-- King 2 Hearts Episode 4 --
Jae Ha tidak tahan untuk menyebarkan kalau Kang Seok suka SNSD dan menyeret Shi Kyung ke kamar untuk mendemonstrasikan betapa serius masalah itu. Jae Ha menyalakan TV dan terlihat MV SNSD.Kang Seok juga menyembunyikan jadwal tayang SNSD dibawah keyboardnya.
Jae Ha tertawa terbahak-bahak dan menunggu respon Shi Kyung. Tapi dengan muka serius, Shi Kyung berkata, “Kita seharusnya tidak membicarakan hal ini. Aku yakin, saat ini, Kang Seok pasti bingung.” Jae Ha kecewa dan berkeras kalau ini lucu dan Shi Kyung menghancurkannya, tapi Shi Kyung tetap mengabaikannya.
Ia sangat kesal karena Shi Kyung tidak tertawa mendengar lelucon itu. Dong Ha datang dan memberitahunya kalau hari ini adalah ulang tahun Kang Seok dan mereka sedang mengumpulkan hadiah.
Jae Ha mencemooh tapi kemudian menghentikan langkahnya, “Apa yang akan diberikan Shi Kyung padanya?”
Kang Seok dan Young Bae kembali ke kamarnya dan melihat hadiah-hadiah ulangtahun dari pihak Korsel. Ia terkesan dengan hadiah jam dari Dong Ha dan membuang botol vitamin dari Jae Ha, “Ini mungkin obat ilegal.”
Ia kemudian membuka kotak yang terbesar dari Shi Kyung. Didalamnya ada laptop berwarna pink dan kedua pria itu bertanya-tanya. Young Bae menyalakannya dan menemukan surat untuk Kang Seok di desktopnya. Kang Seok membukanya.
Sebuah video SNSD dimainkan dengan sebuah catatan, “Seorang teman tahu hati temannya tanpa harus mengatakannya kan? Aku tahu ini hadiah yang benar-benar kau inginkan. Aku melihatmu menontonnya setiap malam. Tidak perlu malu. Mengagumi kebudayaan Negara yang lebih maju adalah anugrah.”
Shi Kyung menambahkan kalau semua orang pasti mengidolakan kebudayaan negara yang lebih maju. Ia mengakhiri dengan uacapan selamat ulangtahun, merayakan kelahirannya kembali dalam memimipin mereka untuk menjadi lebih maju, “Selamat untuk membuka matamu pada dunia yang baru. Dari Shi Kyung.”
Kang Seok marah dan menutup laptop itu. Young Bae langsung melarikan diri dan bertemu Shi Kyung di lorong. Suasana sangat tegang. Young Bae memunggunginya dengan bendera Korut ada didepannya serta berkata kalau seharusnya orang-orang tidak berbuat seperti itu.
Shi Kyung bingung dan pergi ke kamar Kang Seok untuk mengucapkan selamat ulangtahuan, tapi Kang Seok mengusirnya. Sayangnya, ia dipanggil sebelum sempat menjelaskan kesalahpahaman mereka. Kang Seok membanting laptop itu.
Jae Ha menunggu terjadinya kekacauan, tapi ternyata tidak terjadi apapun. Dong Ha memberitahunya kalau Kang Seok membanting laptop itu. Mungkin karena ini masa damai, maka ia diam saja. Jae Ha berkata kalau seharusnya mereka berkelahi. Ia bingung dan mencoba keberuntungannya. Ia memanggil Kang Seok untuk datang kemejanya didalam kelas, “Aku mendengar hal yang aneh dari Shi Kyung…..kalau kau menyukai SNSD?”
Ia mulai berpura-pura bersimpati padanya, tapi Kang Seok tidak bisa menahan diri lagi dan menarik kerah Jae Ha dan menekannya ke dinding. Semua orang membeku.
Jae Ha tergagap kalau ia salah orang tapi Kang Seok berkata kalau tidak ada yang tahu selain Hang Ah dan Jae Ha dan Jae Ha lah yang paling mungkin melakukan hal seperti itu.
Karena kemarahannya, Kang Seok tidak dapat berpikir lagi dan terus menekan Jae Ha ke dinding.Ia berteriak dengan penuh kemarahan kalau orang seperti dirinya tidak akan tahu kebanggaan atas negaranya yang selalu dijunjung selama ia berkarir di militer. Tanpa berpikir ia berkata, “Aku akan membunuhmu.”
Ia mulai mengangkat Jae Ha dengan satu tangan pada lehernya.
Itu hanya memicu masalah yang lebih besar karena pihak keamanan melihatnya dari CCTV dan segera mengirim bantuan. Tepat setelah Hang Ah masuk ke ruangan tersebut, Jendral Korsel langsung mengarahkan pistolnya.
Ia mengarahkannya ke kepala Kang Seok. (bengawanseoul.com)Prajurit yang bergabung dengannya yang mengarahkan senjata mereka pada Hang Ah. Kemudian prajurit serta Jendral Korut datang dan mengarahkan senjata mereka ke Jendral dan prajurit Korsel.
Insiden ini terjadi hanya karena SNSD. Tiba-tiba, seekor burung masuk melalui jendela dan bertengger di kursi. Semua senjata siap ditembakkan.
Semua orang waspada dan tidak tahu harus berbuat apa. Gerakan terlemahpun bisa memicu pertumpahan darah. Shi Kyung melihat semua ini dari ruang keamanan. Ia merencanakan sesuatu, karena prioritasnya adalah menjaga keselamatan Jae Ha. Ia akan menelpon Jae Ha untuk menyuruhnya menyelinap mencari tempat perlindungan ketika ia menyalakan alarm kebakaran.
Hanya saja, ketika Shi Kyung menelponnya, ternyata ringtone Jae Ha adalah lagu SNSD. Jae Ha tergagap, “Aku juga fans mereka….”Kang Seok menganggkatnya dan Jae Ha segera menambahkan, “Tapi bukan Tiffany!”
Dengan hati-hati ia menjawab telponnya karena ia masih ditekan ke dinding. Shi Kyung memaparkan rencananya. Jae Ha berpikir cepat dan berteriak pada ponselnya….
Jae Ha: “Apa kau gila? Kenapa aku harus minta maaf? Apa ini? Jika aku bertanya apa ia suka seorang penyanyi dan aku dicekik. Utara dan Selatan mengokangkan senjatanya hanya karena SNSD. Apa yang harus kukatakan? Lagipula yang menyebarkan semua ini bukan aku, tapi Kim Hang Ah.”
Hang Ah tersenyum dan mengerti sandiwara yang dilakukan Jae Ha. Jae Ha menatapnya, “Hei, yang kau sulai Jang Dong Gun kan?” Hang Ah mendongakkan kepalanya, “ Bukan, Brad Pitt.”
Jae Ha kembali berbicara dengan ponselnya, ia berbicara dengan cepat kalau itu Brad Pitt atau siapapun, ia tidak akan meminta maaf dan menanggung kesalahan yang bukan miliknya, “Tapi….karena meremehkan perbedaan-perbedaan kita, aku minta maaf.”
Ia menurunkan ponselnya dan memandang mata Kang Seok untuk menyelesaikan permintaan maafnya, “Aku tadi tidak berpikir panjang.” Kang Seok akhirnya melepaskan cengkeramannya. Satu persatu senjata itu diturunkan dan semua orang mulai bernapas lega.
Ditempat lain, Jae Kang mendapat pemberitahuan dari PBB kalau mereka memeriksa kembali keikutsertaan Korea dalam WOC, karena perbuatan Jae Ha kemarin. Jae Kang merasa kecewa, ini akan menjadi puncak prestasinya dalam diplomasi.
Ibu datang sambil membawa foto gadis yang kemungkinan cocok dengan Jae Ha, tidak menyadari kalau suasananya baru tegang. Jae Kang secara tidak sadar menumpahkan rasa marahnya pada ibu. Ia bertanya kenapa ibu tidak pernah mengirim Jae Ha untuk dididik Akademi Kerajaan supaya ia bisa memperbaiki sifat jeleknya.
Ia berteriak kalau seharusnya ibu mengatur Jae Ha. Jae Kang tersadar kemudian minta maaf, tapi ia meninggalkan ibu yang terpaku. Sekretaris Eun melaporkan ujian terakhir tim WOC. (bengawanseoul.com)Jae Kang berdiri dengan lesu. Ia menatap potret yang ada dibelakangnya, “Ayah, apa yang harus kulakukan?”
Di pangkalan militer, tim WOC bersiap untuk ujian mereka yang berikutnya. Mereka harus berlari 60 km dalam waktu 8 jam.
Keadaan masih menegang ketika mereka berlatih bersama, kedua pihak terus berdebat siapa yang berlari lebih cepat dan tidak lama kemudian mereka menyalahkan insiden SNSD kemarin.
Tapi akhirnya Hang Ah tahu tentang hadiah yang ditukar itu, ternyata laptop pink adalah hadiah Jae Ha. Ia pun mencari Jae Ha dan menemukannya di kolam dan menendangnya sambil terus mencerca perbuatannya. Jae Ha mengingatkannya kalau ia sudah minta maaf, tapi Hang Ah berkata kalau ia belum merenungkan kesalahannya. Hang Ah mengunci Jae Ha di kolam renang malam itu.
Tiba-tiba, alarm berbunyi dan para prajurit berlari dari markas kedalam truk. Shi Kyung mendapat telpon penting kalau ada insiden Korut dan Korsel lagi dan mereka harus mengeluarkan Pangeran dari sana.
Ia berjalan di lorong, tapi ia dan Dong Ha ditodong dengan pistol. Jae Ha masih terkunci, tapi ia melihat prajurit yang mendekatinya dengan senjata yang terkokang. Ia pun menyelam dan menahan napasnya.
Tapi mereka menembaki pintu dan menerobos masuk. Mereka langsung menemukan Jae Ha. Jae Ha keluar dengan tangan terangkat.
Hang Ah dipanggil oleh jendralnya yang memperingatkannya kalau ada serangan. Hang Ah gemetar dan bertanya siapa yang menembak duluan. Tapi pertanyaannya tidak dijawab, ia malah diberi senjata dan diberitahu untuk bertempur melawan teman Korselnya, “Ini adalah perang.”
Jae Ha dibawa ke sebuah ruangan dimana teman-temannya menunggu. Ia bertanya apa yang terjadi dan Shi Kyung menyalakan TV, dimana mereka melihat rekaman CCTV dari pemboman fasilitas dan laporan kalau Korea Selatan telah memicu perang dan menyerang pihak Korut.
Hang Ah dan timnya masuk ke dalam ruangan dan memerintahkan para penjaga pergi. Kedua tim berdiri di kedua sisi ruangan, saling berhadapan.
Jendral dari Korea Utara pergi ke ruang keamanan. Ia duduk didepan monitor bersama dengan Jendral dari Korsel. Ternyata ini adalah sebuah ujian lagi.
Hang Ah yang pertama kali maju dan menawarkan untuk membantu mereka keluar. Tapi Jae Ha tertawa, bertanya apakah ia berharap mereka percaya pihak Korut membantu mereka melarikan diri dari Korea Utara, di tengah peperangan?
Ia menantang mereka untuk membuang senjatanya jika ia benar-benar serius. Tangan Hang Ah bergerak ke tempat menyimpan pistol. (bengawanseoul.com)Ia ragu-ragu, berkata kalau mereka harus bersenjata untuk memastikan seluruh tim aman. Apa mereka tidak mempercayai timnya?
Bahkan Shi Kyung berkata tidak, bagaimana mereka bisa mempercayai mereka dalam keadaan perang seperti ini. Ia menawarkan hal yang sama, jika mereka diberi senjata, ia akan mempercayai mereka. Hang Ah bergerak untuk mengeluarkan senjatanya dan mengarahkannya ke kepala Shi Kyung.
Kang Seok dan Young Bae mengikutinya. Pistol sudah diangkat. Para Jendral melihat dengan penasaran, berpikir kalau itu sudah terlalu jauh.
Pasukan Pengawal Khusus masuk ke dalam ruang monitor. Raja datang dan bergabung dengan para Jendral. Ia memandang layar monitor dengan penuh perhatian.
Hang Ah menodongkan pistolnya dan menyuruh mereka pergi. Flashback, Hang Ah bertanya dengan ragu-ragu apakah ia diperintahkan membunuh tim Korsel, tapi ternyata ia diperintahkan untuk membawa mereka keluar. Hang Ah mendesah lega. Jendral itu memberinya waktu 20 menit.
Ia menyuruh Young Bae untuk mengantar Dong Ha keluar, tapi Jae Ha menolak untuk mengalah. Ia mengira kalau ia tidak punya nilai untuk tawar menawar jika ia mati, jadi hidupnya tidak dalam bahaya. Ia duduk di kursi dan meletakkan kakinya di atas meja.
Hang Ah melihat jamnya dengan gelisah dan ia mulai panik. Ia mendekati Jae Ha dan memberitahunya kalau ia diperintahkan untuk mengantarkannya. Tapi tidak ada beda baginya apakah ia mengantarnya dalam keadaan hidup atau mati. Ia mengarahkan pistolnya ke dahi Jae Ha.
Jae Ha ketakutan, tapi kemudian bertanya dengan santai, “Hei, apa makan malam kita hari ini?” Ia berpura-pura sakit perut, berkeras kalau ia harus pergi ke kamar mandi.
Hang Ah mulai protes, tapi Jae Ha hanya membentaknya, “Apa tawanan tidak diperbolehkan untuk pup?” Ia mengabaikan Hang Ah dan berjalan keluar ruangan dan Shi Kyung mengikutinya.
Mereka mengunci pintu kamar mandi. Tangan Jae Ha mulai gemetar. Dengan ketakutan, ia bertanya, “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Hang Ah dan Kang Seok menunggu diluar dengan senjata yang siap. Tiba-tiba ada suara keras, Kang Seok menghambur masuk. Ternyata Shi Kyung bersiap dan melawannya, berusaha menjatuhkan pistolnya.
Jae Ha berusaha melakukan hal yang sama pada Hang Ah, tapi ia malah mendarat di engsel pintu dan berdarah. Hang Ah mengarahkan senjatanya ke arah Jae Ha. Mereka terjebak di kamar mandi.
Jae Ha berdiri dan bertanya berapa harga kepalanya. Hang Ah memohon Jae Ha supaya mempercayainya, ia tidak akan membawanya ke Pyongyang. Ia akan membantunya melarikan diri. Tapi Jae Ha berkata kalau negaranya akan menggunakannya untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
Jae Ha: “Aku tidak mau. Aku tidak bisa hidup seperti itu. Kau ingin Pangeran Korea Selatan menyerah bahkan tanpa menembak di tengah peperangan dan dibawa sebagai tawanan? Setelah jadi bahan tertawaan publik, kau ingin aku menukarkan hidupku untuk negaraku? Tak peduli betapa sembrononya aku, bagaimana aku bisa melakukannya? Bagaimana aku bisa melihat mata kakakku? Dan rakyatku? Aku tidak bisa pergi. Aku tidak akan melangkah keluar dari pintu ini. Bunuh aku atau tidak.”
Kata-katanya membuat Hang Ah tergerak dan akhirnya ia menurunkan senjata dan memberikannya pada Jae Ha, “Maukah kau mempercayaiku?” (bengawanseoul.com)Jae Ha ternganga, “Apa kau serius?” Hang Ah memberitahunya kalau mereka harus berhati-hati supaya tidak terdeteksi. Mereka berempat pun turun ke lorong.
Tapi mereka bertengkar lagi. Jae Ha mempermasalahkan kenapa Hang Ah tidak mengatakannya begitu saja dan Hang Ah beralasan kalau ia sedang mempertimbangkannya untuk meledakkan gendang telinganya. Mereka mengabaikan Kang Seok dan Shi Kyung yang berjalan di belakang mereka.
Hang Ah mengejek kalau tidak ada seorangpun yang akan membeli tubuhnya yang tidak berguna itu. Jae Ha berhenti, “Itu karena aku memakai baju ini, jika tidak otot-ototku akan terlihat, pakaian ini akan sobek. Hang Ah hanya mengintip ke bawah, “Kelihatannya perutmu yang akan meledak.”
Mereka terus berjalan ke sebuah aula dan Jae Ha mendesah kalau Hang Ah akan mengubah nada suaranya jika ia melihatnya sendiri. Hang Ah membantah, “Tentu, jika kau juga membawa Jang Dong Gun.” Jae Ha, “Ia sudah menikah! Dan punya anak.”
Kamera CCTV tidak ada dikamar mandi, maka berdasarkan laporan terakhir, mereka masih menodongkan senjata. Raja mendesah dan meminta ujian ini dihentikan. Tapi tim itu tidak tahu hal ini dan mereka berjalan ke pintu.
Mereka bertemu dengan sinar dan banyak prajurit, senjata di arahkan pada mereka. Jae Ha menatap Hang Ah, ia merasa dikhianati, “Sampai saat terakhir…..”
Hang Ah mulai membantah kalau itu tidak benar, tapi Jae Ha hanya menarik pelatuk tepat dihatinya. Hang Ah terjatuh dalam pelukan Kang Seok. Ia tidak tertembak karena pelurunya kosong. Airmata menetes dipipi Hang Ah.
Jae Ha berputar dan mengangkat pistol ke kepalanya sendiri, Shi Kyung berteriak, “Kau tidak bisa, Yang Mulia!” dan melompat ke depannya.
Akhirnya alarm berbunyi dan dua Jendral datang. (bengawanseoul.com)Pasukan Korut menepi dan Raja masuk. Jae Ha kaget dan gemetar. Jae Kang bertanya, “Apa kau menembaknya? Kau benar-benar menembaknya.”
Hang Ah gemetar, ia memegang jantungnya lagi, dimana peluru itu kemungkinan akan bersarang dan menangis.
Prajurit berbaris dengan memakai seragam saat Raja berpidato pada mereka. Ia berkata kalau ini ujian akhir mereka dan bukan hal yang sulit. Tapi ada tembakan pistol dan dari tangan adiknya sendiri. Ia mengaku kalau ini kesalahannya telah memaksa adiknya ikut dan menyalahkan dirinya.
Jae Kang minta maaf kemudian membungkuk dalam-dalam. Merendahkan dirinya. Semua orang langsung membungkuk, sedangkan Jae Ha berdiri membeku, menahan airmatanya.
Hang Ah duduk dan terdiam, menekankan tangannya ke dadanya.
Jae Kang duduk dengan dingin, sedangkan Jae Ha bertanya kenapa ia mengambil kesalahannya. Jae Kang berkata kalau ia tidak bisa berkata buruk tentang adiknya.
Jae Kang beralasan kalau ini perang, jadi apa yang telah ia lakukan. Dengan tenang, Jae Kang membenarkan, ia adalah pahlawan besar, kemudian meniru tembakan itu. Jae Ha heran kenapa semua orang bingung dengan masalah ini. Tapi dari sudut pandang kakaknya, ia sudah kehilangan kepalanya, tidak berpikir, “seperti binatang.”
Jendral dari kedua belah pihak ditelpon. Raja memberitahu mereka tanpa emosi kalau semuanya sudah selesai. Tim mereka akan dibubarkan. Jae Ha bertanya, apakah semuanya berakhir hanya karena dirinya, “Mereka semua musuh! Selama 60 tahun, mereka adalah musuh, mereka komunis, jangan mempercayai mereka. Siapa yang dulu mengajariku tentang ini?!”
Akhirnya Jae Kang tidak bisa menahan kemarahannya lagi, “Seharusnya kau bisa bertindak lebih baik.” Ia adalah keluarga kerajaan, itu artinya ia harus memberi contoh. Ia tahu kalau Jae Ha masih harus belajar banyak, tapi ia berpikir kalau suatu hari ia akan berbuat lebih.
Jae Ha membela diri kalau ia juga melakukannya dengan mengorbankan dirinya. Tapi kemarahan Jae Kang malah bertambah, “Kau mengarahkan pistol kekepalamu kan? Kenapa saat itu kau tidak menembak kepalamu juga?”
Mata Jae Ha memerah karena tergenang airmata. Ia tertawa kecil untuk menutupi perasaannya yang terluka, “Keluarga Kerajaan? Sebuah contoh? (bengawanseoul.com)Baik, aku akan menunjukkan padamu.” Ia berkata kalau ujian yang sebenarnya adalah lari 60 km, jadi ia akan berlari sendiri dan akan kembali dalam 8 jam untuk merubah keputusannya tadi.
Ia bahkan tidak membiarkan kakaknya berbicara dan mengumumkan kalau ia akan mulai sekarang, “Seseorang perlu bertangungjawab kan? Aku akan melakukannya.” Ia pun langsung pergi.
Tim Korut mendengarnya tentang pernyataan gilanya. Bahkan Kang Seok khawatir tentang Jae Ha. Tapi Hang Ah berkata dengan dingin kalau Jae Ha perlu merasakan luka terkena peluru supaya ia sadar.
Jae Ha berlari dengan kekuatan penuh, diikuti oleh beberapa orang untuk mengukur waktu dan jarak. Tiba-tiba Hang Ah naik motor dan berhenti dijalur Jae Ha. Jae Ha langsung tersenyum ketika melihatnya, tapi ia kemudian menahannya dan memberitahunya dengan kesal untuk pergi dari jalur larinya.
Hang Ah menunjuk desa di sekitar daerah tersebut dan menakut-nakutinya kalau penduduk di sana suka memukul dan menculik orang yang lewat tanpa alasan atau sebab.
Jae Ha ketakutan dan meminta Hang Ah untuk menunjukkan jalan. Jae Ha tersenyum ketika Hang Ah memunggungginya.
Mereka berlari untuk beberapa lama, kemudian Hang Ah bertanya apa Jae Ha berpikir ini akan mengubah keputusan dan berkata kalau 60 km itu bukan lelucon. Jae Ha berpikir, didalam hidupnya ia hanya pernah berlari paling jauh 2 km.
Hang Ah memandangnya dengan khawatir. Jae Ha berkata kalau ini tidak apa-apa, ia adalah Pangeran, jadi berapa jauh mereka akan membiarkannya berlari? Ia yakin kalau mereka akan datang kesini dan menghentikannya. Ia perlu membuat contoh, jadi ia akan berlari dan kemudian kakaknya akan melihat kalau ia serius dan datang untuk menghentikannya.
Sebuah mobil datang,. Jae Ha, “Lihat, mereka datang! Aku pasti genius. Cepat, berpura-puralah kecepekan.”
Seorang petugas keluar dari mobil dan memberitahu mereka tentang tempat tujuan 60 km dan batas waktu mereka. Ia memberikan alat pelacak dan menyuruh pria dibelakang mereka pergi. Sekarang mereka harus berlari sendiri. Jae Ha terlihat kaget, “Aku harus benar-benar melakukannya?”
Mereka berlari lagi dan Jae Ha bertanya apa mereka sudah sampai. Sebuah kendaraan darurat muncul dibelakang mereka dan Jae Ha bergegas berusaha menghentikannya untuk mencari tumpangan, tapi ia kecewa karena melihat sisa timnya disana.
Mereka datang untuk berlari bersama mereka dan Shi Kyung minta maaf karena tidak datang lebih cepat. Hang Ah menyambut mereka, senang karena bisa terhindar dari rengekan Jae Ha. Ia sangat senang bertemu dengan Shi Kyung dan menunjukkannya yang membuat Jae Ha cemberut.
Shi Kyung bertanya apakah Hang Ah baik-baik saja setelah tertembak. Jae Ha berteriak padanya karena mengangkat masalah itu lagi dengan sengaja. Menuduhnya beristirahat kemudian mengumumkan kalau ia akan ikut lari bersamanya di depan Raja agar memperoleh nilai, “Apa kau memberitahunya kalau kau menggendongku juga?”
Shi Kyung tak punya selera humor, ia menundukkan kepalanya meminta maaf atas semua tuduhan konyol Jae Ha. Ia tidak sadar kalau Jae Ha mencoba membuatnya merasa bersalah, “Aku minta maaf. Aku tidak tahu perasaan terdalam Yang Mulia. Aku tidak ingin menjadi beban. Aku akan meninggalkan Yang Mulia supaya bisa melakukannya sendiri.”
Hang Ah tidak bisa menahan tawanya, sedangkan Jae Ha menggertakkan giginya, “Sendiri?” Shi Kyung: “Tapi jangan lupa, kalau kami selalu di belakang Yang Mulia.” Jae Ha memegang kepalanya sambil bergumam, “Stress…”
Sedangkan Jae Kang duduk di kantornya dengan tenang. Ia menolak untuk tidur. Setiap beberapa menit, ia memandang jamnya dengan tegang.
Jae Ha dan Hang Ah berlari kilometer demi kilometer dan sisa tim mereka mengikuti dibelakang dengan truk mereka. Jae Ha mulai berjuang karena kakinya yang terluka dan Hang Ah berhenti.
Ia membuka kotak jarumnya (yang dikira Jae Ha jarum beracun). Jae Ha mulai ketakutan. Hang Ah tidak ingin diganggu rengekannya, jadi ia memukulnya jatuh ketanah supaya ia bisa melihat lukanya yang sekarang berdarah menembus celananya
Hang Ah merobek celananya dan mengeluarkan jarumnya. Jae Ha memberontak, bertanya apa yang akan dilakukannya dan Hang Ah hanya mengabaikannya dan menggunakan jarum itu untuk akupuntur.
Jae Ha terus mengeluh kesakitan dan tiba-tiba ia tersadar kalau Hang Ah sudah menghilangkan rasa sakitnya. Ia memandang Hang Ah dengan diam-diam dan pandangan mereka bertemu. Setelah beberapa saat, Hang Ah bertanya, kenapa Jae Ha memandangnya?
Jae Ha: “Seorang komunis.” Hang Ah tersenyum dan Jae Ha tertawa kecil. Salju mulai turun dan mereka mulai berjalan lagi. Setelah beberapa waktu kakinya yang pincang semakin memburuk. Hang Ah bertanya apa mereka harus meminta tolong, tapi Jae Ha berkata kalau ia akan berhenti itu berarti ia menyerah.
Semuanya menjadi semakin parah dan hingga larut malam. Anggota tim yang ada didalam truk mulai bertanya-tanya apakah ia akan berhasil. Mereka mulai mengklakson mereka supaya mereka berhenti, tapi Jae Ha mengabaikannya. Semua kata-kata Hang Ah tentang ketakutannya, pria macam apa dirinya, terngiang ditelinganya bersama dengan rasa sakit dan kecewaan kakaknya.
Ia mengatupkan giginya sambil menahan rasa sakit dan airmatanya. Akhirnya ia berbalik dan berteriak supaya mereka berhenti mengklakson. Jae Ha terus berlari.
Paginya, Jae Ha hampir tidak bisa berdiri saat ia berjuang untuk menaiki bukit dengan menggunakan tongkat berjalan. (bengawanseoul.com)Dengan keras kepala ia terus berjalan meskipun ia berdarah. Hang Ah ingin membantunya bahkan menggendongnya, tapi Jae Ha menolak. Hang Ah berhenti untuk mengambil air di sungai terdekat.
Tapi saat Hang Ah pergi, Jae Ha tersandung dan terguling sampai ke tepi sungai dan menabrak bebatuan. Hang Ah berlari dan mencoba menolongnya, tapi ia melihat kalau ketetapan hatinya sudah hilang.
Jae Ha berteriak, “Aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa! Aku tidak bisa!” Ia berteriak seperti anak kecil yang mengeluarkan kemarahannya.
Hang Ah hanya berdiri dengan diam. Beberapa saat kemudian, mereka duduk berdampingan di tepi sungai tanpa mengatakan apapun dan Hang Ah mengeluarkan saputangannya dan meletakannya diantara mereka.
Jae Ha memandang Hang Ah. Hang Ah tersenyum padanya. Jae Ha bertanya jam berapa ini dan mendesah ketika tersadar kalau mereka tidak akan berhasil karena sisa waktunya tinggal 20 menit. Ia kemudian bertanya apa dulu Hang Ah takut, ketika ia menembaknya.
Ia berkata kalau ia merasakan tembakan itu juga, tepat didadanya. Hang Ah menatapnya dengan penasaran, kemudian tersenyum.
Ia mendesah dengan gembira dan menjatuhkan diri ke tanah, “Hari ini adalah hari yang menyenangkan.” Ia kemudian menepuk tanah disampingnya, berkata kalau sebaiknya Jae Ha juga berbaring, “Perintah, ujian, pada akhirnya kemana semua hal itu berakhir? Kau harus mengalami hal seperti ini, supaya bisa benar-benar hidup.”
Jae Ha akhirnya berbaring disamping Hang Ah dan mereka memandang langit dan melirik satu sama lain.
Di pangkalan militer, Jendral bertanya apa yang sedang dilakukan Jae Ha dan Hang Ah lakukan disana. Ini sudah 5 menit dan sinyal pelacak masih belum bergerak. Akhirnya ia mendapat laporan dari tim yang lain kalau mereka sedang tidur bersama.
Mereka berbaring disana selama beberapa saat dan Jae Ha pun bangkit. Hang Ah memberitahunya kalau waktu ujian sudah habis, tapi Jae Ha berkata kalau ia adalah anggota keluarga kerajaan dan ia harus meneruskan ujiannya sampai akhir.
Jae Kang belum bergerak satu sentipun sepanjang malam dan akhirnya ia mendapat laporan kalau Jae Ha sudah terlihat. Ia mendesah kemudian meneteskan airmatanya.
Jae Ha dan Hang Ah berjalan pincang di jalanan, sekarang dengan seluruh tim yang berjalan dibelakang mereka. Jae Ha tersandung dan terjatuh. Shi Kyung berlari untuk membantunya berdiri, tapi Jae Ha menolak bantuannya, bertanya apakah ia menertawakannya karena gagal ujian.
Tapi Shi Kyung berkata kalau ujian belum selesai. Jae Ha bingung dan memandang Hang Ah. Hang Ah mengaku , ketika ia berkata kalau waktunya tinggal 20 menit, sebenarnya waktunya masih 40 menit. Tapi ia berpikir kalau lebih baik ia menyerah dan beristirahat.
Jae Ha berpura-pura marah dan memanggil Hang Ah komunis lagi. Tapi dalam hati Jae Ha benar-benar tersentuh. Hang Ah mengulurkan tangannya dan kali ini Jae Ha memegangnya dan membiarkan Hang Ah membantunya berdiri.
Mereka berjalan bersama sampai ke garis finis dan para prajurit yang menunggu mereka bertepuk tangan.
Jae Ha melingkarkan tangannya di pundak Hang Ah dan mereka tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar