungkin John menusuk seorang keluarga kerajaan. John berkata ketika mereka masih kecil. Tapi Jae-ha malah melemparkan bolpen itu kembali pada John. Ia berkata ingatan John keliru dan ia tidak bisa dibohongi. Jae-ha meninggalkan John begitu saja.
John pergi ke sekolahnya yang lama. Tempat ia dulu menuliskan kata-kata ‘I am KING’ di jendela. John berkata pada para anak buahnya bahwa selama ini ia terus memikirkan bagaimana cara memberi Jae-ha pelajaran. Kepada Pangeran tak berguna tapi sombong.
“Aku menghabiskan banyak waktu untuk memikirkannya. Ketika aku menuliskan kata-kata itu, aku bertekad bahwa akau harus menjadi Raja. Aku harus menjadi Raja. Karena itu aku melayani ayahku dengan hormat dan patuh. Tidak mudah untuk mencapai posisi ini. Dan si brengsek itu….. Raja sesungguhnya adalah AKU!!” teriaknya.
Ia menyuruh sekretarisnya menyumbangkan 5 milyar won pada keluarga kerajaan. Sekretaris John terkejut. John berkata berdasarakan ingatan dan IQ Jae-ha, mereka tidak akan sukses walau menunggu 100 hari. Jae-ha terlalu bodoh.
Jae-ha mengomel pada Sekretaris Eun. Ia berkata John sepertinya orang tidak waras. Apakah 136 perusahaan milik John itu online shop? Sekretaris Eun berkata semuanya adalah perusahaan terkemuka. Jae-ha bersikeras John orang tak waras. Mana ada orang waras yang bisa mencaplok 136 perusahaan?
Sekretaris Eun berkata John hendak menyumbang 5 milyar won apda kerjaan. Jae-ha terkejut. Sekretaris Eun berkata John hendak menunjukkan rasa dukacita atas kematian Jae-kang. John bersedia mendanai pembangunan taman untuk memperingati Jae-kang.
Jae-ha masih agak bingung tapi ia berkata itu bagus.
“Jadi, Yang Mulia menerimanya?” tanya Sekretaris Eun sedikit kaget.
“Mengapa tidak? Bukankah kau bilang mereka hendak menyumbang?”
Sekretaris Eun mendapat telepon dari Sekretaris John. Ia mengingatkan walau mereka menerima uang sumbangan itu tapi John tidak bisa turut campur dalam pembangunannya.
“Tenang saja, kami tidak akan. Tapi bisakah kami menanyakan pertanyaan seperti: ke mana Raja akan pergi berlibur?”
Sekretaris Eun langsung menutup teleponnya.
John mendengar kalau sumbangannya diterima. Ia tertawa puas dan berkata Jae-ha memang tidak sepintar itu. Jae-ha memerlukan mereka untuk menemukan kebenaran.
Taman peringatan untuk Jae-kang dibangun di Amyeondo, dekat rumah peristirahatan tempat Raja dan Ratu meninggal. Ibunda Raja pergi untuk melihat keadaan di sana. Namun hatinya kembali sedih saat ia melihat kursi tempat Jae-kang dan istrinya ditemukan meninggal dan perapian yang menyebabkan kematian mereka.
Ia keluar diikuti Shi-kyeong. Seorang petugas memberikan sebuah kotak yang dibungkus plastik hitam. Bungkusan hitam itu ditemukan saat mereka menggali tanah untuk membangun taman peringatan. Ibunda Raja menanyakan bungkusan apa itu.
Shi-kyeong bergegas menemui Hang-ah di kamarnya an meletakkan bungkusan hitam itu di meja. Ia berkata bungkusan itu ditemukan di tempat pembangunan taman peringatan. Salah satunya telah dikirim untuk diselidiki dan bungkusan ini dibawanya setelah mendapat ijin. Shi-kyeong berkata di dalam kotak itu terdapat bubuk arang dan ponsel. Hang-ah membuka bungkusan itu dan terkejut melihat ponsel yang ditemukan mereka.
“Ini ponsel dari Utara, bukan?” tanya Shi-kyeong. Hang-ah terpana.
Sementara itu Jae-ha dalam perjalanan kembali ke istana. Ia bertanya pada Dong-ha mengapa ia sudah lama tidak melihat Shi-kyeong. Weisss…kangen ya^^
Dong-ha berkata Shi-kyeong ada tugas darurat dan pergi menemui Hang-ah. Jae-ha langsung memerintahkan mereka pergi ke tempat Hang-ah dan dengan jengkel ia berkata lain kali Dong-ha saja yang pergi jika ada tugas ke Byeolgung (bagian istana tempat Hang-ah tinggal).
Shi-kyeong berkata mulai sekarang di depan kamar Hang-ah akan ditempatkan dua penjaga. Ia berharap Hang-ah mengerti. Jae-ha tiba-tiba masuk. Hang-ah buru-buru berdiri di sebelah Shi-kyeong. Untuk menutupi kotak itu.
Jae-ha melihat dengan curiga dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan. Shi-kyeong mengundurkan diri dari hadapan Jae-ha dan keluar dari kamar itu. Jae-ha bertanya apa yang disembunyikan Hang-ah. Apakah mereka diam-diam makan cokelat?
Hang-ah menatap Jae-ha dengan sedih. Ia tahu Jae-ha bukanlah orang yang percaya padanya (berdasarkan pengalamannya). Dan hal ini terlihat buruk. Ponsel Utara ditemukan di lokasi kematian Jae-kang. (Walau aneh juga mana ada pembunuh yang sengaja meninggalkan bukti di dekat lokasi kejadian)
Pelan-pelan Hang-ah menyingkir hingga Jae-ha bisa melihat kotak itu. Hang-ah menjelaskan kotak itu berisi bubuk arang dan ponsel. Dan ditemukan di tempat kematian Jae-kang.
Jae-ha segera mengambil ponsel itu. Ia tertegun. Hang-ah berkata jika dilihat dari penampilan luar, ponsel itu dari Utara. Hang-ah mengamati reaksi Jae-ha. Jae-ha berusaha menenangkan dirinya.
“Ini…harus diselidiki, kau tahu kan?”
Hang-ah mengangguk. Jae-ha pergi tapi ia berbalik dan mengambil kotak itu beserta ponselnya. Mata Hang-ah berkaca-kaca menyadari kemungkinan apa yang akan terjadi pada mereka berdua.
Berita segera menyebar bahwa sebuah kotak mencurigakan ditemukan di dekat tempat kematian Raja terdahulu. Dan dalam kotak itu ditemukan arang dan ponsel yang diyakini milik Korea Utara. Ciri-ciri ponsel itu sesuai dengan apa yang digembar-gemborkan Korea Utara sebagai pengembang teknologi tersukses kedua di dunia.
Ayah Hang-ah mendengar berita itu dan memegangi kepalanya dengan frusrasi. Teknologi itu disebut EP-070, teknologi yang memungkinkan seseorang terkoneksi dengan internet dan telepon melalui kabel listrik jika jaringan nirkabel tidak tersedia. Teknologi ini terlalu sulit dan Korea Selatan pun masih dalam tahap penelitian.
Juga akan dibentuk komite khusus untuk menyelidiki masalah ini. Sementara keluarga kerajaan akan mengirmkan wakilnya sebagai mengawas dan penengah.
Jaeshin dan ibunya menonton berita itu. Jae-shin segera memutar kursinya dan pergi menemui Hang-ah.
“Komunis, apakah menjadi Puteri tidak cukup bagimu? Apakah kau harus membunuh kakak untuk bisa menjadi Ratu?” tuduhnya dengan dingin pada Hang-ah. “Setelah memandikanku dan membuat ibuku menyukaimu, kau berpura-pura terlihat menyedihkan di depan semua orang. Tapi seberapa senangnya kau di belakang kami?”
Hang-ah tidak mempedulikan tuduhan Jae-shin. Ia duduk dan menanyakan apa yang terjadi pada hari kematian Jae-kang. Bukankah Jae-shin pegi ke sana? Para pengawal berkata mereka melihat Jae-shin di sana.
“Lalu apa yang teejadi? Dapatkah kau mengingatnya sedikit saja?’ tanya Hang-ah. Ia sangat ingin mengetahui apa yang terjadi agar bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini. Ia bertanya apakah Jae-shin bertemu dengan Jae-kang.
Hang-ah berkata tidak apa-apa jika Jae-shin bertemu dengan tentara Korea Utara. Jika memang Korea Utara yang membunuh Jae-kang, ia bersedia menerima hukumannya. Tapi jika semua ini kebohongan, maka mereka hanya akan saling membunuh dan orang yang berada di balik semua ini akan mendapatkan keuntungan dari Utara dan Selatan.
Jae-shin tampaknya menyadari ucapan Hang-ah sangat masuk akal. “Kuharap kau tidak sedang berpura-pura. Aku sugguh-sungguh,” ujar Jae-shin. Ia meninggalkan kamar Hang-ah.
Jae-ha memberikan ijin pada Sekretaris Eun untuk mewakili pihak keluarga kerajaan dalam pertemuan komite khusus (yang terdiri dari wakil partai pemerintah dan wakil partai oposisi). Jae-ha mengingatkan mereka hanya ingin menemukan kebenaran, bukan untuk menyinggung masalah politik.
Sekretaris Eun lagi-lagi mendapat telepon dari klub M. Ia tak mengangkat teleponnya dan memerintahkan agar nomor teleponnya diganti.
John dan kroconya membicarakan Sekretaris Eun yang bersikeras merasa dirinya tak bersalah, tapi jauh di lubuk hatinya ia pasti tahu bahwa ia berdosa. John bertanya pada sang wanita pembunuh apakah ia telah mengurus sang puteri (Jae-shin).
“Aku melakukan seperti yang kau perintahkan. Aku tidak menyentuhnya seujung rambut pun. Tapi lompatannya benar-benar tidak kusangka-sangka,” jawab si wanita pembunuh.
Tidak apa-apa kata John, kebenaran tetap tidak bisa terungkap. Sangat menyedihkan Jae-shin kehilangan ingatannya.
Jae-shin membicarakan Hang-ah dengan ibunya,. Ia berkata ia telah lama memikirkannya. Walau mungkin Korea Utara terlibat dalam kematian Jae-kang tapi Hang-ah tidak mungkin mengetahuinya. Ibunda Raja berkata ia juga berharap demikian. Jae-shin berkata tidak mungkin Hang-ah yang melakukannya. Lagu dari radio membuat Jae-shin melihat kilasan-kilasan wanita si pembunuh.
Ia tiba-tiba merasa sesak dan kesakitan. Ibunda Raja dengan khawatir bertanya ada-apa. Jae-shin meminta ibunya mematikan radio. Tapi tampaknya ia belum ingat apa yang terjadi.
Sekretaris Eun menghadiri rapat komite khusus penyelidikan kematian Jae-kang. Partai pemerintah hendak mengadakan penyelidikan lebih dahulu sementara partai oposisi yakin pelakunya Korea Utara. Ia yakin Hang-ah terlibat. Sejak awal ia merasa Hang-ah tidak membawa keberuntungan.
“Dia membunuh Raja lebih dulu, baru kemudian membunuh suaminya.”
“Ini menyangkut keluarga kerjaaan. Tolong bersikap profesional,” Sekretaris Eun yang selama ini diam saja ikut berbicara.
Tapi kali ini partai pemerintah pun sependapat. Ia berkata rakyat tidak bertanya-tanya pelakunya Korea Utara atau bukan tapi mereka lebih ingin tahu apakah Hang-ah terlibat atau tidak dalam kematian Jae-kang. Sekretaris Eun menarik nafas panjang.
Jae-ha diberitahu kalau pemerintah dan partai oposisi bersepakat untuk menginvestigasi Hang-ah. Jae-ha menganggap pemerintah melarikan diri dari tanggung jawab dengan menyalahkan keluarga kerjaan (Hang-ah). Sekretaris Eun membenarkan tapi ia mengingatkan keluarga kerajaan juga bertanggungjawab.
Ia berkata pertunangan Hang-ah dan Jae-ha bisa dilaksanakan setelah melalui kesulitan. Hang-ah dari unit khusus jadi tidak seharusnya menjadi istri Jae-ha.
“Maksudmu ini adalah kesalahanku? Siapa yang menyebarkan rumor (rumor Jae-ha akan menikah dengan Hang-ah) ke media? Mengapa kalian tidak bertindak pada waktu itu?” tanyanya kesal.
“Aku menentang sejak awal. Aku mulai menentang ketika Raja sebelumnya merencanakan pernikahan dengan Utara. Dan lagi investigasi ini akan ditangani oleh dewan pemerintah. Kita memerlukan kambing hitam.”
“Apa kau memintaku untuk menjadikan Hang-ah sebagai kambing hitam? Walau kami belum resmi bertunangan tapi ia akan menjadi istriku! ”
“Dia orang Korea Utara. dia satu kelompok dengan orang yang membunuh Raja sebelumnya,” Sekretaris Eun mengingatkan. Grrr….ini orangnya maunya apa sih, sebentar mendukung, sebentar ngga. Padahal dia jelas-jelas tahu bukan Korea Utara yang membunuh Jae-kang.
Jae-ha terdiam dan memandang lukisan kakaknya. Ia berkata bukankah aneh terjadi begitu banyak kebetulan (kotak itu kebetulan ditemukan di tempat pembangunan). Sekretaris Eun bertanya apakah Jae-ha berharap ini bukan perbuatan Urara. Ia berkata Jae-ha berharap begitu karena dibutakan cintanya pada Hang-ah. Jae-ha tak bisa membantah.
Hang-ah membaca berita bahwa dirinya akan diinvestigasi. Berita dari Korea Utara menyampaikan kemarahan dan kekecewaan karena Hang-ah akan diinvestigasi (artinya Selatan mencurigai Utara).
Terdengar ketukan di pintu. Hang-ah berteriak ia tidak akan menerima telepon dari ayahnya maupun dari orang Utara lainnya. Namun ternyata Jae-ha yang masuk. Ia mengajak Hang-ah minum.
Jae-ha mengingatkan Hang-ah ketika mereka minum sampai mabuk lalu Jae-kang dan ayah Hang-ah memergoki mereka. Jae--ha berkata saat itu ia kira akan dipukuli sampai mati sementara Hang-ah berkata ia merasa sangat malu hingga ingin menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya.
Mereka tetap bercanda walau suasana tegang dan canggung melingkupi mereka. Jae-ha bertanya mengapa Hang-ah menyembunyikannya.
“Menyembunyikan apa?”
“Ketika aku masuk waktu itu, kau menyembunyikan bukti itu di belakangmu.”
“Aku melakukannya tanpa sadar.”
“Mengapa?” tanya Jae-ha tersenyum kaku.
“Karena dilihat dari luar itu milik kami (Utara).”
“Hanya dari luar?”
Hang-ah terpana. Ia menyadari Jae-ha sedang menanyakan pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh orang-orang yang menginvestigasinya. Hang-ah berkata ia akan pergi menjalani investigasi itu.
“Semua akan baik-baik saja setelah semua pertanyaan terjawab,” katanya menenangkan.
“Aku….percaya padamu. Tapi, jika ada satu dari 10 juta kemungkinan bahwa kau terlibat, maka aku sendiri yang akan membunuhmu. Aku mempercayaimu sepenuhnya,” kata Jae-ha.
“Yang Mulia…karena hanya ada kita berdua, bolehkah aku memanggil namamu?” tanya Hang-ah terharu. “Hal itu tidak akan terjadi, Komrad Lee Jae-ha.” (dengan kata lain Hang-ah mengatakan ia sama sekali tidak terlibat dalam kematian Jae-kang higga Jae-ha tidak akan harus membunuhnya).
Jae-ha tersenyum.
Hang-ah bersiap untuk menjalani investigasi. Ia berdandan sebaik mungkin untuk memberikan kesan yang baik pada komite kusus. Namun Ibunda Raja ingin menemui Hang-ah sebelum Hang-ah pergi.
Ibunda Raja terlihat gugup saat Hang-ah masuk. Ia tak berani memandang Hang-ah.
“Au merasa ada kemungkinan Utara yang melakukannya. Mereka membenci kami,” katanya
Hang-ah menunduk.
“Tapi aku…tidak akan membuangmu.”
Hang-ah terkejut, ia menatap Ibunda Raja. Ibunda Raja menghampiri Hang-ah dan dengan lembut merapikan rambutnya. Ia berkata Hang-ah seharusnya mendandani rambutnya dengan lebih baik. Ini adalah kemunculan Hang-ah yang pertama, seharusnya memberikan kesan yang baik.
Hang-ah sangat terharu hingga ia menangis. Ibunda Raja menggeleng. “Jangan menangis, seorang keluarga kerajaan harus mengangkat kepalanya dengan bangga.” (Ibunda Raja tetap menganggap Hang-ah sebagai keluarganya)
Hang-ah mengangguk, tersenyum di tengah deraian air matanya.
Jae-ha mencoba menenangkan ketegangan di hatinya dengan bermain ‘minesweeper”(masih inget kan game yang dimainkan Hang-ah setelah tahu ia dicoret dari daftar calon istri Jae-ha?). Namun saat TV memberitakan kedatangan Hang-ah di tempat investigasi, ia kehilangan konsentrasinya.
Hang-ah mulai diinvestigasi di dalam ruang tertutup oleh komite khusus. Sekretaris Eun ikut hadir.
Mereka menanyakan apa yang dipelajari Hang-ah saat menjalani pelatihan menjadi unit khusus (yang kabarnya bertugas menjadi mata-mata dan membunuh para tokoh penting termasuk anggota kelaurga kerajaan). Hang-ah berkata ia tidak bisa memberikan jawaban detail menyangkut pelatihannya di Utara. Tapi sebagai peserta WOC, komite bisa melihat catatan wawancaranya saat akan menjadi peserta.
“Kau menerima pelatihan untuk membunuh, bukan? Menurut laporan, arang yang digunakan dalam pelatihan sama dengan yang digunakan pada kematian Raja sebelumnya.”
“Pelatihan sekarang tidak sama dengan dulu. Tidak ada negara yang melatih membunuh seseorang dengan arang,” kata Hang-ah tersenyum.
Anggota partai opisisi menunjukkan buktinya bahwa ada pelajaran membunuh orang dengan bubuk arang. Hang-ah menjawab itu hanya teori tertulis. Sama seperti di Korea Utara setiap koran mengatakan bahwa di Korea Selatan banyak pelacur dan pengemis (yang kenyataannya tidak demikan). Jadi baik Utara dan Selatan, tidak menyatakan keadaan yang sebenarnya mengenai yang lainnya.
Sekretaris Eun tersenyum dengan jawaban pintar Hang-ah.
Partao oposisi berkata ayah Hang-ah sempat berkunjung beberapa kali sebelum pertunangan diumumkan. Bahkan pernah datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ayah Hang-ah juga sering menelepon. Ia menanyakan apa yang Hang-ah dan ayahnya bicarakan.
Hang-ah mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan sms terakhir dari ayahya. Isinya adalah: Hang-ah harus mematuhi undang-undang Korea Selatan tanpa syarat. Mulai sekarang Hang-ah adalah orang Korea Selatan.
“Aku datang menjalani investigasi ini karena pesan ayahku. Sebagai seorang Korea Selatan, aku harus menjalani cara hidup Korea Selatan.”
Wakil kongres pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Ayah Hang-ah menelpon Jae-ha. Ia berkata bukan Korea Utara pelakunya. Ada bukti tapi ia tidak bisa mengungkapkannya sekarang. Jae-ha hendak menutup teleponnya (karena merasa pembicaraan ini sia-sia dan pihak Utara masih dicurigai). Tapi kami sudah selesai menyelidiki bom itu. Kau masih ingat, bukan? Bom yang diletakkan di treadmill saat pelatihan WOC. Pelakunya Klub M. “
“Bukankah klub M adalah penyumbang untuk memperingati kematian kakak?” tanya Jae-ha terkejut.
“Benar dia. Bersembunyi dan mengendalikan dari belakang. Ia hanya berpura-pura berdukacita.”
Jae-ha tak pecaya. Kalau memang begitu, mengapa Klub M menyumbang 5 miliar Won?
“Apa kau tak mendengar apapun dari Raja sebelumnya? Raja Lee Jae-kang. Kau benar-benar belum pernah mendengar tentang klub M?” tanya ayah Hang-ah kaget.
Melihat pandangan bingung Jae-ha, Ayah Hang-ah tahu Jae--ha tidak tahu apa-apa. Dan jika ia yang menjelaskannya, Jae-ha tidak akan percaya. Karena itu ia meminta Jae-ha mencari tahu mengenai klub M dari jurnal Jae-kang. Jae-kang sangat terganggu dengan keberadaan Klub M jadi pasti ada catatannya.
Hang-ah pulang ke istana. Jae-shin telah menunggu di kamarnya. Jae-shin bertanya apa orang-orang itu memarahi Hang-ah.
“Mereka ingin marah tapi aku tidak memberi mereka kesempatan,” jawab Hang-ah sambil tersenyum letih. Ia bertanya di mana Jae-ha. Jae-shin berkata Jae-ha merasa sangat letih hingga langsung tidur.
Melihat kekecewaan di wajah Hang-ah, Jae-shin buru-buru menjelaskan kalau Jae-ha memang senang tidur sejak kecil. Hang-ah tersenyum membenarkan namun ia tak bisa menyembunyikan perasaan terluka di hatinya.
Sebenarnya Jae-ha tidak tidur. Ia sedang berusaha membobol password ilseongnok kakaknya.
Persatuan Utara-Selatan. Password salah.
Anak. Password salah.
Shim Eun-ha (aktris veteran Korea yang sekarang menjadi seniman). Password salah.
Penyelidikan berlanjut dengan pertemuan antara pihak Utara dan Selatan. Wakil dari tiap negara terlihat tidak bersahabat satu sama lain. Pihak Utara menginginkan pertemuan rahasia dan tertutup. Tidak direkam kamera. Jika tidak, mereka tidak akan memberitahu kebenarannya.
Akhirnya pertemuan itu hanya dihadiri dua orang. Anggota dewan tertinggi Korea Utara (atasan ayah Hang-ah) dan perwakilan dari Selatan (sepertinya seorang menteri). Pihak Utara berkata walau teknologi ponsel terbaru mereka digembar-gemborkan sebagai yang kedua tercanggih di dunia, tapi sebenarnya mereka masih dalam penelitian.
Pihak Selatan terkejut, jadi semua promosi itu hanya bualan. Utara bersikeras itu bukan bualan, mereka yakin suatu saat akan bisa membuat ponsel seperti itu. Mereka hanya mengumumkannya setahun lebih awal. Intinya, mereka masih dalam tahap pengembangan dan sama sekali belum membuat prototipe EP-070. Jadi jelas bukan Utara yang membunuh Jae-kang. Tidak mungkin mereka pelakunya.
John Mayer terkejut saat diberitahu mengenai lubang besar dalam rencananya itu. Sekretarisnya bertanya apa yang akan mereka lakukan. Sudah jelas prototype ponsel itu tidak dibuat oleh Korea Utara (jadi tidak mungkin lagi menjadikan Korea Utara sebagai otak pembunuhan Jae-kang).
“Tidak apa-apa. Biarkan saja orang Utara berdebat dengan politikus Selatan. Semua berjalan sesuai rencana,” kata John dengan tenang.
Mengapa? Karena ternyata Korea Utara melarang Selatan membocorkan kebenaran ini. Korea Utara tidak ingin dipermalukan dengan tersebarnya kebenaran bahwa sebenarnya mereka belum menemukan teknologi secanggih itu tapi sudah menggembar-gemborkannya. Komite khusus sangat kesal, apa yang harus mereka laporkan pada rakyat?
“Kita tidak boleh mengumumkannya,” ujar menteri yang telah bertemu dengan pihak Utara. “Begitu kita mengumumkannya, mereka akan mendeklarasikan perang. Mereka meminta kita mencari cara agar mereka bisa lepas dari kecurigaan.”
Shi-kyeong diberitahu mengenai hal itu oleh ayahnya. Ia merasa lega karena Korea Utara ternyata bukan pelakunya.
Begitu melihat Sekretaris Eun dan Shi-kyeong, Jae-ha langung bertanya apa hasil dari pertemuan itu. Shi-kyeong tersenyum, ikut merasa senang karena Jae-ha akan lega mengetahui kebenarannya. Tapi ia terkejut saat ayahnya berbohong pada Jae-ha.
Sekretaris Eun berkata rapat itu tidak menghasilkan apapun. Jae-ha kecewa. Shi-kyeong memanggil ayahnya tapi Sekretaris Eun tak menghiraukannya dan terus berbicara tentang konspirasi politik. Untunglah Shi-kyeong orang yang sangat jujur.
“Ini bukan perbuatan Utara. Pihak Utara berkata mereka bahkan belum mengembangkan teknologi EP-070,” lapornya.
“Shi-kyeong..” tegur ayahnya.
“Jadi ini jelas-jelas bukan perbuatan Utara,” lanjut Shi-kyeong.
“Eun Shi-kyeong ! Keluar!” bentak ayahnya.
Shi-kyeong terpaksa keluar. Jae-ha merasa aneh dengan perbedaan laporan dari ayah dan anak itu. Tapi ia merasa senang. Ia bertanya apakah yang dilaporkan Shi-kyeong itu benar, bahwa ini bukan perbuatan Utara?
“Ya,“ akhirnya Sekretaris Eun membenarkan.
Jae-ha merasa lega Hang-ah lepas dari kecurigaan. Ia bertanya mengapa tadi Sekretaris Eun tidak langsung memberitahunya.
“Hal ini tidak bisa diumumkan. Pihak Utara menolak untuk mengumumkan kalau EP-070 belum dikembangkan oleh mereka. Begitu kita mengumumkannya, itu sama dengan kita mengumumkan perang.”
Tapi Jae-ha tidak terpengaruh. Korea Utara memang dikenal keras kepala. Ia ingin mengumumkan kebenarannya, dengan demikian rakyat berhenti mencurigai Utara.
Tapi Sekretaris Eun berkata jika Korea Utara lepas dari kecurigaan maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa pembunuh sebenarnya. Dalam kenyataannya, banyak faktor bisa mengubah kedudukan politik. Walaupun deklarasi perang Korea Utara hanya gertak sambal tapi rakyat akan merasa tidak aman. Tidak mungkin pula memberitahu rakyat kalau Korea Utara bukan pelakunya tanpa memberitahu alasannya (rakyat akan berpikir keluarga kerajaan melindungi Hang-ah) .
“Jadi maksudmu, kita harus terus mengatakan bahwa Korea Utara pelakunya?“ tanya Jae-ha. Jae-ha bertanya apa yang akan terjadi pada Hang-ah.
“Komite khusus telah mengambil sebuah keputusan. Bukan hanya keluarga kerajaan terlindungi, pemerintah pun terlindungi. Kim Hang-ah harus menjalani sidang umum.”
Jae-ha terkejut. Sekretaris Eun berkata keluarga kerajaan saat ini sedang dalam krisis. Tanpa alasan, keluarga kerajaan mendapat bencana karena seorang wanita dari Utara. Kesalahan itu pasti akan ditimpakan pada keluarga kerajaan. Ia berkata Hang-ah sangat pintar. Dalam sidang tertutup ia bisa memberi jawaban dengan tepat, mungkin di sidang umum…
“Aku sudah bilang tidak!! Bagaimana bisa kita membiarkannya menjalaninya dua kali? Walau baru sekali, sudah membuatku merasa akan gila. Tapi dua kali? Apalagi ia akan diperdebatkan di depan rakyat? Sudah pasti tidak bisa.” Jae-ha menegaskan. Sekretaris Eun nampak kaget dengan ketegasan Jae-ha.
Shi-kyeong menunggu di ruangan ayahnya. Begitu Sekretaris Eun datang, ia langsung mengusir anaknya. Shi-kyeong mencoba menjelaskan, bahwa Jae-ha harus tahu kebenarannya.
“Apakah Raja yang sekarang merupakan Raja yang benar? Aku sudah menyuruhmu mempelajari kebenaran. Kapan kau akan mempelajarinya? Apakah kenyataan sama dengan kebenaran?” Sekretaris Eun memarahi Shi-kyeong.
Kenyataannya Jae-ha adalah Raja tapi kebenarannya Jae-ha tidak pantas menjadi Raja. Itu menurut Sekretaris Eun. Dan ia ingin Shi-kyeong menyadari itu. Shi-kyeong kecewa dengan perkataan ayahnya. Ia pamit dan keluar.
Hang-ah tetap menolak menerima telepon dari ayahnya. Tapi kepala dayang berkata Ibunda Raja telah memeberikan ijin. Mungkin dengan mendengar suara ayahnya, Hang-ah bisa mendapat kekuatan.
Alasan sebenarnya Hang-ah tidak mau berbicara dengan ayahnya bukan hanya untuk menghindari kecurigaan selama proses penyelidikan tapi juga karena ia tahu ia tidak akan bisa menahan perasaannya jika ia melihat ayahnya.
“Apa kau baik-baik saja?” tanya ayahnya.
“Tidak apa-apa,” jawab Hang-ah hampir menangis.
“Apanya yang tidak apa-apa? Apa masuk akal kau harus menjalani sidang rakya?” kata ayahnya dengan kesal.
Hang-ah terkejut. Ia belum tahu kalau ia harus menjalani sidang lagi. Ayahnya memberitahu beritanya sudah tersebar bahwa komite khusus ingin Hang-ah disidang di depan rakyat. Ia sangat marah karena puterinya diperlakukan semena-mena di Selatan. Ia memerintahkan Hang-ah kemabali ke Utara.
Hang-ah merasa terluka dan marah. Ia menutup telepon ayahnya tanpa berkata apa-apa lagi.
Ia mencari Jae-ha, tapi Sekretaris Eun memberitahu kalau Jae-ha sedang mengadakan upacara peringatan di Jongmyo (kuil tempat menghormati leluhur para Raja). Sekretaris Eun berkata Hang-ah boleh menitipkan pesannya untuk Jae-ha.
“Apaka aku harus muncul lagi?” tanya Hang-ah.
“Ya.”
“Aku tidak punya kepercayaan diri. Kedua kakiku terus gemetar saat saat sidang kemarin. Sekarang aku akan berhadapan langsung dengan rakyat. Aku masih takut dengan rakyat Korea Selatan.”
“Kau akan menjadi Ratu. Bagaimana bisa kau takut pada rakyat?”
Hang-ah berkata bukankah semua rakyat membencinya. Ia sudah melihatnya di internet. Mereka menyebutnya komunis dan menginginkannya mati. Mengancam akan mencelakainya dan menyiksanya.
Hang-ah bertanya apa yang Jae-ha katakan mengenai hal ini. Sekretaris Eun berbohong dengan berkata walau Jae-ha tidak mengatakannya tpai ia tahu Jae-ha ingin membuktikan bahwa Hang-ah bisa dipercaya.
Hang-ah semakin terluka. Dianggap apakah semua yang telah dilakukannya selama ini?
“Kalau begitu biarkan dia melihat sampai ia puas. Aku akan menjalani sidang rakyat,” kata Hang-ah menahan tangisnya.
Sekretaris Eun menelepon Jae-ha dan berkata Hang-ah bersedia menjalani sidang rakyat. Ia berbohong Hang-ah sendiri yang sudah mengambil keputusan itu saat ia menemuinya.
Sekretaris Eun berjalan melewati lorong lukisan para raja yang telah mangkat. Ia berhenti di depan lukisan Jae-kang dan membungkuk memberi hormat. “Aku minta maaf Yang Mulia, tapi aku sudah berusaha semampuku.” (berusaha apa ya –_-“)
Hang-ah muncul di depan publik untuk menjalani sidang rakyat. Berbeda dengan investigasi sebelumnya yang dilakukan di ruang tertutup dan tersembunyi dari media, kali ini Hang-ah muncul di televisi hingga seluruh rakyat bisa melihatnya dan mendengar jawabannya.
Keluarga kerajaan menonton sidang itu dengan cemas. Ibunda Raja sangat gugup hingga ia meminta Jae-shin mengubah saluran TVnya tapi Jae-shin menolak. Ia mengingatkan ibunya yang berkata tidak akan membuang Hang-ah. Jadi mereka harus menontonnya walau sulit, karena mereka keluarga. Jae-ha menonton dari ruangannya.
Pertanyaan pertama yang diajukan pada Hang-ah adalah pandangannya tentang Korea Selatan.
“Kesan pertama, grup penyanyi wanita di sini sangat terkenal. Saat pelatihan gabungan Utara-Selatan untuk WOC, aku bisa selalu mendengar nyanyian mereka.”
Jae-ha dan Shi-kyeong tersenyum.
“Dan juga Korea Selatan… sangat hangat. Walau dijuluki Italia di Timur atau pot yang cepat mendidih, namun juga menunjukkan kalau tempat ini penuh kehangatan. Walau mudah marah dan suka menyembunyikan perasaan mereka hingga membuat orang lain salah mengerti, tapi perasaan di dalamnya sangatlah dalam.”
Sampai di sini Hang-ah menjawab dengan baik. Ia menganalogikan Korea Selatan dengan Jae-ha.
“Orang-orang di negaraku juga sama, jadi aku mengerti,” tambahnya.
“Barusan, apa kau mengatakan : orang-orang di negaraku?’” tanya komite khusus.
“Aku belum secara sah pindah kewaganegaraan, jadi….”
“Walau begitu, kau adalah orang yang akan menjadi Ratu Korea Selatan,” ujar si penanya.
Jae-ha kesal mendengar pertanyaan itu. Ia segera mengangkat teleponnya. Hang-ah terus ditanyai mengenai pandangannya tentang serangan Utara yang terus menerus pada Selatan.
“Apa dia pikir Kim Hang-ah itu terminator?” seru Jae-ha kesal pada teleponnya.
Lalu Hang-ah ditanyai mengenai tahun kelahiran empat Raja pada jaman monarki sejak dibentuknya Korea Selatan (ini fiksional ya, Korea Selatan sebenarnya sudah tidak menganut monarki lagi. Keturunan keluarga kerajaan masih ada, tapi mereka bertugas untuk menjaga warisan jaman leluhur mereka dan katanya sih ada yang menjadi tour guide).
Jae-ha mengomel ia saja tidak tahu tahun kelahiran ayahnya dengan tepat.
“Kau adalah orang Korea Utara bukan. Jika terjadi perang dan kau berpartisipasi. Kau akan berada di pihak mana? Utara atau Selatan?”
Jae-ha tak tahan lagi. Ia berteriak memerintahkan Perdana Menteri untuk segera menemuinya.
Jae-ha meminta Perdana Menteri mengumumkan bahwa pelaku pembunuhan Jae-kang bukahlah Korea Utara. Perdana Menteri khawatir akan terjadi perang. Tapi Jae-ha berkata itu hanya gertak sambal. Setiap hari Korea Utara mengancam perang (namun tidak pernah dilakukan). Sama dengan berbohong kalau mereka telah menemukan teknologi EP 070 padahal belum. Perdana Menteri tetap merasa keberatan dengan permintaan Jae-ha.
Jae-ha berteriak Perdana Menteri sedang menyembunyikan bisnis kotor di parlemen dengan mengalihkannya pada isu keluarga kerajaan dan Hang-ah. Ia telah mendengar adanya pengajuan kenaikan gaji Perdana Menteri sebesar 8 persen.
Jika Perdana Menteri tidak mau mengumumkan kebenarannya maka Jae-ha tidak akan pernah menyetujui kenaikan gaji Perdana Menteri. Perdana Menteri mengingatkan Raja hanya memiliki kekuasaan dalam masalah militer dan diplomatik dan keadaan darurat negara.
Tapi Jae-ha berkata gaji Perdana Menteri berasal dari pajak. Jika Perdana Menteri tidak menurut, ia bahkan akan memotong gajinya yang sekarang,
Tampaknya gertakan Jae-ha berhasil karena tak lama kemudian Hang-ah kembali ke istana. Begitu tiba di istana, ia langsung menanyakan Jae-ha. Sekretaris Eun berkata Jae-ha sedang pergi karena ada masalah yang harus diselesaikan. Hang-ah sangat kecewa, mengira Jae-ha tak peduli padanya. Padahal Jae-ha pergi menyelamatkan Hang-ah dengan mengancam Perdana Menteri.
Jae-ha kembali ke istana dengan hati senang. Ia ingin menemui Hang-ah tapi Sekretaris Eun berkata Hang-ah sedang berbicara dengan ayahnya dan seharian ini sangat lelah. Ia mengusulkan agar Jae-ha menemuinya besok saja. Sayangnya Jae-ha menurut. Ia meminta Sekretaris Eun menjaga Hang-ah dengan baik.
Hang-ah memang sedang berbicara dengan ayahnya. Ayah Hang-ah marah karena pertanyaan-pertanyaan memojokkan yang ditujukan pada Hang-ah saat sidang tadi. Hang-ah mencoba membela Selatan, semua itu pertanyaan masuk akal dari sudut pandang rakyat Selatan.
Ayah Hang-ah berkata sampai sekarang Hang-ah mempercayai Jae-ha tapi tampaknya tidak ada Hang-ah dalam hati Jae-ha.
Hang-ah menocba membela Jae-ha. Tapi ayah Hang-ah membeberkan faktanya. Jae-ha bahkan tidak menonton sidang Hang-ah untuk memberi dukungan saat tunangannya menghhadapi sidang. Pria mana yang akan berkata ada masalah yang harus diselesaikan lalu pergi begitu saja pada saat seperti ini. Ia berkata Jae-ha tidak mampu dan tidak ingin melindungi Hang-ah. Hang-ah hanya menyukainya secara sepihak dan hanya Hang-ah yang menangis sendirian.
“Sudah hentikan! Jikaa ayah berkata tidak baik tentang Yang Mulia lagi, aku tidak akan menerima telepon ayah!” serunya kesal. Ia lalu menutup teleponnya dan menangis.
Hang-ah dalam kondisi lelah emosi dan jiwanya. Setelah ia berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari tata cara keluarga kerajaan, disusul kematian Jae-kang, dan sekarang ia harus menghadapi tuduhan dan ketidakpercayaan dari rakyat. Ia merasa menghadapi semua itu sendirian. Karena itu ia semakin meragukan perasaan Jae-ha padanya. Apalagi trauma Jae-ha pernah menembaknya tampaknya belum hilang.
Hang-ah teringat perkataan-perkataan menyakitkan Jae-ha yang pernah ditujukan padanya.
‘Kau..bukanlah wanita.”
“Aku belum gila, mengapa aku mau menikahimu? Semuanya hanya pura-pura. Semuanya.”
“Mengapa kau menyembunyikannya. Saat aku masuk mengapa kau menyembunyikan bukti itu di belakangmu?”
Lalu Jae-ha tertawa dan meminta maaf. Iahanya becanda. Ia menggandeng tangan Hang-ah dan mengajaknya makan malam. Di ambang pintu, Jae-ha berbalik dan mengacungkan senjatanya lalu menembak Hang-ah.
Hang-ah tersentak. Ia terbangun dari mimpi buruknya. Hang-ah mengecek ponselnya namun tidak ada pesan atau telepon dari Jae-ah. Hang-ah sangat kesal hingga air matanya mengalir.
Keesokan paginya, Jae-ha membawakan sarapan ke kamar Hang-ah. Hang-ah duduk diam, tak menyahut dan tak menoleh sedikitpun. Jae-ha bercanda dengan mengolok-olol Hang-ah tapi Hang-ah tak meresponnya.
“Kemarin kau di mana?” tanya Hang-ah.
“Rahasia..aku akan menceritakannya nanti,” kata Jae-ha. Ia meraih tangan Hang-ah. Hang-ah menepisnya.
Jae-ha bertanya ada apa. Ia bertanya apakah keadaaanya begitu buruk pada sidang kemarin. Hang-ah makin kesal.
“Sepertinya kau benar-benar tidak melihat sidangku. Tapi kau terlihat sangat baik. Apa kau memeluk wanita sambil minum-minum semalaman?” katanya sinis.
“Ada apa denganmu?” tanya Jae-ha.
“Benar, kau bermain-main selama 30 tahun dan dalam semalam menjadi Raja. Aku minta maaf, kau memang sampah.”
Jae-ha menatap Hang-ah dengan perasaan terluka.
“Aigooo…sikapku jelek. Aku lupa Yang Mulia sangat sensitif dengan kata “sampah”. Tidak perlu menyembunyikannya lagi. Ambil kesempatan ini dan kita beri cap. Bagaimana? Agar semua rakyat tahu bahwa Raja Korea Selatan adalah sampah. Dengan begitu kau akan merasa rileks. Walau reputasimu akan ternoda,” kata Hang-ah lagi.
Keduanya bertatapan. Luka dan sakit hati terpancar dari mata mereka.
“Tolong katakan satu hal. Kau menyukaiku atau tidak?” tanya Hang-ah.
“Aku menyukaimu,” jawab Jae-ha. Seandainya saat ini Jae-ha berhenti berbicara, semua akan baik-baik saja. Tapi tidak, ada kelanjutannya.
”Karena kau mudah ditipu dan dipergunakan. Dan kau juga dari Utara. Sampah? Aku menceritakannya padamu karena aku mempercayaimu. Karena aku mempercayaimu maka aku memperlihatkan kelemahanku. Tapi kau mempergunakannya untuk mempermainkanku. Wanita busuk biasa dari Utara berani mempermainkan Raja Korea Selatan? Segeralah pergi. Kembalilah ke Utara.”
“Komrad Lee Jae-ha…” Hang-ah tak percaya Jae-ha baru saja mengusirnya.
Jae-ha berbalik dan pergi meninggalkan Hang-ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar