-- King 2 Hearts Episode 13 --
Bong-gu membuka kotak hadiah pemberian Jae-ha. Isinya? Sebuah USB. USB kerajaan seperti yang pernah diberikan Jae-ha pada Hang-ah. Bong-gu sempat kecewa. Hm…emang dia ngarepin apa ya? Jari manusia?
Ia menertawakan cara Jae-ha yang tidak orisinil karena membalasnya dengan menggunakan cara yang sama. Yaitu kiriman video. Ia melemparkan kembali USB itu ke dalam kotak lalu pergi.
Tapi Bong-gu penasaran juga dengan isi dari USB itu. Ia mem asang USB itu dan menontonnya. Jae-ha muncul di layar. Tersenyum dan berkata Bong-gu telah membuka kotak itu dan tidak menuruti nasihatnya (dalam surat pengantar hadiah itu Jae-ha meminta Bong-gu tidak membukanya).
“Baiklah, aku akan berbesar hati dan memberimu satu kesempatan lagi. Matikan televisinya sekarang juga. Kau akan sangat menyesal jika kau tidak mematikannya dalam hitungan ke-10. 1….2….” kata Jae-ha dengan tenang.
Bong-gu berpikir Jae-ha sedang mempermainkannya. Memangnya akan ada film dewasa? Bukannya mematikan televisi, Bong-gu malah mengambil remote dan memutar video itu lebih cepat.
“…8…9…10… Jadi kau akan terus menonton? Baiklah,” Jae-ha menjentikkan jarinya.
Muncul Dara di layar televisi. Jae-ha diam-diam telah merekam kebersamaannya dengan Dara di klub Jepang itu. Mereka minum-minum dan tertawa. Jae-ha Menoleh pada kamera yang terpasang di botol minuman. Seakan meledek Bong-gu. Jae-ha hendak pulang tapi Dara berkata baru jam 2 pagi. Kamera lainnya diarahkan oleh seorang pegawai klub agar lebih menyorot Dara.
“Kau bilang kau memiliki seorang kekasih,” kata Jae-ha. “Apakah ia tidak sedang menunggumu d kamar?”
“Aku ke sini sendirian,” jawab Dara, “Apa maksudmu kekasih?Dia bukan kekasihku. Aku hanya bermain-main untuk bersenang-senang. Dia tidak punya pesona. Tidak humoris. Dan setiap malam ia menunjukkan trik sulapnya padaku. Sangat kekanakkan. Aku memberinya pandangan tak suka agar ia menghentikannya tapi ia tidak mengerti. Dia selalu berubah-ubah dan mempunyai masalah kepercayaan diri yang ekstrim. Tapi…dia masih saja menyebut dirinya “Sang Raja”,” Dara tertawa.
“Raja?” tanya Jae-ha.
Dara membenarkan sambil terus menertawakan Bong-gu. Jae-ha melirik pada kamera dan tersenyum meledek.
Dara berkata ia bersama Bong-gu karena uang. Begitulah dunia ini, berputar karena uang. Tapi ia tetap saja tidak bisa menghilangkan rasa jijiknya. Apakah uang bisa membeli harga diri dan kecerdasan? Tentu saja tidak bisa. Maksud Dara, walau Bong-gu memiliki banyak uang tapi tidak bisa menutupi kekurangan diri Bong-gu yang sebenarnya.
Bong-gu terkejut dan marah melihat kekasihnya menertawakan dan menjelek-jelekkannya pada Jae-ha.
Tepat saat itu Dara masuk ke ruang tempat Bong-gu sedang menonton video kiriman Jae-ha. Ia bertanya mengapa Bong-gu belum juga tidur. Tanpa berkata-kata Bong-gu mengambil senjata di bawah sofa dan langsung menembak mati Dara.
“Mari kita bersenang-senang,’ terdengar suara Dara dari televisi. “Lebih baik kita membicarakan hal-hal yang lebih menarik. Aku tahu tempat yang lebih baik.” Dara merayu Jae-ha.
Bong-gu mendekati Dara yang terkapar di lantai dan menembaknya lagi berkali–kali. Psycho >,<
“Tidak mungkin kau sudah membunuhnya, bukan?” tanya Jae-ha dari televisi. “Kau sudah lama tahu bagaimana perasaannya padamu. Begitulah manusia. Mereka menipu, ditipu, dan membiarkan diri ditipu. Aku juga pernah seperti itu….dengan Hang-ah. Hingga aku menembaknya…untungnya dengan peluru kosong. Kakak yang menolongku, dan juga Hang-ah yang percaya padaku. Dan aku bisa kembali hidup. Jadi aku harap kau juga bisa memaafkannya kali ini. Bila tidak, kau akan sangat kesepian. Aku bisa memulai kembali karena dukungan orang-orang yang percaya padaku. Tapi kau tidak memilikinya. Tidak satu orangpun. Jika kau melewati batas dan membunuhnya, kau akan habis. Tidak ada harapan. Itulah yang terpenting saat kau hidup. Orang. Jadi senjata dan harapanku adalah….orang-orang itu. Orang-orang yang percaya padaku. Walaupun mereka kujauhi, mereka tetap mendukungku. Sekalipun aku menembaknya, ia tetap mencintaiku.”
Sekretaris Bong-gu dan beberapa orang masuk karena mendengar suara tembakan, dan menemukan Dara mati bersimbah darah. Sekretaris Bong-gu terkejut dan memerintahkan orang-orang itu untuk mengeluarkan mayat Dara. Bong-gu memberi isyarat agar Sekretarisnya tidak mengatakan apapun.
“Jadi Kim Bong-gu-sshi. Cobalah menginjakku lagi dan aku hanya akan menjadi lebih kuat. Mengapa? Karena aku akan melindungi orang-orang yang percaya padaku. Saat aku menjadi lebih kuat…”
DOOORR!! Bong-gu menebak televisinya. Sekretarisnya berkata sepertinya Jae-ha akan membuat sebuah pengumuman.
Jae-ha berada di acara konser untuk menghormati Jae-kang. Jae-ha melihat rangkaian foto-foto kenangan Jae-kang, lalu ia berbalik dan mulai berbicara:
“Raja sebelumnya, kakakku, memiliki impian dalam hidupnya. Partisipasi tim gabungan Korea Utara dan Selatan dalam WOC, juga pernikahanku dengan Kim Hang-ah. Untuk mewujudkan impiannya, aku akan mengikuti WOC yang akan dilaksanakan satu bulan dari sekarang. Anggota tim akan tetap sama. Tentu saja aku akan ikut serta.”
Seluruh isi gedung itu terkejut dan berkasak-kusuk membicarakannya. Bahkan Dong-ha pun kebingungan. Shi-kyeong tersenyum.
“Aku berlatih 5 bulan lalu bersama para perwira dari Utara dan kami menerima evaluasi yang baik. Belum lama ini dalam keadaan darurat, tim gabungan Utara dan Selatan telah membuktikan memiliki semangat persatuan yang kuat. Kami pasti akan lulus hingga ronde kedua. Jika kami gagal sebelum ronde kedua, maka pertunangan dengan Utara akan dibatalkan.”
Bong-gu tegang dan marah melihat Jae-ha terang-terangan menantangnya.
“Seperti yang kalian tahu, aku mencintai Kim Hang-ah. Tapi sebagai seorang Raja yang bertunangan dengan seorang dari Utara, itu dianggap hal yang tidak patut. Aku mengerti kekhawatiran rakyat. Jadi kami akan menunjukkan pada kalian. Kami akan membuktikan bahwa kami saling mempercayai melalui WOC. Aku juga akan menunjukkan seberapa besar pengaruh kerjasama Utara dan Selatan jika kami bergabung. Dengan demikian impian raja terdahulu akan terwujud dan pertunanganku akan disetujui rakyat dengan tulus. Selanjutnya aku mengundang pemimpin tim Korea Utara, wanita yang kucintai dan tunanganku, Nona Kim Hang-ah.”
Bong-gu memerintahkan agar semua penasihatnya dipanggil.
Hang-ah menaiki panggung. Ia telah berganti pakaian dengan seragam perwira Korea Utara. Jae-ha mengulurkan tangannya. Hang-ah menyambut uluran tangan Jae-ha dan tersenyum. Seisi ruangan bertepuk tangan.
Tapi tentu saja hal itu mendapat pertentangan, terutama dari Perdana Menteri. Bagaimana bisa Raja sendiri ikut berkompetisi. Kompetisi itu tidak ada bedanya dengan perang skala kecil. Jae-ha tertawa menenangkan.
“Banyak Raja yang pernah berperang. Aleksander Agung dan Genghis Khan berperang. Raja Ganggwaeto dan Raja Jangsu juga.”
“Semua itu kan di masa lalu.”
“Kennedy juga melakukannya. Apa Perdana Menteri tidak tahu kalau ia sendiri yang memimpin perang?”
“Itu kan keadaan darurat!”
Jae-ha berkata sekarang juga demikian. Ia tidak pergi untuk bermain-main. Ia sedang berdiplomatik. Posisi Korea cukup penting di Asia Timur. Amerika, Cina, Jepang, dan Rusia sedang mengawasi situasi antara Korea Utara dan Selatan. Itulah sebabnya ia berpatisipasi untuk menunjukkan kekuatan. Untuk membungkam negara-negara yang ingin ikut campur dalam hubungan Utara dan Selatan.
Perdana Menteri tak bisa berkata-apa-apa lagi hingga ia meminta Sekretaris Eun ikut membujuk Jae-ha. Tapi Sekretaris Eun diam saja (karena sebelumnya Jae-ha sudah memberitahu rencananya dan Sekretaris Eun tampaknya menyetujuinya).
‘Apa yang akan Yang Mulia lakukan jika Yang Mulia terluka?” tanya Perdana Menteri.
“Aku tidak akan terluka, tidak ada senjata mematikan di sana. Dan lagi, para peserta dari negara lain pasti akan berhati-hati. Ada Raja di sana, apa yang akan terjadi jika ia terluka? Akan menjadi masalah besar jika ia terluka. Jika saat seperti itu tiba, Perdana Menteri harus ikut bekerja sama denganku dan membesar-besarkannya,” Jae-ha mengedipkan matanya pada Perdana Menteri. Haha..ampuun deh^^
Sekretaris Eun bertanya bagaimana jika Jae-ha kalah. Perdana Menteri merasa mendapat angin. Iaberkata jika Jae-ha kalah pada ronde pertama maka mereka akan menjadi bahan olok-olok dunia. Bukan hanya Jae-ha tapi seluruh negara akan ditertawakan.
Walau terlihat sempat tidak yakin, Jae-ha berkata mereka pasti bisa melewati ronde pertama. Ia telah membuat analisa strategi perang yang efektif. Ia menunjukkannya pada Perdana Menteri.
“Ah, tapi Perdana Menteri tidak akan mengerti. Perdana Menteri kan tidak pernah ikut wamil.”
Doeng, Perdana Menteri langung diam. Jae-ha bertanya bagaimana dengan tekanan darah Perdana Menteri (sepertinya penyakit ini yang menjadi alasan Perdana Menteri tidak ikut wamil).
“Kau harus berhenti merokok dan minum-minum. Kau juga tidak pernah berolahraga kan?” tanya Jae-ha pura-pura prihatin.
“Aku mengidap penyakit orang kaya,” kata Perdana Menteri malu. “Biasanya tekanan darahku normal tapi setiap kali diukur, tekanan darahku selalu naik.”
Jae-ha pura-pura khawatir dan meminta Perdana Menteri memeriksakan diri pada dokter istana. Perdana Menteri sangat senang hingga ia meminta Jae-ha menjaga diri baik-baik saat kompetisi. Ia akan mengurus semuanya saat Jae-ha tidak ada.
“Kau tidak perlu melakukannya. Ada 273 orang dalam daftar ahli waris yang berhak mewarisi tahta. Jadi jangan khawatir. Aku sudah mengaturnya. Penggantiku adalah Puteri Lee Jae-shin.”
Sang Puteri sedang asyik berselancar di lorong-lorong istana dengan kursi rodanya. Bukan karena ia suka melakukannya tapi karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tak sengaja menyenggol seorang pelayan hingga terjatuh. Ia berbalik mendekati pelayan itu dan dengan dingin berkata kalau ia belum mahir mengunakan kursi rodanya, jadi apakah pelayan itu masih mengharapkan permintaan maaf dari seorang yang cacat seperti dirinya? Pelayan itu cepat-cepat menggeleng. Itulah Jae-shin yang sekarang. Dulu ia ceria, hangat, ramah, menyenangkan. Sekarang ia menjadi pribadi yang muram, sensitif, dingin, dan sinis.
Jae-shin membelokkan rodanya hingga ia berada di puncak tangga melingkar yang cukup tinggi. Matanya berkaca-kaca. Ia mengetatkan pegangannya dan menggerakkan rodanya mendekati ujung tangga. Burung beonya yang selama ini bertengger di rodanya berkicau riuh. Seakan mengerti apa yang hendak dilakukan Jae-shin. Jae-shin berhenti. Tepat di ujung tangga.
Hang-ah berusaha membujuk Jae-shin untuk menggantikan Jae-ha selama sebulan, selama WOC berlangsung. Jae-shin tidak mau melakukannya. Bagaimana bisa? Ia bahkan tidak mau pergi ke luar istana. Ia tidak mau tampil di depan publik. Ibunda Raja menawarkan diri ia saja yang melakukannya.
Hang-ah berusaha menjelaskan, menurut garis keturunan, Jae-shin adalah pewaris tahta berikutnya. Jika Jae-shin tidak hadir saat Jae-ha tidak ada di Korea. Semua pihak akan menekan keluarga kerajaan.
“Kalau begtu mengapa kalian ikut WOC? Kau telah menyelamatkan kakak dan popularitasmu meningkat. Jadi kau ingin meneruskan jadi pahlawan? Cukup tinggal di sini dan bertunangan. Mengapa harus melakukan hal seperti ini?” tanya Jae-shin kesal.
“Memangnya aku melakukannya untuk diriku sendiri?!” bentak Hang-ah. Jae-shin dan ibunda Raja bengong. Hang-ah bertanya bisakah Ibunda Raja keluar sebentar, ia akan bicara dengan lembut pada Jae-shin berdua sebentar saja. Jae-shin cepat-cepat protes. Ia bercerita pada ibunya kalau Hang-ah pernah melempar (ke bak mandi) dan memukulnya.
“Melempar? Kapan aku melakukannya? Aku hanya memandikanmu dan tidak melakukan yang lainnya,” protes Hang-ah.
Ibunda Raja mengambil jalan tengah. Ia meminta Hang-ah membujuk Jae-shin lain kali saja karena mood Jae-shin sedang tidak baik.
Hang-ah tak putus asa. Berikutnya ia menunggu di luar saat Jae-shin hendak pergi ke rumah sakit. Ia berkata ia akan menemani Jae-shin ke rumah sakit. Ia melihat kaki Jae-shin dan berkata Jae-shin harus mengganti sepatunya. Jae-shin tidak boleh mengenakan sesuatu yang membuat kakinya menderita.
Hang-ah membungkuk dan mengganti sepatu berhak tinggi Jae-shin dengan sepatu kets. Jae-shin menggerutu kesal. Apa bedanya, kakinya sudah seperti itu (tidak merasakan apa-apa lagi). Hsng-ah memandang Jae-shin dengan lembut. Ia berkata ia sudah tahu kejadian yang menimpa Jae-shin saat terakhir kali pergi ke rumah sakit. Ia sudah mendengarnya dari Shi-kyeong. Karena itu kali ini ia kan menemani Jae-shin. Bukankah Jae-shin sudah tahu kehebatannya?
Jae-shin masih mengomel tapi ia tersentuh juga dengan perhatian Hang-ah. Dan merasa lega karena ada yang menemani.
Giliran Jae-ha yang membujuk ibunya. Ibunya tidak setuju Jae-shin menggantikan Jae-ha untuk sementara. Jae-ha berkata sebagai pewaris tahta, Jae-shin harus melakukannya. Dengan demikian tidak ada orang yang bisa mencampuri keluarga kerajaan selama ia tidak ada.
Jae-ha tidak ingin ibunya terus melindungi Jae-shin. Ibunya berkata ia bukannya melindungi Jae-shin. Hanya saja saat ini kondiri Jae-shin sangat tidak baik. Setiap malam ia bisa mendengar bunyi ketukan dari kamar Jae-shin. Saat ia memeriksanya, temyata Jae-shin sedang memukul-mukulkan kepalanya ke dinding dan bertanya mengapa dia bisa menjadi seperti ini. Dia sangat ketakutan. Selalu mendengar lagu aneh di telinganya. Dan bermimpi dikejar-kejar. Dia ketakutan saat tidur dan saat bangun.
“Hal ini tidak bisa berlanjut. Ia harus bisa mendapatkan ingatannya,” kata Jae-ha.
“Ia tidak bisa mengurus dirinya sendiri, mengapa kau begitu memaksa untuk ia mengingatnya? Dan bagaimana bisa kau memberikan kedudukanmu padanya? Dia tidak bisa berjalan lagi dan kau malah menyuruhnya berlari. Apa itu masuk akal?”
Jae-ha berkata Hang-ah sedang mengajar Jae-shin sekarang. Bukankah mereka pergi ke rumah sakit, tanya Ibunda Raja. Jae-ha memandang ibunya.”Jae-shin bisa berlari.”
Hang-ah melihat Jae-shin yang tertidur di sisinya. Mereka sedang dalam perjalanan. Hang-ah bertanya pada kepala pelayan apakah Jae-shin memang selalu meminum obat untuk menstabilkan emosinya. Kepala Pelayan berkata obat itu membuat Jae-shin merasa lebih baik hingga mereka selalu membawanya. Hang-ah merasa sedih. Ia bergeser dan meletakkan kepala Jae-shin di pundaknya dengan lembut.
“Ia begitu lemah, apa yang bisa ia lakukan?” katanya sambil membelai kepala Jae-shin.
Jae-ha berkata semua orang mengira Jae-shin telah menjadi gila dan menuduh keluarga kerajaan berbohong dengan mengatakan Jae-shin lumpuh. Jika Jae-shin terus menyembunyikan diri maka semua orang akan berpikir ia gila. Ibunda Raja menahan tangisnya.
“Dia mengunci diri di ruang bawah tanah dan berteriak-teriak histeris. Mengunyah pakaiannya sendiri dan memakan benda-benda kotor,” Jae-ha menyebutkan apa saja yang dikatakan orang mengenai Jae-shin.
“Hentikan!” Ibunda Raja tak tahan lagi.
“Dia meludah dan buang air di sembarang tempat,” Jae-ha meneruskan.
Ibunda Raja menangis dan bertanya mengapa Jae-ha tega mengatakan hal seperti itu tentang adiknya sendiri. Jae-ha berkata justru karena ia tidak mau orang-orang mengatakan hal seperti itu tentang Jae-shin.
“Sebelumnya Jae-shin kita begitu pintar, kuat, suka menyanyi di depan semua orang,” ratap Ibunda Raja.
“Itulah sebabnya Ibu harus mendorongnya maju. Kita harus mendukungnya agar ia kembali seperti dulu,” kata Jae-ha tegas.
Ia mendekati ibunya yang terus menangis. Ia bertanya apakah mereka bisa melepaskan orang yang membunuh kakaknya dan membuat Jae-shin seperti itu pergi begitu saja. Ia menggenggam tangan ibunya kuat-kuat.
Bong-gu mengadakan rapat dengan para penasihatnya. Ia memperlihatkan kotak hadiah dari Jae-ha. Bong-gu mengatakan Jae-ha memberitahunya bahwa tidak ada orang berbakat di samping Bong-gu. Bong-gu berkata hal itu benar adanya dan itu semua kesalahannya. Karena itu mulai sekarang ia akan menjadi simbol perdamaian. Klub M akan berkomitmen mendukung perdamaian dan kemakmuran di masa yang akan datang. Hm..ini sih seperti tukang jual rokok mengkampanyekan gerakan anti merokok.
“Sebagai langkah pertama, aku sendiri akan menghadiri forum perdamaian peninsula di Jeju bagian selatan,” ujar Bong-gu.
Ia berkata selama ini Klub M bekerja di belakang melalui para pejabat yang bekerjasama dengan mereka. Dan ia dianggap si malas yang takmelakukan apa-apa. Karena itu ia akan meneladani Jae-ha. Jika Jae-ha ingin mendamaikan Utara-Selatan, ia akan mendamaikan peninsula Korea.
Peace, Korea. Bong-gu membuka kotak hadiah Jae-ha dan terbanglah 3 ekor burung merpati dari kotak itu. Entah Bong-gu itu ngerti apa ngga ya kata “damai”?
Jae-shin dibawa oleh Hang-ah ke Anmyeondo, rumah peristirahatan tempat Jae-kang meninggal. Ia mulai mendengar musik aneh itu lagi dan kilasan-kilasan ingatan saat ia diculik berkelebat di pikirannya. Jae-shin terengah-engah dan sangat ketakutan. Ia berpegangan erat pada kursi rodanya.
Hang-ah mendekatinya dan menceritakan tentang Bong-gu padanya. Demikian juga Jae-ha yang sedang berbicara dengan ibunya di istana:
Hang-ah: Nama asli John Mayer dari Klub M adalah Kim Bong-gu. Ia pernah menemui raja sebelumnya.
Jae-ha: Dia bilang ia sangat sedih dan bahkan makan bersama denganku. Aku mendengarnya sendiri. Ia bilang ia membunuh kakak. Karena telah memudahkan terjalinnya hubungan Utara dan Selatan. Dia orang yang sangat berkuasa. Aku telah menyelidikinya dan kekuasaannya sangat menakutkan. Tidak ada yang ia takuti.
Jae-ha berkata kakaknya adalah seorang Raja (yang juga berkuasa) tapi Bong-gu dengan mudahnya membunuh kakaknya dan melukai Jae-shin. Ibunda Raja berusaha mencerna perkataan Jae-ha.
Jae-ha berkata pada ibunya, ia juga ingin menjadi kuat agar bisa menghadapi Bong-gu. Untuk itu, Ibunya dan Jae-shin juga….
“Jangan. Jangan hiraukan dia dan hindari dia. Jae-ha, mari kita hindari orang itu,” Ibunda Raja memohon.
“Ibu…,” protes Jae-ha.
Ibunda Raja berkata sudah cukup ia kehilangan Jae-kang. Sebelum Jae-kang menjadi kakak Jae-ha, ia terlebih dahulu menjadi anaknya. Ia memutuskan untuk memaafkan semuanya dan menguburnya dalam hati. Ia akan menutup sebelah mata dan berpura-pura tidak terjadi apapun. Jae-ha menangis melihat ibunya seperti itu. Ia memeluk ibunya
“Jae-ha, selamatkan Ibu. kau tidak boleh… Jae-ha-yaa…” Ibunda Raja menangis memeluk Jae-ha erat-erat. “Ibu tidak bisa kehilangan kau juga. Jae-ha, anakku…kau tidak boleh…tidak, tidak boleh.”
Hang-ah berkata pada Jae-shin kalau Bong-gu sangat membenci persatuan Utara dan Selatan melalui WOC. Karena itu jika mereka memutuskan ikut WOC, bukankah itu berarti Bong-gu akan terus membuat masalah dengan keluarga kerajaan? Dan untuk itu mereka membutuhkan Jae-shin.
Hang-ah berlutut di hadapan Jae-shin. Ia berkata yang lebih penting lagi adalah ingatan Jae-shin. Jika mereka ingin menghentikan Bong-gu, mereka harus memiliki senjata. Untuk saat ini, hanya ingatan Jae-shin tentang peristiwa itu yang menjadi satu-satunya senjata mereka.
“Kumohon, Puteri harus mengingatnya,” kata Hang-ah. Agar bisa digunakan sebagai bukti. Jae-shin merenungkan perkataan Hang-ah.
Malamnya Jae-ha dan Hang-ah membicarakannya. Hang-ah membicarakan Jae-shin yang begitu berubah setelah kejadian itu. Sayangnya mereka tidak tahu apa yang terjadi pada hari kematian Jae-kang. Tiba-tiba Hang-ah menyadari sesuatu.
“Darimana Kim Bong-gu mengetahui tempat itu?” tanyanya pada Jae-ha. Jae-ha berkata tingkat kerahasiaan informasi itu cukup tinggi, hanya beberapa orang saja yang tahu.
“Siapa saja yang tahu mengenai tempat itu?” tanya Hang-ah.
“Keluarga kami, Kepala Sekretaris Eun, Eun Shi-kyeong, tim pengamanan dan beberapa orang pengawal.”
“Kepala Sekretaris itu….kau bisa mempercayainya, bukan?” tanya Hang-ah.
“Hei, bahkan jika kau ingin mencurigai yang lainnya, kau tetap tak bisa mencurigai Kepala Sekretaris. Ia telah berada di istana ini selama 30 tahun, bahkan sejak sebelum aku dilahirkan,” kata Jae-ha.
Hang-ah menceritakan pada Jae-ha kalau Sekretaris Eun pernah mengatakan hal yang aneh padanya. Waktu itu Sekretaris Eun berkata bahwa Jae-ha lah yang menginginkan Hang-ah menjalani sidang rakyat tapi setelahnya ia mengaku telah membohongi Hang-ah. Jae-ha jadi teringat waku itu Sekretaris Eun berkata kalau Hang-ah yang ingin menjalani sidang rakyat. Ia baru tahu kalau Sekretaris Eun waktu itu membohonginya.
Keesokan harinya Sekretaris Eun melaporkan kalau PBB telah menyetujui tim gabungan Korea Utara dan Selatan berpartisipasi dalam WOC walau beberapa negara lain mengkhawatirkan keamanan dalam kompetisi itu.
“Paman, kau tidak akan membohongiku, bukan?” tanya Jae-ha tiba-tiba.
“Ya,” jawab Sekretaris Eun tanpa ragu.
Jae-ha mengangguk. Ia berjalan ke mejanya dan mengeluh bagian kebersihan lupa membersihkan mouse-nya yang ternoda kopi. Padahal ia sudah meminta noda itu dibersihkan.
Ia berkata mungkin saja usia dan kebanggaan akan pekerjaan itu berpengaruh. Seperti juga dengan Sekretaris Eun. Sekretaris Eun tampak bingung. Jae-ha mengingatkan kalau Sekretaris Eun juga lupa memeriksa keamaanan cerobong asap di rumah peristirahatan tempat kakaknya meninggal. Sekretaris Eun terkejut tapi ia lalu mengangguk. Jae-ha bertanya apakah kecerobohan itu karena Sekretaris Eun lupa. Sekretaris Eun hanya menunduk. Jae-ha tersenyum dan mengalihkan pembicaraan. Ia memperbolehkan Sekretaris Eun pergi. Tapi tampaknya Jae-ha mulai curiga.
Jae-shin memikirkan perkataan Hang-ah. Lalu ia teringat Bon Bon yang mengerikan dan kakaknya Jae-kang yang telah tiada. Tampaknya ia sudah mengambil keputusan.
Shi-kyeong sedang mendengar perbincangan para pengawal istana. Dong-ha sedang menceritakan tentang Kang-seok, yang dijuluki Terminator tapi ternyata penggemar Tifanny SNSD.
Para pengawal itu berkata semua orang di kamp militer memang selalu menganggap SNSD itu bagaikan para dewi. Asalkan mereka muncul di TV, semangat tempur para prajurit langsung meningkat. LOL^^
Dong-ha berkata Kang-seok itu sebenarnya tidak terlalu kuat. Ia memanggul peluncur roket hanya untuk pamer, untuk menutupi kerutan di wajahnya. Shi-kyeong tersenyum. Ia bertanya pakah Dong-ha waktu itu lari saat perang salju karena taku dengan kerutan di wajah Kang-seok.
Para pengwal itu tertawa. Dong-ha membela diri. Ia hanya bersikap sopan pada yang lebih tua. Saat mereka sedang bercanda tiba-tiba Jae-shin masuk dengan kursi rodanya. Diikuti para pelayan yang mengkhawatirkannya.
Para pengawal itu serta merta bangkit berdiri. Melihat para pengawal itu berdiri terpaku, Jae-shin bertanya mengapa mereka diam saja, apakah mereka sedang menunggu ia berdiri dan menari untuk mereka. Semua langsung memberi hormat dan ambil langkah seribu. Kecuali Shi-kyeong. Ia berdiri menunduk.
“Aku akan melakukannya. Aku akan menggantikan kakak. Aku akan menduduki tahta selama sebulan. Tapi ada satu syarat.”
Jae-shin menggenggam roknya erat-erat. “Aku membutuhkanmu.”
“Aku harus mengikuti WOC.”
“Kau bisa digantikan orang lain untuk WOC. Banyak kapten lain yang lebih berkemampuan darimu yang bisa pergi. Orang lain bisa mengantikanmu di sana.”
“Tapi aku yang sudah berlatih bersama mereka.”
“Apakah aku harus berlutut dan memohon? Bantu aku. Seperti itukah? Jika kau melakukannya apakah kau akan membantuku?”
Jae-shin berkata banyak rumor di luar sana yang mengatakan kalau kedua kakinya cacat dan ia jadi gila. Tapi ia tetap saja seorang Puteri. Tapi mengapa ia harus merendahkan dirinya pada Shi-kyeong. Ia menganggap Shi-kyeong menyebalkan dan membosankan. Ia bahkan tak ingin melihat Shi-kyeong.
“Tapi tidak lagi. Jika Oppa dan Eonni harus pergi ke WOC, tidak ada lagi orang tempat kubergantung. Walau sangat memalukan aku harus mengatakannya padamu. Tinggallah di sini. Aku mohon,” kata Jae-shin menahan tangisnya.
Shi-kyeong akhirnya berkata ia akan membicarakannya dengan Jae-ha.
“Tapi….aku belum bisa mengingatnya,” kata Jae-shin sedih. “Bukannya aku sengaja tidak mengingatnya dan menyembunyikan diriku. Aku hanya tak bisa mengingatnya walau aku sudah berusaha keras.”
“Aku tahu. Waktu itu aku…. Aku minta maaf, Puteri,” kata Shi-kyeong menyesal.
Jae-shin memalingkan wajahnya dan menangis.
[Sinopsis Bagian 1]
Shi-kyeong menyampaikan permintaan Jae-shin pada Jae-ha. Lucunya Jae-ha bukannya bingung karena Shi-kyeong tidak jadi ikut WOC tapi karena Jae-shin sendiri yang meminta Shi-kyeong untuk tinggal.
“Dia sendiri yang mengatakan padamu kalau ia akan naik tahta?”
“Benar. Karena itu aku harus absen dalam WOC.”
“Apa rahasiamu? Dari Kim Hang-ah hingga Ja-eshin, cara apa yang kaugunakan untuk memikat mereka? Jangan bilang kalau kau “royal killer” alami,” ledek Jae-ha.
Shi-kyeong dengan serius membantahnya. Ia tidak pernah memikat mereka. Jae-ha berkata selera wanita memang unik. Jika berhasil, Shi-kyeong bisa menjadi menantu kerajaan.
Jae-ha pura-pura mengeluh mengapa harus Shi-kyeong. Padahal ia berangan-angan memiliki adik ipar yang humoris, mudah diajak bicara, bisa main golf dan bersenang-senang dengannya. Seseorang yang bisa diajak berteman.
Dasar Shi-kyeong. Ia serius menerima perkataan Jae-ha. Ia berkata dengan nada kesal kalau ia juga tidak bermaksud seperti itu. Puteri bukan tipe wanita yang ia sukai jadi Jae-ha tak perlu khawatir.
“Baiklah,” kata Jae-ha bingung,” Jika kau tidak mau ya sudah. Tapi mengapa kau tidak bisa bercanda sedikitpun? Dan lagi tipemu seperti apa? Dengan standar Jae-shin….” (lho kok malah promosi^^)
“Jika tidak ada lagi yang hendak dikatakan Yang Mulia, aku permisi dulu,” Shi-kyeong memberi hormat dan buru-buru pergi.
Jae-ha berkata ia belum selesai bicara, mengapa Shi-kyeong pergi begitu saja. Ia meminta Shi-kyeong mencari pengganti untuk WOC. Lalu ia memberi isyarat agar Shi-kyeong mendekat.
Jae-ha berkata informasi mengenai tempat liburan kakaknya hanya diketahui beberapa orang. Ia mencurigai adanya kebocoran. Karena itu ia meminta Shi-kyeong menyelidikinya.
“Maksud Yang Mulia, ada pengkhianat di antara kita?”
“Tim pengamanan, pengawal, kapten unit di mana kau bertugas, dan Kepala Sekretaris,“ Jae-ha terdiam sejenak. Shi-kyeong kaget juga ayahnya ikut diselidiki. Jae-ha meminta Shi-kyeong menyelidiki semuanya, kecuali anggota keluarga kerajaan.
Sekretaris Eun memberitahu Jae-shin jadwal kegiatan yang harus diikutinya. Tapi Jae-shin menolak semuanya. Ia hanya akan melakukan berberapa upacara keluarga, itu pun tidak boleh ada reporter di sana. Tapi Sekretaris Eun berkata ada satu acara yang tidak boleh tidak harus Jae-shin hadiri. Yaitu forum perdamaian peninsula di Jeju.
Acara itu diselenggarakan keluarga kerajaan, bagaimana bisa tuan rumah tidak hadir untuk menyambut para undangan. Jae-shin diam tak bisa mengelak lagi.
Sekretaris Eun kembali ke ruangannya. Ia mendapat daftar nama peserta forum perdamaian di Jeju. Ia terkejut saat melihat salah satu pesertanya adalah John Mayer. Asistennya berkata bukankah baik jika John Mayer hadir. Media luar negeri berspekulasi bahwa John akhirnya akan menampilkan jati dirinya (selama ini di belakang layar).
Sekretaris Eun menelepon Klub M. Tapi ia langsung menutup teleponnya saat melihat pintu ruangannya dibuka. Shi-kyeong masuk. Ia hendak menanyakan sesuatu tentang Anmyeondo pada ayahnya. Ada laporan tak konsisten mengenai keamanan tempat itu.
Sekretaris Eun terkejut, mengapa Shi-kyeong menanyakan tentang hal itu. Shi-kyeong berkata laporan awal mengatakan kalau perapian telah diperiksa keamanannya tapi laporan terbaru mengatakan kalau perapian itu tidak diperiksa.
“Aku tanya mengapa kau menyelidiki hal ini?’ tanya Sekretaris Eun marah. Shi-kyeong terdiam melihat sikap ayahnya. Ia berkata ia diperintahkan oleh Jae-ha. Ia juga mengatakan kalau Jae-ha mencurigai adanya pengkhianat di istana.
Sekretaris Eun bertanya siapa saja yang akan diselidiki. Shi-kyoeng menjawab, semua orang kecuali anggota keluarga kerajaan. Sekretaris Eun teringat pada perkataan Jae-ha: “Paman tidak akan membohongiku, kan?”
Melihat ayahnya kesal, Shi-kyeong berkata walau Jae-ha memerintahkan semua orang diselidiki, tapi Sekretaris Eun tidak akan termasuk orang yang dicurigai karena ayahnya adalah orang kepercayaan Jae-ha. Tepat saat itu, Jae-ha menelepon Sekretaris Eun.
Sekretaris Eun menemui Jae-ha. Jae-ha memperlihatkan seragam WOC yang akan dipakainya, berikut pita kuning di lengan seragam itu yang menunjukkan kalau ia menjadi pemimpin tim. Walau ia hanya berpangkat letnan dua tapi ia adalah Raja jadi ia komandan tertinggi militer.
Sekretaris Eun tidak terkesan. Ia melaporkan kalau John Mayer akan hadir dalam forum perdamaian di Jeju. Jae-ha terdiam. Ia tahu Bong-gu tidak akan diam begitu saja. Sekretaris Eun berkata John Mayer juga akan hadir dalam acara makan malam yang akan dihadiri Puteri. Apakah Jae-ha tetap akan pergi begitu saja?
Jae-ha terlihat khawatir. Tapi ia meyakinkan dirinya kalau itu adalah acara resmi. Dengan adanya begitu banyak orang, Bong-gu tidak akan berani membuat keributan.
Sekretaris Eun masih khawatir. Tapi Jae-ha berkata Sekretaris Eun akan ada di sana. Ia mengandalkan Sekretaris Eun untuk menjaga Jae-shin.
“Aku percaya padamu, Paman,” kata Jae-ha sambil tersenyum. Sekretaris Eun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Malamnya, Jae-ha mengajak Hang-ah berkencan di halaman istana. Saat Hang-ah datang, Jae-ha sedang sibuk memanggang makanan. Berkemah di halaman istana^^
Hang-ah berkata kompetisi akan dimulai lusa, mengapa Jae-ha masih ada di halaman, seharusnya ia sedang berlatih untuk meningkatkan kekuatan fisiknya. Jae-ha berkata yang terpenting adalah menyatukan semangat tim.
Mereka toss dan minum bersama. Jae-ha hanya minum sedikit, Hang-ah menghabiskan isi gelasya dalam satu tegukan. (warning: cara ini not recommended, aku pernah melakukannya dan berakhir hoek-hoek di tengah acara ulang-tahun calon ipar dan ada calon mertua pula…..benar-benar peristiwa memalukan >,< )
Jae-ha menyinggung tentang cinta pertamanya. Hang-ah langsung meradang. Ia berkata sebelum menyatukan semangat, apa Jae-ha perlu dipukul lebih dulu.
“Apa boleh buat, ia terlalu cantik,” jawab Jae-ha. Hang-ah langsung cemberut kesal. Jae-ha tertawa geli. Ia menggeser kursinya ke samping kursi Hang-ah dan memintanya duduk kembali.
“Tapi, ia sangat sombong dan pintar,” kata Jae-ha.
Kilas balik:
Jae-ha kecil disekolahkan di sekolah umum oleh ibunya dengan menyembunyikan identitasnya. Suatu hari, Jae-ha berlari di lorong sekolah dan tak sengaja menubruk seorang anak perempuan. Ia langsung terpesona pada anak perempuan itu dalam pandangan pertama. Walau anak perempuan itu terus bersikap dingin padanya, ia tetap sangat menyukai anak itu. Bagaimanapun mereka merahasiakannya, akhirnya identitas Jae-ha yang sebenarnya terkuak. Tidak sampai 3 hari, semua orang di sekolah itu tahu Jae-ha adalah seorang pangeran. Dan sejak saat itu sikap anak perempuan itu berubah 180 derajat padanya. Ia menggandeng tangan Jae-ha dan mengambil foto bersama. Tapi baginya itu terasa menakutkan.
“Cinta pertama orang lain sepertinya lembut dan tenang, dan mereka ingin mnyimpan kenangan itu seumur hidup mereka. Tapi, aku ingin melupakannya.”
Jae-ha berkata semua orang seperti itu. Berubah saat tahu ia seorang Pangeran. Sejak itu ia selalu berpikir dunia dan semua orang adalah sama. Memperlakukannya dengan baik hanya karena ia seorang Pangeran. Ia menyerah dan memutuskan untuk menikmati statusnya. Tapi, meski ia bertemu dengan orang ia sukai, ia menjaga jarak dan tidak bisa mempercayai orang itu.
“Tapi….hidup seperti itu, membuat orang akan merasa….kesepian,” katanya.
Hang-ah menatap Jae-ha dengan simpati. Akhirnya ia mengerti mengapa Jae-ha sebentar bersikap baik, sebentar menyebalkan, dan tidak bisa mempercayainya saat mereka pertama bertemu. Ternyata Jae-ha orang yang pernah terluka dan merasa kesepian. Hang-ah meletakkan tangannya di atas tangan Jae-ha.
Jae-ha menempelkan pipinya ke telapak tangan Hang-ah. “Terima kasih karena berada di sisiku, “ katanya lembut. Hang-ah tersentuh.
“Kita harus menang sampai akhir,” kata Jae-ha lagi. Hang-ah mengangguk. (jika mereka kalah, mereka batal bertunangan lho)
Jae-ha mengecup bibir Hang-ah. Keduanya tersenyum.
Hari pelaksanaan WOC. Jae-ha dan timnya telah tiba di Jepang. Jae-ha akan menjadi pemimpin tim gabungan Utara dan Selatan. Dalam acara penerimaan tim, Jae-ha meminta dirinya tidak dipelakukan berbeda karena ia sekarang adalah pemimpin tim gabungan Korea Utara dan Selatan, bukan Raja Korea Selatan.
Mereka tiba di hotel tempat para perwira akan tinggal selama WOC berlangung. Tim-tim dari negara lain telah sibuk berlatih. Mereka telah berlatih dan menyesuaikan diri di Jepang sejak sebulan lalu. Tim Korea terlambat masuk. (Tapi aku yakin tidak ada tim lain yang menjalani latihan penuh gejolak seperti tim mereka^^)
Mereka pergi menemui tim Utara yang telah lebih dulu tiba yaitu Kang-seok dan Young-bae. Jae-ha mengulurkan tangan dan menyapa mereka dengan ramah. Kang-seok dan Young-bae memberi hormat dengan kaku. Mereka memberi hormat pada Jae-ha sebagai Raja.
Jae-ha mengeluh, jika mereka kaku dan tegang seperti itu selama kompetisi, bagaimana mereka bisa bertahan melewati ronde kedua. Ia memegang pundak Kang-seok dan meminta mereka bersikap lebih santai.
Kang-seok tersenyum. Ternyata ia dan Young-bae hanya bercanda. Young-bae langsung memeluk Jae-ha dan menggelitikinya. Hang-ah menjabat tangan Kang-seok erat-erat. Kang-seok dan Dong-ha saling menyindir tapi tetap akrab.
Akhirnya mereka ramai-ramai menggelitiki Jae-ha. Hang-ah tertawa sementara pengganti Shi-kyeong bengong. Ia heran Raja-nya begitu akrab dan santai bersama para perwira Utara. (kabarnya Lee Seung-gi ini bener-bener tak tahan geli. Ia tak tahan digelitiki^^ Tawa gelinya dalam episode ini benar-benar asli =D)
Sekretaris Bong-gu memberitahu Bong-gu bahwa Sekretaris Eun terus menelepon dan ingin berbicara. Tapi Bong-gu berkata biarkan Sekretaris Eun merasa gugup. Ia pasti menduga target Bong-gu kali ini adalah Jae-shin.
Jae-shin dinobatkan menjadi Ratu sementara menggantikan Jae-ha.
Bong-gu dan Sekretarisnya telah tiba di Jeju. Mobil yang mereka kendarai antri menunggu pemeriksaan keamanan. Bong-gu kesal karena dalam pemberitaan media, fotonya dipasang paling kecil, seakan ia orang yang tidak penting. Sekretaris Bong-gu bertanya apakah Bong-gu benar-benar tidak akan melakukan apa-apa mengenai WOC. Bong-gu berkata ia telah dilahirkan kembali, sekarang ia John Mayer yang menyukai perdamaian.
Sekretarisnya mengingatkan Jae-ha mengikuti kompetisi, dan jika ia berhasil maka ia akan menikah. Bukankah itu menyentuh, kata Bong-gu.
“Demi memenuhi impian kakaknya, ia terjun ke medan perang. Jika kau tak mau membantunya tak apa, tapi jika kau masih mau mengganggunya, apa seorang manusia akan melakukan hal seperti itu? Ah..Lee Jae-ha benar-benar bisa membuat orang terharu,” ujar Bong-gu.
Hmmm…tidak mungkin kan Bong-gu mendadak normal?
Bong-gu berkata tetap saja tim Utara dan Selatan ini membutuhkan keberuntungan. Dan apakah mereka akan mempunyai keberuntungan itu? Bong-gu melakukan trik sulap, seakan mengeluarkan sebuah bola dari dalam mulutnya. Bola itu berwarna ungu bertuliskan : WOC. See? Tidak mungkin ia tiba-tiba normal (-_-“)
Bola-bola yang sama berada dalam sebuah wadah kaca. Itu adalah tempat pengundian lawan yang akan dihadapi para peserta dalam ronde pertama kompetisi ini. Wadah itu ditempatkan di panggung tempat pembukaan WOC.
Jae-ha dan timnya tidak mendengarkan kata sambutan. Mereka sibuk membicarakan siapa yang kira-kira akan menjadi lawan mereka. Menurut Dong-ha, lawan yang termudah adalah Italia. Walau tentara mereka hebat tapi perwiranya tidak begitu.
Kedua adalah Belanda. Walau tubuh mereka tinggi tapi mereka tidak bisa melewati ronde pertama tahun lalu.
“Bagaimana dengan Turki?” tanya Kang-seok.
“Mereka itu sahabat kita,” sahut Jse-ha, ”mereka membantu kita dalam Perang Korea.”
Kang-seok dan Hang-ah merengut. Perang Korea itu perang antara Korea Utara dan Selatan. Kalau Turki membantu Korea Selatan, berarti waktu itu mereka melawan Korea Utara.
Kalau begitu mengapa kita tidak melawan Cina saja (yang sebaliknya, membantu Korea Utara dalam perang Korea), kata Kang-seok berapi-api hingga seisi ruangan hening. Ahirnya mereka sepakat menyisihkan negara-negara yang menjadi teman Utara dan Selatan.
Bong-gu akhirnya bersedia berbicara dengan Sekretaris Eun. Sekretaris Eun langsung menanyakan maksud Bong-gu hadir dalam forum ini. Bong-gu bertanya apa maksud perkataan Sekretaris Eun. Ia diundang tentu saja ia datang.
“Jika kau masih berencana untuk mengancam Puteri...”
“Mengapa aku mau mengganggu orang cacat dan tak bersemangat? Tapi, dibandingkan mengkhawatirkan Puteri, bukankah kau harusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri?” tanya Bong-gu tenang, “Kudengar kau memiliki seorang putera. Terlebih lagi, dia pengawal dan tangan kanan Raja. Kudengar ia sangat menghormati ayahnya.”
Bong-gu tertawa kecil, “Jika ia tahu ayahnya dan aku saling mengenal, apa yang akan terjadi?”
Sekretaris Eun terdiam.
Jae-shin sangat gugup dengan kemunculan pertamanya di depan publik. Shi-kyeong berkata walau ia tidak bisa berdiri di panggung dengan Jae-shin, ia akan selalu berdiri di tempat yang bisa Jae-shin lihat. Ia menghibur Jae-shin, ia hanya harus berbicara satu kalimat di panggung.
Jae-shin memegang lengan seragam Shi-kyeong. Ia bertanya apakah banyak orang yang datang. Apakah ruangan itu penuh terisi. Apakah semua orang itu akan melihatnya? Mata Jae-shin berkaca-kaca ketakutan.
Shi-kyeong berjongkok di depan Jae-shin. Ia bertanya apakah Jae-shin masih ingat saat mereka melihat bintang jatuh.
“Waktu itu, aku sebenarnya tidak melihat bintang jatuh. Karena Puteri jauh lebih bersinar daripada bintang itu. Dan sekarang pun masih seperti itu.”
Air mata Jae-shin jatuh. Shi-kyeong tersenyum menenangkan.
Hang-ah keluar ruangan dan menelepon ayahnya. Ia bertanya apakah ayahnya sudah melakukan apa yang ia minta. Ayahnya telah melaksanakannya dan akan mengirim hasilnya melalui SMS. Jika diikuti, maka tim Korea pasti akan menang.
Hang-ah kembali ke ruangan. Ia membuka pesan dari ayahnya. Ayahnya memberitahu tim-tim mana yang harus menjadi lawan mereka agar mereka berkesempatan menang. Negara-negara itu adalah Italia, Belanda, Mesir, dan Iran.
Proses pemilihan lawan adalah melalui pengundian. Tahun lalu tim pemenang WOC tahun sebelumnya yang berhak memilih lawan terlebih dahulu. Tapi tahun ini, para negara pemenang tahun lalu, yaitu Amerika, Cina, dan Inggris, memberikan kesempatan pada negara-negara yang baru pertama kali mengikuti WOC untuk memilih lawan terlebih dulu.
Jae-ha berkata ketiga negara itu selalu berpura-pura murah hati setiap kali ada kesempatan. Menurut Hang-ah, mereka bukan bermurah hati tapi yakin bisa menang melawan siapapun yang menjadi lawan mereka.
Menurut urutan abjad, India diberi kesempatan memilih lawan terlebih dulu. Hang-ah berkata tim India cukup hebat. Populasinya saja 1 miliar orang dan memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara tetangga. Mereka juga telah mengembangkan militer mereka.
Jae-ha berharap India melawan Cina, tapi ternyata mereka akan melawan Mesir. Hang-ah dan Jae-ha menarik nafas kecewa. Tersisa Italia, Belanda, dan Iran.
Berikutnya Italia dipersilakan mengundi lawan. Saking tegangnya Hang-ah berteriak agar mereka memilih Korea^^
Ternyata Italia akan melawan Inggris.
“Apa-apaan ini?Mereka seharusnya memilih kita sebagai lawan. Kita kan Italia dari Timur,” keluh Hang-ah.
“Italia dalam masalah kali ini, Inggris itu sangat kuat,” sahut Jae-ha.
“Korea!”
Hang-ah dan Jae-ha terkejut. Semua bertepuk tangan. Hang-ah dan Jae-ha bangkit berdiri dengan tegang.
Di Jeju, acara makan malam untuk forum perdamaian peninsula akan dimulai. Shi-kyeong memasuki aula. Para undangan, termasuk Bong-gu, telah duduk di meja mereka. Sekretaris Eun dan Ibunda Raja juga berada disana. Ibunda Raja terlihat tegang.
Jae-shin sangat tegang tapi ia menjalankan kursi rodanya memasuki aula tempat makan malam.
Di Jepang, Jae-ha dan Hang-ah bergandengan tangan menaiki panggung. Mereka berdiri di depan wadah pengundian. Jae-ha yang akan memilih bolanya. Semua mengunggu dengan tegang. Kang-seok dan Dong-ha berharap lawan mereka Belanda atau Iran.
Jae-ha tak juga memilih bolanya. Hang-ah beringsut mendekatinya dan berbisik.
“Jika kau terlalu lama memilih, keberuntunganmu akan hilang. Ambil saja bola pertama yang terpegang olehmu.” Ia mengangguk memberi semangat pada Jae-ha.
Jae-ha menggerakkan tangannya di atas bola-bola itu, tiba-tiba sebuah bola masuk ke dalam genggaman tangannya. Ia mengangkatnya dan membuka stiker yang menutupi gambar bendera negara yang akan menjadi lawan mereka. Tanpa melihat siapa yang akan menjadi lawan mereka, ia langsung mengacungkan bola itu ke hadapan para hadirin.
Semua terdiam begitu melihat siapa yang akan menjadi lawan Korea.
“Tim Amerika!”
Tim Amerika bersorak girang. Hang-ah dan Jae-ha tersentak. Mereka berbalik dan melihat bendera Korea berdampingan dengan bendera Amerika sebagai lawan mereka untuk ronde pertama. O-ow…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar